NovelToon NovelToon

JODOH DARI TUHAN

Bab 1. Merantau

Sebuah awal perjalanan yang baik, pasti membuahkan hasil yang baik.

Sekarang Aku sudah lulus kuliah dan Aku memilih habiskan waktu bersama keluargaku di desa.

Karena wisudaku di pertengahan bulan november, aku memutuskan untuk tinggal di desa dan rayakan natal bersama keluargaku.

Di desa aku habiskan hari- hariku bersama keluargaku, jika siang hari hanya aku dan ketiga Adikku dirumah karena, Orangtuaku pergi bekerja di kebun.

Bulan desember telah tiba. Aku dan Adikku (namanya Ida) mempunyai satu rencana untuk, menjahit gaun yang sama, karena saat itu Adikku mempunyai satu lembar kain baju, makanya kami memutuskan untuk membuat gaun yang sama untuk kami pakai di malam natal nanti.

"Ida, besok pagi kita ke tukang jahit ya, biar kita jahit baju yang sama dari pada kain bajunya rusak." Ucapku pada Ida sambil mengingatkan dia pada kain bajunya.

"Iya Kak, besok pagi kita ke tukang jahit." Jawab Ida dengan penuh semangat.

Pagi itu, setelah sarapan pagi selesai aku dan Ida bersiap untuk pergi menemui tukang jahit dan menunjukkan model baju yang kami mau serta kain bajunya.

Dengan menggunakan motor, aku dan Ida berangkat menuju rumah tukang jahit yang tak lain adalah Istri dari salah satu Guru kami waktu SD dulu. Sekarang rumah barunya berada di desa sebelah.

Saat aku dan Ida tiba disana, kami disambut baik oleh mereka, dan setelah itu aku dan Ida mengukur badan kami, yang dilakukan oleh Ibu Nyonya ( Panggilan orang desa untuk Istri seorang Guru) agar disesuaikan dengan ukuran kain. Setelah itu kami berbincang tentang kegiatan kami sekarang.

"Selamat pagi Pak Guru." Ucap Ida pada seorang Bapak, Beliau adalah Guru kami waktu SD.

"Pagi juga, Ida dan El, bagimana?" tanya Pak dan Guru dan Istrinya pada kami yang sedang berada di tempat jahitnya.

"Kami bawakan kain baju untuk di jahit." Jawabku pada Pak Guru dan Istrinya.

"Oh iya boleh, mau dibuat model apa?" tanya Istrinya pada kami.

"Ini Bu, gambarnya." Aku menunjukkan gambar yang ada di hpku.

"Ok, dan kita ukur tinggi dan lingkaran dada, pinggang , juga lengan, agar tahu ukuran kalian masing-masing." Kata Istrinya pada kami.

"Oh iya Bu." Jawab kami padanya.

"El, kamu sekarang kerja dimana? kamu sudah lulus kuliah kan?" tanya Pak Guru padaku.

"Iya Pak, aku rencananya mau ke tempat Kak Alen untuk kerja disana." Jawabku pada Pak Guru.

"Kalau Ida masih kuliah? Jurusan apa?" tanya Pak guru pada Ida.

"Iya Pak. Aku Jurusan Sejarah Pak." Jawab Ida.

Setelah selesai berbincang aku dan Ida berpamitan untuk melakukan perjalanan pulang ke rumah.

Ida mengendarai motor dengan sangat hati-hati.

"Semoga baju kita selesai tepat waktu ya." Kata ku pada Ida dengan suara pelan takut mengganggu konsentrasinya saat mengendara motor.

Setelah kami tiba di rumah, aku dan Ida melanjutkan aktivitas kami, aku mencuci pakaian dan Ida memilih untuk memasak, sedangkan Adik Laki-laki memilih pekerjaan mengecat dinding rumah yang sudah kotor.

Sekarang sudah tanggal 22 desember aku dan Ida kembali ke tempat jahit baju dan mengecek jahitan kami, sudah selesai atau belum, sambil membawa uang agar sekalian membayar uang jahit baju.

