JODOH DARI TUHAN
Sebuah awal perjalanan yang baik, pasti membuahkan hasil yang baik.
Sekarang Aku sudah lulus kuliah dan Aku memilih habiskan waktu bersama keluargaku di desa.
Karena wisudaku di pertengahan bulan november, aku memutuskan untuk tinggal di desa dan rayakan natal bersama keluargaku.
Di desa aku habiskan hari- hariku bersama keluargaku, jika siang hari hanya aku dan ketiga Adikku dirumah karena, Orangtuaku pergi bekerja di kebun.
Bulan desember telah tiba. Aku dan Adikku (namanya Ida) mempunyai satu rencana untuk, menjahit gaun yang sama, karena saat itu Adikku mempunyai satu lembar kain baju, makanya kami memutuskan untuk membuat gaun yang sama untuk kami pakai di malam natal nanti.
"Ida, besok pagi kita ke tukang jahit ya, biar kita jahit baju yang sama dari pada kain bajunya rusak." Ucapku pada Ida sambil mengingatkan dia pada kain bajunya.
"Iya Kak, besok pagi kita ke tukang jahit." Jawab Ida dengan penuh semangat.
Pagi itu, setelah sarapan pagi selesai aku dan Ida bersiap untuk pergi menemui tukang jahit dan menunjukkan model baju yang kami mau serta kain bajunya.
Dengan menggunakan motor, aku dan Ida berangkat menuju rumah tukang jahit yang tak lain adalah Istri dari salah satu Guru kami waktu SD dulu. Sekarang rumah barunya berada di desa sebelah.
Saat aku dan Ida tiba disana, kami disambut baik oleh mereka, dan setelah itu aku dan Ida mengukur badan kami, yang dilakukan oleh Ibu Nyonya ( Panggilan orang desa untuk Istri seorang Guru) agar disesuaikan dengan ukuran kain. Setelah itu kami berbincang tentang kegiatan kami sekarang.
"Selamat pagi Pak Guru." Ucap Ida pada seorang Bapak, Beliau adalah Guru kami waktu SD.
"Pagi juga, Ida dan El, bagimana?" tanya Pak dan Guru dan Istrinya pada kami yang sedang berada di tempat jahitnya.
"Kami bawakan kain baju untuk di jahit." Jawabku pada Pak Guru dan Istrinya.
"Oh iya boleh, mau dibuat model apa?" tanya Istrinya pada kami.
"Ini Bu, gambarnya." Aku menunjukkan gambar yang ada di hpku.
"Ok, dan kita ukur tinggi dan lingkaran dada, pinggang , juga lengan, agar tahu ukuran kalian masing-masing." Kata Istrinya pada kami.
"Oh iya Bu." Jawab kami padanya.
"El, kamu sekarang kerja dimana? kamu sudah lulus kuliah kan?" tanya Pak Guru padaku.
"Iya Pak, aku rencananya mau ke tempat Kak Alen untuk kerja disana." Jawabku pada Pak Guru.
"Kalau Ida masih kuliah? Jurusan apa?" tanya Pak guru pada Ida.
"Iya Pak. Aku Jurusan Sejarah Pak." Jawab Ida.
Setelah selesai berbincang aku dan Ida berpamitan untuk melakukan perjalanan pulang ke rumah.
Ida mengendarai motor dengan sangat hati-hati.
"Semoga baju kita selesai tepat waktu ya." Kata ku pada Ida dengan suara pelan takut mengganggu konsentrasinya saat mengendara motor.
Setelah kami tiba di rumah, aku dan Ida melanjutkan aktivitas kami, aku mencuci pakaian dan Ida memilih untuk memasak, sedangkan Adik Laki-laki memilih pekerjaan mengecat dinding rumah yang sudah kotor.
Sekarang sudah tanggal 22 desember aku dan Ida kembali ke tempat jahit baju dan mengecek jahitan kami, sudah selesai atau belum, sambil membawa uang agar sekalian membayar uang jahit baju.
"Kak, sekarang sudah tanggal 22 kita cek jahitan kita Kak." Kata Ida padaku dengan wajah serius.
"Iya, nanti sore kita ke sana." Ucapku pada Ida.
Sore itu, kami menggunakan kendaraan yang ada dirumah saat itu tak lain adalah motor kami sendiri. Dengan hati-hati Ida mengendarai motor dan kami tiba di rumah tempat menjahit.
"Selamat sore Ibu." Ucapku pada Istrinya Pak Guru.
"Sore juga, ayo Masuk." Jawab Ibu sambil menjahit dan mempersilahkan kami untuk masuk.
