Selesai mandi, Vanya segera mengganti bajunya. Setelah itu Vanya naik ke atas tempat tidurnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut. Vanya masih trauma akan kejadian semalam. Vanya hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.
1 jam kemudian, Vanya masih diposisi yang sama dengan pandangan yang sama. Lamunannya terganggu oleh suara dering ponsel miliknya yang menandakan panggilan masuk. Vanya mencari ponsel itu dan langsung mengangkat panggilan itu.
"Hallo" ucap Vanya.
"Van, lo di mana? Kenapa lo belum ke sini? Lo bilang hari ini jadwal gue padet. Tapi lo ke mana?" tanya orang yang menelpon Vanya.
Vanya mengerutkan keningnya. Dia bingung siapa yang menelpon. Karna sebelum mengangkat panggilan, Vanya tidak melihat siapa nama si penelpon di ponselnya. Rupanya Arsen lah yang menelpon Vanya.
"Ah,, ya. Gue segera ke sana. Sekarang lo di mana?" tanya Vanya.
"Gue di studio x"
"Ok, tunggu gue"
Vanya memutuskan telpon itu. Setelah itu Vanya berdiri dan dia bersiap untuk pergi ke studio x di mana Arsen berada. Namun Vanya terlihat aneh. Dia bingung apa yang harus dia bawa dan dia kenakan untuk bekerja.
"Em,, baju. Ya, gue harus ganti baju" gumam Vanya.
Vanya berjalan menuju walk in closet di kamarnya. Dia memilih mengambil jaket. Karna saat ini dia sudab memakai celana jeans dan kalos polos. Dia hanya akan menambahkan setelah jaket saja. Vanya pergi ke studio dengan menaiki taxi, karna motornya masih ada di club.
20 menit kemudian, Vanya sudah sampai di studio. Dia langsung ke ruang make up untuk menemui Arsen. Dia melihat Arsen dan tim yang lainnya sedang menunggunya.
"Hey,, maaf. Gue terlambat" ucap Vanya.
"Van, lo dari mana aja?" tanya Arsen yang menyambut Vanya dengan sebuah pertanyaan.
"Em,, maaf gue ada urusan sebentar" alibi Vanya.
"Ck,, harusnya lo kabarin kita dulu. Lo tau gak, kita dari tadi nungguin lo"
"Iya maaf" sesal Vanya. "Terus, kenapa kalian masih di sini? Emang jadwalnya cuma di sini doang?" tanya Vanya.
"Kan jadwalnya ada di elo Van. Gimana kita tau, jadwal selanjutnya di mana" geram Arsen.
"Oh,, iya. Gue lupa" ujar Vanya.
Vanya segera mengecek ponselnya untuk melihat jadwal Arsen.
"Sekarang jadwal lo,, eum,, syuting iklan di studio m" ucap Vanya.
"Maaf, bukannya syuting itu udah ya, kemarin" ujar Gave, asisten Arsen.
"Benarkah?" tanya Vanya.
"Iya" jawab Gave.
"Oh,, iya. Ini jadwal yang kemarin. Sebentar. Gue liat lagi"
"Jadwal lo hari ini pemotretan model perhiasan"
"Maaf Van, tapi itu juga udah kemarin" sela Gave.
"Benarkah?" gumam Vanya.
Arsen sudah geram dengan tingkah Vanya. Dia bingung kenapa Vanya menjadi seperti ini. Biasanya Vanya tidak seperti ini.
"Van, lo kenapa sih?" tanya Arsen bingung. "Sekarang lo jadi aneh. Lo gak kayak biasanya. Sekarang lo teledor tau gak" lanjut Arsen dengan suara yang sedikit meninggi.
Mendengar suara Arsen yang meninggi, membuat Vanya teringat akan kejadian semalam. Vanya teringat masa-masa buruk yang dia alami.
Vanya menundukkan kepalanya.
"Hiks,, hiks.." Vanya menangis.
Arsen dan yang lainnya kaget saat mendengar Vanya menangis. Mereka mengenal Vanya bukanlah orang yang mudah menangis. Tapi kali ini Vanya berbeda.
"Van,, lo kenapa?" tanya Arsen jadi cemas.
Vanya hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Kalian keluar dulu. Nanti gue susul" titah Arsen.
Semua orang keluar dan menyisakan Vanya dan Arsen berdua di dalam sana.
"Van,, cerita ke gue. Lo kenapa? Gue minta maaf kalo omongan gue udah nyakitin perasaan lo. Tapi lo jangan nangis dong." tanya Arsen merasa bersalah.
Arsen menangkup wajah Vanya.
"Eng-enggak. Ini bukan karna lo kok. Gue yang salah. Gue minta maaf" balas Vanya.
"Lo ada masalah apa? Cerita sama gue"
"Gak, bukan apa-apa kok"
Arsen menatap mata Vanya yang penuh dengan kegelisahan serta kesedihan. Tapi Arsen tidak bisa mendesak Vanya untuk mengatakan apa masalahnya. Tiba-tiba Arsen merasakan kalo suhu tubuh Vanya naik.
"Van, lo sakit?"
"Enggak kok. Gue gak sakit"
"Van,, lo demam" ujar Arsen kembali memegang kening Vanya.
"Enggak Sen" sangkal Vanya.
"Lo demam Van. Sebaiknya lo pulang aja. Lo istirahat di rumah lo" usul Arsen.
"Gak, gue gak bisa pulang. Lo masih banyak jadwal" tolak Vanya.
"Gak. Gue sebagai bos lo, gak ngizinin lo kerja saat sakit. Lo harus istirahat. Ngerikan?"
Vanya menganggukkan kepalanya.
"Sekarang lo pulang ya. Dan sini hp lo" pinta Arsen.
Vanya memberikan hpnya pada Arsen. Rupanya Arsen mengirinkan semua jadwalnya pada Gave.
"Lo gak usah khawatir. Sekarang lo pulang dan istirahat"
Lagi-lagi Vanya hanya menganggukkan kepalanya.
Karna sudah mendapat izin dari Arsen, Vanya pun pulang ke rumahnya dengan menaiki taxi. Vanya sadar, kalk tubuhnya kurang vit. Tapi tak ada keinginan untuk makan. Setelah pulang, Vanya memilih masuk ke dalam kamar dan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
wagi giyoux
lanjut
2022-05-07
1
nel
next kak 💪
2022-05-07
1