"Kak, sekarang sudah tanggal 22 kita cek jahitan kita Kak." Kata Ida padaku dengan wajah serius.

"Iya, nanti sore kita ke sana." Ucapku pada Ida.

Sore itu, kami menggunakan kendaraan yang ada dirumah saat itu tak lain adalah motor kami sendiri. Dengan hati-hati Ida mengendarai motor dan kami tiba di rumah tempat menjahit.

"Selamat sore Ibu." Ucapku pada Istrinya Pak Guru.

"Sore juga, ayo Masuk." Jawab Ibu sambil menjahit dan mempersilahkan kami untuk masuk.

Kemudian kami masuk dan Ibu yang menjahit baju menunjukkan hasil jahitannya untuk kami, dan aku membayar jahitan itu kemudian bajunya sudah bisa kami bawa pulang.

"Ini baju kalian, dicoba dulu." Ucap Ibu yang menjahit, sambil menyerahkan kantong plastik berisi baju kami

"Iya Bu." Jawabku pada Ibu kemudian menerima kantong plastik itu dan kami mencoba bajunya.

"Wow cantik sekali." Ucapku merasa kagum.

"Oh iya Bu, aku bayar bajunya." Ucapku sambil menyerahkan uang dua ratus ribu rupiah, sambil mengucapkan terimakasih.

Aku dan Ida berpamitan dan pulang, karena hari sudah sore, hatiku sangat senang karena bajunya siap tepat waktu dan sesuai ukuran badan kami masing-masing, tadi bajunya kami coba dahulu sebelum dibawa pulang. Dan hasilnya memuaskan hati.

Setibanya kami dirumah, aku menghubungi Kakak perempuan aku (namanya Alen, dia sekarang bekerja di pulau seberang dan sudah berumah tangga)

nama pulau itu adalah pulau Buru.

Tut tut tut. Bunyi telepon tersambung dengan hpnya Kak Alen.

"Halo, bagaimana?" tanya Kak Alen padaku

"Aku dan Ida sudah menjahit baju kami." Ucapku padanya sambil tertawa.

"Oh ya, tunjukkan padaku, biar aku lihat." Kata Kak Alen padaku.

Pulau Buru adalah nama salah satu pulau kecil yang terpisah dari pulau induk yaitu pulau seram. Di pulau Seram (tempat tinggal aku) ada satu kota kecil namanya kota "MASOHI" dikota ini banyak sekali Anak-anak yang datang dari desa untuk melanjutkan kuliah, salah satunya aku.

Saat itu aku memilih untuk kuliah di salah satu kampus keguruan yang ada di kota Masohi. Sedang Ida memilih untuk lanjutkan kuliah di kota seberang namanya kota "AMBON." Dikota kota Ambon lumayan ramai, karena di kota ini ada bandara udara, dan pelabuhan besar, dan juga kecil. Bagi kami orang yang tinggal di pedesaan datang ke kota Ambon sudah sangat senang dan kami menganggapnya sangat ramai.

Setelah kami menunjukkan baju hasil jahitan kami, Kak Alen sangat senang, dia menunjukkan wajah senangnya lewat video call yang kami lakukan.

"Bajunya cantik, cocok sama kalian yang langsing." Ucap Kak Alen setelah melihat baju kami.

"Iya dong Kak." Jawab kami padanya sambil tersenyum

Hari natal telah tiba, tepatnya tanggal 24 desember kami sekeluarga telah bersiap, ditanggal ini, setiap orang di desa kami bersiap untuk menyambutnya, mulai dari pagi para Ibu mulai bersiap ada yang membuat kue kering, kue basah, wajik, dan lain-lain.

Dirumah kami membuat kue basah kemudian membuat masakan untuk makan malam nanti, setelah pulang dari gereja.

Setelah selesai sibuk-sibuk di dapur, kami bersiap untuk menanti jam Ibadah, malam ini tidak ada satu orang yang tinggal dirumah, semua anggota keluarga pergi ke gereja.