Kemudian kami masuk dan Ibu yang menjahit baju menunjukkan hasil jahitannya untuk kami, dan aku membayar jahitan itu kemudian bajunya sudah bisa kami bawa pulang.
"Ini baju kalian, dicoba dulu." Ucap Ibu yang menjahit, sambil menyerahkan kantong plastik berisi baju kami
"Iya Bu." Jawabku pada Ibu kemudian menerima kantong plastik itu dan kami mencoba bajunya.
"Wow cantik sekali." Ucapku merasa kagum.
"Oh iya Bu, aku bayar bajunya." Ucapku sambil menyerahkan uang dua ratus ribu rupiah, sambil mengucapkan terimakasih.
Aku dan Ida berpamitan dan pulang, karena hari sudah sore, hatiku sangat senang karena bajunya siap tepat waktu dan sesuai ukuran badan kami masing-masing, tadi bajunya kami coba dahulu sebelum dibawa pulang. Dan hasilnya memuaskan hati.
Setibanya kami dirumah, aku menghubungi Kakak perempuan aku (namanya Alen, dia sekarang bekerja di pulau seberang dan sudah berumah tangga)
nama pulau itu adalah pulau Buru.
Tut tut tut. Bunyi telepon tersambung dengan hpnya Kak Alen.
"Halo, bagaimana?" tanya Kak Alen padaku
"Aku dan Ida sudah menjahit baju kami." Ucapku padanya sambil tertawa.
"Oh ya, tunjukkan padaku, biar aku lihat." Kata Kak Alen padaku.
Pulau Buru adalah nama salah satu pulau kecil yang terpisah dari pulau induk yaitu pulau seram. Di pulau Seram (tempat tinggal aku) ada satu kota kecil namanya kota "MASOHI" dikota ini banyak sekali Anak-anak yang datang dari desa untuk melanjutkan kuliah, salah satunya aku.
Saat itu aku memilih untuk kuliah di salah satu kampus keguruan yang ada di kota Masohi. Sedang Ida memilih untuk lanjutkan kuliah di kota seberang namanya kota "AMBON." Dikota kota Ambon lumayan ramai, karena di kota ini ada bandara udara, dan pelabuhan besar, dan juga kecil. Bagi kami orang yang tinggal di pedesaan datang ke kota Ambon sudah sangat senang dan kami menganggapnya sangat ramai.
Setelah kami menunjukkan baju hasil jahitan kami, Kak Alen sangat senang, dia menunjukkan wajah senangnya lewat video call yang kami lakukan.
"Bajunya cantik, cocok sama kalian yang langsing." Ucap Kak Alen setelah melihat baju kami.
"Iya dong Kak." Jawab kami padanya sambil tersenyum
Hari natal telah tiba, tepatnya tanggal 24 desember kami sekeluarga telah bersiap, ditanggal ini, setiap orang di desa kami bersiap untuk menyambutnya, mulai dari pagi para Ibu mulai bersiap ada yang membuat kue kering, kue basah, wajik, dan lain-lain.
Dirumah kami membuat kue basah kemudian membuat masakan untuk makan malam nanti, setelah pulang dari gereja.
Setelah selesai sibuk-sibuk di dapur, kami bersiap untuk menanti jam Ibadah, malam ini tidak ada satu orang yang tinggal dirumah, semua anggota keluarga pergi ke gereja.
Setelah selesai Ibadah, dan kami pulang dari gereja, kami makan bersama kemudian melanjutkan kegiatan kami sambil bersantai menanti lonceng jam 12:00 malam untuk kami Doa bersama keluarga, dan selanjutkan kami membakar kembang api (di desa kami namakan kegiatan ini, bunyi-bunyian menyambut hari Natal, pertanda sudah Natal). Malam itu juga kami bersalaman dan mengucapkan selamat natal satu dan yang lain.
"Selamat Natal." Ucapku pada Ayah dan Adik-Adikku sambil berjabat tangan.
"Selamat Natal juga Kak." Jawab Ida padaku, juga Adik yang lain.
Setelah selesai kami lanjutkan tidur, karena paginya kami akan bersiap untuk beribadah di pagi hari.
"Tanggal 26 adalah ulang tahunku." Kata ku sambil menatap Ida, yang sedang duduk.
"Iya benar, masak apa ya nanti?" tanya Ida kepadaku dengan wajah senang.
"Tidak usah repot-repot yang penting Doanya."
Jawabku dengan wajah senang sambil tersenyum.
Tepat di hari ulang tahunku, siang itu setelah kami selesai makan dan duduk bersantai di teras depan, Edi menelponku,
"El, aku akan ke rumah kamu." Katanya dengan suara senang.
"Iya, datang saja, kebetulan kami semua ada dirumah." Jawabku dengan suara pelan.