Setelah selesai Ibadah, dan kami pulang dari gereja, kami makan bersama kemudian melanjutkan kegiatan kami sambil bersantai menanti lonceng jam 12:00 malam untuk kami Doa bersama keluarga, dan selanjutkan kami membakar kembang api (di desa kami namakan kegiatan ini, bunyi-bunyian menyambut hari Natal, pertanda sudah Natal). Malam itu juga kami bersalaman dan mengucapkan selamat natal satu dan yang lain.

"Selamat Natal." Ucapku pada Ayah dan Adik-Adikku sambil berjabat tangan.

"Selamat Natal juga Kak." Jawab Ida padaku, juga Adik yang lain.

Setelah selesai kami lanjutkan tidur, karena paginya kami akan bersiap untuk beribadah di pagi hari.

"Tanggal 26 adalah ulang tahunku." Kata ku sambil menatap Ida, yang sedang duduk.

"Iya benar, masak apa ya nanti?" tanya Ida kepadaku dengan wajah senang.

"Tidak usah repot-repot yang penting Doanya."

Jawabku dengan wajah senang sambil tersenyum.

Tepat di hari ulang tahunku, siang itu setelah kami selesai makan dan duduk bersantai di teras depan, Edi menelponku,

"El, aku akan ke rumah kamu." Katanya dengan suara senang.

"Iya, datang saja, kebetulan kami semua ada dirumah." Jawabku dengan suara pelan.

Edi adalah pacarku, kami sudah pacaran lebih dari 3 tahun, sampai aku lulus kuliah (seperti orang kredit mobil) dan sekarang ini, karena dia bekerja di salah satu PT. dikota Masohi makanya kami tidak sering ketemu.

Hari ini, natal jadi dia ada waktu libur dan dia bisa temui aku di desa. Dan hari ini juga ulang tahunku, dia selalu ingat.

Sore itu Edi tiba dirumah, dia disambut baik oleh keluargaku, karena sudah lama pacaran jadi semua anggota keluargaku sudah mengenal dia.

"Hai Kakak Edi, apa kabar?" tanya Ida dengan suara nyaring sambil senyum.

"Baik Dik," jawab Edi sambil berjalan menuju teras dan duduk bersama kami.

Edi menyerahkan kantong hitam padaku, setelah aku buka ternyata Edi membawa kue ulang tahun untukku.

"Kenapa harus repot-repot Edi?" tanyaku dengan suara pelan.

"Bukan aku yang beli tadi pas aku mau jalan, Ibu menitipkan tas itu padaku, katanya untuk kamu."Jawab Edi dengan wajah senyum.

"Ya ampun, Ibu repot-repot, bilang sama Ibu terimakasih ya. Dan selamat

Natal." Kataku dengan wajah senang, sambil melihat kue ulang tahun yang begitu bagus.

"Iya, akan ku sampaikan." Jawab Edi padaku.

Aku menyimpan kue itu ke dalam kulkas, dan aku temui Edi di teras, kali ini dia ingin melihat pantai, tempat piknik yang sementara diminati banyak orang, tempat itu tidak jauh dari desaku.

"El ikut aku yuk ke pantai." Kata Edi

mengajakku ke pantai, sambil berjalan menuju motornya.

"Baiklah, memangnya kamu tidak capek?" tanyaku pada Edi, sambil berjalan mendekatinya.

"Cepat-cepat saja sebelum aku balik ke kota."

Jawabnya dengan penuh harap.

Kami berangkat menuju pantai, setibanya kami disana, Edi memintaku untuk foto bersama, sebagai kenangan. Dan dia katakan jika, ada waktu aku temui dia di kota.

"Ed, sepertinya aku akan pergi untuk melamar kerja di tempatnya Kak Alen." Kataku sambil menatap Edi yang duduk di sampingku.

"Kenapa tidak di sini saja, atau dikota nanti akan ku carikan tempat kerja untukmu, asalkan kamu jangan jauh dariku." Pinta Edi dengan harapan agar aku tidak pergi darinya,sambil memegang tanganku.

"Tapi Ed, aku sudah menghubungi Kak Alen dan dia sudah mencari tempat kerja untuk aku, jadi setelah aku selesai mengurus Ijazahku, aku langsung berangkat ke tempat Kak Alen".

Jawabku dengan semangat, sambil menatap wajah Edi yang mulai malas, mendengar kata-kataku.

"Baiklah, jika itu mau kamu." Jawab Edi dengan suara letih, tak bersemangat.

"Balik ayo, sudah sore." Ucap Edi mengajakku pulang.

Kami kembali melakukan perjalanan pulang, dan setibanya dirumah, Edi langsung berpamitan dari Ayah dan Adikku dan kembali ke kota, karena hari sudah semakin sore. Takutnya nanti gelap. Edi berlalu dari rumah menuju ke kota.

"Bapak, aku balik ya, takutnya gelap dijalan." Ucap Edi pada Ayahku.

"Iya Edi, hati-hati dijalan dan jangan ngebut." Kata Ayah juga memperingatinya.

"Iya Pak." Jawab Edi kemudian berlalu dengan motornya.

Sekarang sudah bulan Januari, aku memutuskan untuk ke kota, dan mengambil barang-barang yang tersisa di rumah Edi, sejak pacaran kami sudah tinggal bersama, karena rumahnya besar dan dua lantai, juga karena Ibunya seorang diri, Ayahnya sudah tidak bersama ibunya lagi sejak Edi masih SD.

Makanya Edi memintaku tinggal bersama keluarganya, atas persetujuan Ibunya, agar bisa temani Ibunya jika dia sedang bertugas diluar kota.

Edi memang punya dua saudara, Kakak yang pertama perempuan namanya Kak Titin, yang kedua, namanya Kak Boby. Kak Titin sudah menikah dan tinggal bersama suaminya, Kak Boby sibuk dengan tokonya.

Saat itu aku menempati salah satu kamar di lantai bawah, karena dilantai bawah ini hanya ada dua kamar, dapur, dan kamar mandi.

Saat aku tiba di kota dan menuju ke rumah Edi, terlihat rumah Edi sepi tandanya Tante Rita sedang berada di toko. (nama mamanya Edi adalah Tante Rita). Aku tidak mampir ke rumah, tapi aku temui tante Rita di toko, kemudian Tante Rita memberikan kunci rumah padaku dan aku kembali ke rumah.

Tante Rita sudah menganggap aku seperti Anak sendiri.

"Hai Ibu." Ucapku sambil memandang ke arah Tante Rita yang sedang duduk di meja kasir.

"Hai, El. Baru datang ya?"Tanya Tante Rita sambil memandang ke arahku.

"Mau langsung ke rumah, atau mau tunggu disini?" tanya Tante Rita padaku.

"Aku langsung ke rumah saja Ibu, soalnya aku kebelet." Jawabku pada Tante Rita sambil berdiri.

"Ini kunci rumah El, dirumah Ibu sudah masak banyak, kamu langsung makan saja ya." Kata Ibu padaku, sambil menyerahkan kunci rumah.

"Iya Bu," Jawabku sambil menerima kunci dari tangannya.

"Ibu aku kerumah ya." Ucapku pada Ibu, kemudian berjalan menuju rumah.

Malam itu, disaat semua orang ada dirumah aku menyampaikan maksudku dan berkemas, Edi sempat berat hati, tapi aku mencoba meyakinkan dia agar aku bisa berangkat. Semua orang setuju dan kami berdoa bersama .

"El, kenapa kamu harus pergi sejauh itu?" tanya Edi dengan wajah cemberut sambil menatapku berkemas

"Kan aku pergi untuk bekerja." Jawabku pada Edi.

"Kita Doa dulu ya sebelum kamu melakukan perjalanan besok." Ucap Edi padaku, kemudian melangkah ke ruang tengah untuk Doa.

"Iya Edi nanti aku menyusul." Jawabku pada Edi kemudian meninggalkan kesibukanku, dan melangkah menuju ruang tengah.

Setelah selesai Doa Edi temui aku yang sedang duduk di teras depan lantai bawah dan kami bercerita. Edi memberiku uang tiket, juga uang saku sebesar dua juta rupiah, aku sangat senang dan berterimakasih padanya.