Edi adalah pacarku, kami sudah pacaran lebih dari 3 tahun, sampai aku lulus kuliah (seperti orang kredit mobil) dan sekarang ini, karena dia bekerja di salah satu PT. dikota Masohi makanya kami tidak sering ketemu.
Hari ini, natal jadi dia ada waktu libur dan dia bisa temui aku di desa. Dan hari ini juga ulang tahunku, dia selalu ingat.
Sore itu Edi tiba dirumah, dia disambut baik oleh keluargaku, karena sudah lama pacaran jadi semua anggota keluargaku sudah mengenal dia.
"Hai Kakak Edi, apa kabar?" tanya Ida dengan suara nyaring sambil senyum.
"Baik Dik," jawab Edi sambil berjalan menuju teras dan duduk bersama kami.
Edi menyerahkan kantong hitam padaku, setelah aku buka ternyata Edi membawa kue ulang tahun untukku.
"Kenapa harus repot-repot Edi?" tanyaku dengan suara pelan.
"Bukan aku yang beli tadi pas aku mau jalan, Ibu menitipkan tas itu padaku, katanya untuk kamu."Jawab Edi dengan wajah senyum.
"Ya ampun, Ibu repot-repot, bilang sama Ibu terimakasih ya. Dan selamat
Natal." Kataku dengan wajah senang, sambil melihat kue ulang tahun yang begitu bagus.
"Iya, akan ku sampaikan." Jawab Edi padaku.
Aku menyimpan kue itu ke dalam kulkas, dan aku temui Edi di teras, kali ini dia ingin melihat pantai, tempat piknik yang sementara diminati banyak orang, tempat itu tidak jauh dari desaku.
"El ikut aku yuk ke pantai." Kata Edi
mengajakku ke pantai, sambil berjalan menuju motornya.
"Baiklah, memangnya kamu tidak capek?" tanyaku pada Edi, sambil berjalan mendekatinya.
"Cepat-cepat saja sebelum aku balik ke kota."
Jawabnya dengan penuh harap.
Kami berangkat menuju pantai, setibanya kami disana, Edi memintaku untuk foto bersama, sebagai kenangan. Dan dia katakan jika, ada waktu aku temui dia di kota.
"Ed, sepertinya aku akan pergi untuk melamar kerja di tempatnya Kak Alen." Kataku sambil menatap Edi yang duduk di sampingku.
"Kenapa tidak di sini saja, atau dikota nanti akan ku carikan tempat kerja untukmu, asalkan kamu jangan jauh dariku." Pinta Edi dengan harapan agar aku tidak pergi darinya,sambil memegang tanganku.
"Tapi Ed, aku sudah menghubungi Kak Alen dan dia sudah mencari tempat kerja untuk aku, jadi setelah aku selesai mengurus Ijazahku, aku langsung berangkat ke tempat Kak Alen".
Jawabku dengan semangat, sambil menatap wajah Edi yang mulai malas, mendengar kata-kataku.
"Baiklah, jika itu mau kamu." Jawab Edi dengan suara letih, tak bersemangat.
"Balik ayo, sudah sore." Ucap Edi mengajakku pulang.
Kami kembali melakukan perjalanan pulang, dan setibanya dirumah, Edi langsung berpamitan dari Ayah dan Adikku dan kembali ke kota, karena hari sudah semakin sore. Takutnya nanti gelap. Edi berlalu dari rumah menuju ke kota.
"Bapak, aku balik ya, takutnya gelap dijalan." Ucap Edi pada Ayahku.
"Iya Edi, hati-hati dijalan dan jangan ngebut." Kata Ayah juga memperingatinya.
"Iya Pak." Jawab Edi kemudian berlalu dengan motornya.
Sekarang sudah bulan Januari, aku memutuskan untuk ke kota, dan mengambil barang-barang yang tersisa di rumah Edi, sejak pacaran kami sudah tinggal bersama, karena rumahnya besar dan dua lantai, juga karena Ibunya seorang diri, Ayahnya sudah tidak bersama ibunya lagi sejak Edi masih SD.
Makanya Edi memintaku tinggal bersama keluarganya, atas persetujuan Ibunya, agar bisa temani Ibunya jika dia sedang bertugas diluar kota.
Edi memang punya dua saudara, Kakak yang pertama perempuan namanya Kak Titin, yang kedua, namanya Kak Boby. Kak Titin sudah menikah dan tinggal bersama suaminya, Kak Boby sibuk dengan tokonya.
Saat itu aku menempati salah satu kamar di lantai bawah, karena dilantai bawah ini hanya ada dua kamar, dapur, dan kamar mandi.