"El, kamu yakin mau berangkat?" tanya Edi padaku dengan suara pelan.

"Iya Edi, kamu kok begitu wajahnya." Jawabku sambil menatap wajah Edi yang murung.

"Okelah, aku ada sedikit uang untuk kamu." Ucap Edi padaku sambil menyerahkan sejumlah uang padaku.

"Terimakasih Edi." Jawabku pada Edi sambil menerima uang darinya.

Pagi itu sebelum kami berpisah perjalanan, Edi ke kantor dan aku ke desa, karena harus bersiap untuk berangkat hari ini.

Aku menelpon Ida agar dia bersiap lebih awal.

Saat aku tiba dengan angkot di desa Ida sedang memasak dan kami makan siang bersama setelah itu, kami berangkat ke kota Ambon.

Angkot yang kami tumpangi kini tiba di penyeberangan antara pulau Seram dan Ambon.

Ida membeli tiket dan kami berangkat menggunakan kapal fery. Setibanya kami di kota Ambon, Ida mengantarku ke pelabuhan besar, untuk berangkat. Aku duduk di ruang tunggu sambil menunggu Ida membeli tiket untuk kami berdua di PT.Pelni.

"Kakak tunggu disini ya, aku akan membeli tiket kapal untuk kita." Ucap Ida padaku sambil berdiri, bersiap untuk pergi membeli tiket.

"Oke, kamu hati-hati dijalan." Jawabku pada Ida dan memperingati dia.

Setelah hampir satu jam aku menunggu akhirnya Ida datang juga, dengan membawa tiket kami. Pintu ruang tunggu terbuka, dan kami melakukan pemeriksaan tiket, tandanya kita sudah diperbolehkan masuk ke kapal yang akan berangkat.

Malam itu kami berangkat dengan kapal menuju pulau Buru, tempat tinggal Kak Alen.

Inilah awal aku merantau untuk bekerja, di tempat Kakak Alen dan keluarganya.

Next.....

Mohon dukungannya

Dengan tekan like, love/favorit, rate bintang lima, komentar dan vote nya untuk mendukung karya ini, agar penulis lebih bersemangat.

Terimakasih atas dukungan kalian.❤️❤️❤️❤️

Bab 2. Hari pertama aku di tempat kakak Alen

penyesuaian diri sangat penting bagi kita di semua tempat yang baru.

Pagi itu kapal yang kami tumpangi tiba di pelabuhan, itu artinya aku dan Ida sudah tiba di tempat Kak Alen. Sebelum kami turun dari kapal, Ida sudah menelpon Kak Alen lebih dulu agar datang ke pelabuhan untuk jemput kami.

"Kak, kami sudah Tiba di pelabuhan, jemput kami ya." Kata Ida pada Kak Alen lewat telepon

"Ok. Aku berangkat sekarang." Jawab Kak Alen pada kami

Saat kami turun dari kapal, dan langsung berjalan menuju ruang tunggu, dermaga yang cukup panjang membuatku merasa capek, karena berjalan sambil membawa koper.

Saat kapal ada yang masuk di pelabuhan, banyak sekali orang di pelabuhan ada yang menjemput, ada tukang ojek, buruh, dan ada juga penumpang yang akan berangkat.

Kami tiba di ruang tunggu dan terlihat Kak Alen dan Anak perempuannya yang berusia 4 tahun saat itu, sudah menunggu kami.

Kak Alen memanggil salah satu tukang ojek agar mengantarku ke rumahnya, sedangkan Ida diboncengi oleh Kak Alen dan kami berangkat bersama menuju rumahnya.

"Ojek," teriak Kak Alen pada beberapa tukang ojek yang sedang parkir di parkiran

"Ojek Kak?" tanya tukang Ojek itu padaku

"Iya, Ikuti motor itu ya." Ucapku pada tukang ojek, sambil menunjuk ke arah motornya Kak Alen yang sudah melaju

"Iya Kak." Jawab tukang ojek itu, kemudian kami berlalu dan mengikuti motor Kak Alen sampai ke depan rumahnya

Aku tiba dirumah Kak Alen, dan Kak Alen memberitahu aku agar cepat mandi, biar terlihat segar dan tidak pusing. Aku mengikuti saran Kak Alen dan segera mandi.

Setelah mandi Kak Alen sudah menyiapkan sarapan untuk kami, dan kami makan bersama sambil bercerita keadaan orang tua kami di pulau Seram.

"El, kamu mandi biar rasa pusingnya hilang, setelah itu kita makan." Kata Kak Alen padaku

"Iya Kak." Jawabku pada Kak Alen, kemudian aku mengikuti saran Kak Alen dan bergegas untuk mandi, setelah itu makan.

Siang itu suami Kak Alen pulang kerja, dan aku berkenalan dengannya. karena memang aku belum mengenalnya samasekali.

"Halo Kak," ucapku pada suami Kak Alen, sambil tersenyum

"Iya Dek, semalam gelombang di laut ya?" jawab suami Kak Alen, kemudian balik bertanya padaku

"Lumayan Kak, gelombangnya." Jawabku padanya dengan suara pelan, kemudian aku melangkah ke kamar

Aku menghubungi Edi lewat telepon, dan memberitahu dia, jika kami sudah tiba di rumah Kak Alen.

"Halo Sayang, aku dan Ida sudah sampai." Kataku dengan suara pelan karena aku telepon sambil tiduran

"Iya Sayang, kamu hati- hati disana ya ini aku sudah di kantor." Jawab Edi padaku dengan suara lembut

Tidak terasa, sudah tiga hari berlalu dan sudah waktunya Ida untuk kembali ke Ambon. Ida hanya mengantarku saja, dan dia akan kembali untuk kuliah.

Pagi itu Kak Alen mengantar Ida ke pelabuhan dan menunggu sampai Ida naik ke dalam kapal barulah Kak Alen kembali ke rumah.

Aku mulai beradaptasi dengan lingkungan, tetangga-tetangga mulai mengenalku, saudara-saudara Kakak Ipar, juga orang tuanya sudah mulai mengenalku.

Aku belum bekerja, jadi tugas aku dirumah, membantu Kak Alen untuk menjaga Anak-anaknya saat dia sedang ke kantor

"Kamu bantu aku ya, menjaga Anakku, sambil menunggu panggilan untuk kerja." Pinta Kak Alen dengan wajah senang

"Iya Kak, aman." Jawabku sambil merapihkan meja makan

"Oh iya, kamu tidak perlu masak, nanti setelah apel pagi selesai aku akan kembali ke rumah dan masak, kamu fokus menjaga Bayiku jika dia menangis buatkan susu untuknya."

Kata Kak Alen sambil menyerahkan botol susu padaku, kemudian berlalu dariku.

Aku mulai terbiasa dengan kedua Anaknya, yang perempuan namanya Dhea dan Adik Laki-lakinya yang masih Bayi namanya Dani.

Baby Dani sangat gendut dan imut. Aku mulai dekat dengan kedua Anak Kak Alen. Dhea mulai mengikuti kemana saja aku pergi, aku juga tidak keberatan jika membawa Dhea bersamaku.

Sekarang sudah bulan februari, dan kata Kak Alen Ibuku akan datang dan tinggal bersama kami disini untuk menjaga Anaknya yang masih Bayi. Dan Ibuku setuju untuk datang.

"El, aku sudah meminta Ibu agar datang kesini untuk menjaga Bayiku." Kata Kak Alen padaku, sambil nonton tv

"Iya Kak." Jawabku singkat, karena sedang asyik nonton tv

Malam itu aku menghubungi Edi dan memberitahu dia jika uang saku yang dia berikan untukku sudah hampir habis.

"Halo Sayang, sudah di kantor ya?" tanyaku pada Edi sambil mengecek isi dompet aku

"Iya Sayang, sementara di kantor," jawab Edi.