Saat aku tiba di kota dan menuju ke rumah Edi, terlihat rumah Edi sepi tandanya Tante Rita sedang berada di toko. (nama mamanya Edi adalah Tante Rita). Aku tidak mampir ke rumah, tapi aku temui tante Rita di toko, kemudian Tante Rita memberikan kunci rumah padaku dan aku kembali ke rumah.
Tante Rita sudah menganggap aku seperti Anak sendiri.
"Hai Ibu." Ucapku sambil memandang ke arah Tante Rita yang sedang duduk di meja kasir.
"Hai, El. Baru datang ya?"Tanya Tante Rita sambil memandang ke arahku.
"Mau langsung ke rumah, atau mau tunggu disini?" tanya Tante Rita padaku.
"Aku langsung ke rumah saja Ibu, soalnya aku kebelet." Jawabku pada Tante Rita sambil berdiri.
"Ini kunci rumah El, dirumah Ibu sudah masak banyak, kamu langsung makan saja ya." Kata Ibu padaku, sambil menyerahkan kunci rumah.
"Iya Bu," Jawabku sambil menerima kunci dari tangannya.
"Ibu aku kerumah ya." Ucapku pada Ibu, kemudian berjalan menuju rumah.
Malam itu, disaat semua orang ada dirumah aku menyampaikan maksudku dan berkemas, Edi sempat berat hati, tapi aku mencoba meyakinkan dia agar aku bisa berangkat. Semua orang setuju dan kami berdoa bersama .
"El, kenapa kamu harus pergi sejauh itu?" tanya Edi dengan wajah cemberut sambil menatapku berkemas
"Kan aku pergi untuk bekerja." Jawabku pada Edi.
"Kita Doa dulu ya sebelum kamu melakukan perjalanan besok." Ucap Edi padaku, kemudian melangkah ke ruang tengah untuk Doa.
"Iya Edi nanti aku menyusul." Jawabku pada Edi kemudian meninggalkan kesibukanku, dan melangkah menuju ruang tengah.
Setelah selesai Doa Edi temui aku yang sedang duduk di teras depan lantai bawah dan kami bercerita. Edi memberiku uang tiket, juga uang saku sebesar dua juta rupiah, aku sangat senang dan berterimakasih padanya.
"El, kamu yakin mau berangkat?" tanya Edi padaku dengan suara pelan.
"Iya Edi, kamu kok begitu wajahnya." Jawabku sambil menatap wajah Edi yang murung.
"Okelah, aku ada sedikit uang untuk kamu." Ucap Edi padaku sambil menyerahkan sejumlah uang padaku.
"Terimakasih Edi." Jawabku pada Edi sambil menerima uang darinya.
Pagi itu sebelum kami berpisah perjalanan, Edi ke kantor dan aku ke desa, karena harus bersiap untuk berangkat hari ini.
Aku menelpon Ida agar dia bersiap lebih awal.
Saat aku tiba dengan angkot di desa Ida sedang memasak dan kami makan siang bersama setelah itu, kami berangkat ke kota Ambon.
Angkot yang kami tumpangi kini tiba di penyeberangan antara pulau Seram dan Ambon.
Ida membeli tiket dan kami berangkat menggunakan kapal fery. Setibanya kami di kota Ambon, Ida mengantarku ke pelabuhan besar, untuk berangkat. Aku duduk di ruang tunggu sambil menunggu Ida membeli tiket untuk kami berdua di PT.Pelni.
"Kakak tunggu disini ya, aku akan membeli tiket kapal untuk kita." Ucap Ida padaku sambil berdiri, bersiap untuk pergi membeli tiket.
"Oke, kamu hati-hati dijalan." Jawabku pada Ida dan memperingati dia.
Setelah hampir satu jam aku menunggu akhirnya Ida datang juga, dengan membawa tiket kami. Pintu ruang tunggu terbuka, dan kami melakukan pemeriksaan tiket, tandanya kita sudah diperbolehkan masuk ke kapal yang akan berangkat.
Malam itu kami berangkat dengan kapal menuju pulau Buru, tempat tinggal Kak Alen.
Inilah awal aku merantau untuk bekerja, di tempat Kakak Alen dan keluarganya.
Next.....
Mohon dukungannya
Dengan tekan like, love/favorit, rate bintang lima, komentar dan vote nya untuk mendukung karya ini, agar penulis lebih bersemangat.
Terimakasih atas dukungan kalian.❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Maya●●●
semangat kak.
udah aku masukin fav yaa😊
2022-09-11
1
Dewi
Kakakku juga merantau kak, pas awal-awal memang susah banget meninggalkan keluarga yang di rumah
2022-08-04
0
Imarin
Hello kak aku mampir..
mampir juga yuk dinovelku
2022-07-16
1