"Uangku habis Sayang." Ucapku dengan suara berharap

"Iya sudah, nanti setelah jam strahat aku kirim ke rekening kamu ya." Jawab Edi dengan nada suara penuh semangat

Edi memang seperti itu, selalu membantuku saat susah.Tapi aku bingung, kenapa dia belum juga menikahi aku? Aku pernah menanyakan hal ini padanya tapi, katanya dia masih mengumpulkan uang buat nikah. Yah sudalah aku tidak mau berdebat dengannya.

Ibuku telah datang dan tinggal serumah bersama kami, Kak AleN meminta Ibu kesini untuk menjaga Baby Dani, karena dia merasa kerepotan jika harus mengurus Bayi dan Balita sebelum ke kantor.

Setelah Ibu datang aku mendapat pekerjaan, saat itu aku masuk kerja di salah satu Sekolah Dasar, atas rekomendasi Wakil kepala sekolah yang tidak lain adalah Ayah dari Kakak Ipar.

Mertua Kak Alen adalah Wakil kepala sekolah SD saat itu, namanya Pak Edy " (nama yang sama dengan pacarku").

Beliau mengenali aku saat berkunjung ke rumah Kak Alen, dan bertanya- tanya tentang latar belakang pendidikan aku, kemudian mengajakku untuk bekerja bersama membantunya di sekolah.

"Kakak, jika kamu mau, nanti ikut kerja di sekolah." Ucap Pak Edy padaku

"Iya Pak aku mau." Jawabku pada Pak Edi dengan wajah senang

Aku menerima tawaran kerja itu dengan sangat senang. Aku langsung menghubungi Edi dan memberitahu dia, tentang ini.

"Sayang aku sudah dapat kerja, dan besok aku mulai masuk kerja."

Kataku dengan senang sambil merapihkan pakaianku di lemari

"Iya Sayang, harus tetap semangat, dan jangan lupa berdoa." Jawab Edi dengan penuh semangat dan mengingatkan aku agar tidak lupa dengan Tuhan

" Iya Sayang. Aku tidak lupa." Jawabku pada Edi.

Edi memang begitu, walaupun kadang - kadang dia cemburu yang berlebihan, tapi aku sudah pahami itu, karena aku sudah lama mengenal dia, dan keluarganya.

Setiap akhir bulan Edi selalu mengirimkan uang untuk aku, walaupun tidak besar jumlahnya tapi itu sangat berarti bagiku, dia juga sangat senang membantuku. Kali ini Edi menelpon aku dan setelah kami bercerita banyak, Ibunya ingin bercerita dengan aku lewat video call.

"El, ini Ibu ingin bicara sama kamu." Kata Edi sambil menyerahkan hp untuk Ibunya.

"Halo, Bu. Ibu apa kabar?" tanyaku pada Ibunya.

"Baik El, sepertinya El mulai kurus ya?" tanya Ibunya Edi balik padaku

"Iya Ibu, terlalu gemuk capek Ibu jalannya. Disini aku jalan kaki saat berangkat kerja makanya berat badanku turun." Jawab aku sambil memutar balik badan untuk dilihat oleh Ibunya Edi

"El, sudah dulu ya Ibu sedang membungkus kacang." Kata Ibu padaku, sambil menyerahkan hp pada Edi

"El, sudah dulu ya, dah ... Miss you." Ucap Edi padaku, kemudian mengakhiri telepon videonya.

Aku membantu Tante Rita untuk mengupas kacang yang sudah direndam oleh tante Rita, juga membungkus kacang goreng.

Semua itu dilakukan sebelum aku berangkat ke kampus, karena kuliahku saat itu lebih banyak kuliah disiang hari, jadi paginya aku pakai waktu untuk membantu Tante Rita dirumah.

Kami sudah sangat dekat, tidak ada lagi perbedaan di antara kami, Tante Rita sering mengajakku untuk belanja ke toko pakaian bersama, Ibu menyayangiku seperti Anak sendiri.

"El, kita ke toko beli baju, atau ke salon buat creambath." Ucap Ibu padaku, saat Ibu ingin pergi.

"Iya Bu," jawabku pada Ibu dengan semangat, kemudian bersiap-siap untuk pergi.

Hanya saja aku belum bisa memahami kondisinya saat itu, karena aku masih belum berpikiran dewasa, aku masih fokus hanya untuk kuliahku agar bisa cepat selesai.

Hingga aku lupa juga jika Tante Rita itu butuh perhatian penuh dari Anak- anaknya. Karena Beliau hanya sendiri dengan Anak-anaknya dari dulu, makanya Beliau ingin mendapatkan perhatian dari Anak- anak bukan orang lain.

Aku baru mengerti hal itu setelah aku lulus kuliah dan merantau.Ternyata Tante Rita butuh perhatian dari Anak-anak, karena Beliau adalah Ibu tunggal yang sudah berjuang membesarkan Anak- anaknya seorang diri, hingga Anak- anaknya sukses seperti sekarang, makanya tidak jarang jika Tante Rita marah- marah dirumah.

Next.....

Mohon dukungannya.

Dengan tekan like, love/favorit, rate bintang lima, komentar dan vote nya untuk mendukung karya Ini, agar penulis lebih bersemangat.

Terimakasih atas dukungan kalian.❤️❤️❤️

Bab 3. Pertama masuk kerja

Bekerja keras membuahkan hasil yang baik.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja, pagi- pagi sebelum berangkat, aku bersiap dan berdandan menunggu Kak Alen, karena kita akan berangkat bersama, kebetulan juga kita satu jalur perjalanan jadi bisa berangkat barengan.

"Kak, kita berangkat bersama ya." Ucapku pada Kak Alen

"Iya Dek, ayo kita berangkat." Jawab Kak Alen penuh semangat, kemudian melajukan motornya

Setelah aku tiba di sekolah SD yang sekarang menjadi tempat kerja aku disini. Aku masuk dan bertemu dengan Guru senior yang ada disekolah itu.

"Selamat pagi, Pak, pagi Ibu." Ucapku pada kedua Guru yang sedang duduk di meja piket

" Pagi juga Ibu." Jawab salah seorang Bapak Guru padaku sambil tersenyum

Setelah itu aku duduk sambil menunggu perintah untuk kerja, sekarang sudah jam 9 pagi terlihat sosok seorang Ibu berbadan gemuk, yang menggunakan kacamata, dan payung, hendak berjalan masuk ke dalam ruang Guru, kemudian lanjut ke ruangan kepala sekolah.

"Sepertinya Ibu ini adalah kepala sekolah di sekolah ini." Guman dalam hati sambil duduk mengetik pesan di hp.

Setelah beberapa menit berlalu Ibu itu memanggil aku ke ruangannya, kemudian aku berjalan menuju ruangan kepala sekolah.

Kami berkenalan, nama Ibu Fera biasa di sapa dengan nama Ibu Nona dan kami mulai berbincang, kemudian beliau memberitahu aku jika Beliau adalah kepala sekolah disini.

Kemudian aku diberitahu tugasku disini seperti apa: tugas aku menjaga kebersihan sekolah setiap pagi, dan perhatikan bendera setiap pagi dan sore.

"Nona, tugas kamu disini untuk sementara waktu, menjadi penjaga sekolah, bisa?" tanya Ibu kepala sekolah sambil menatapku

"Iya Bu, aku siap." Jawabku dengan penuh semangat sambil tersenyum

"Mungkin itu saja yang ingin Ibu sampaikan pada Nona." Ucap Ibu kepala sekolah padaku

"Iya Bu, aku permisi Bu." Jawabku membalas ucapan Ibu, kemudian meninggalkan ruangannya

Setelah mengetahui tugas ku, aku kembali dari ruangan kepala sekolah dan duduk di bawah pohon tempat santai bagi para Ibu yang menunggu Anaknya pulang sekolah.

Saat sedang duduk aku mendengar ada suara yang memanggilku, " El ... El .. Setelah aku tengok dan mencari tahu darimana asal suara itu, ternyata suara panggil dari Bapak wakil kepala sekolah. Aku berjalan menuju suara itu.

"Iya Pak." Jawabku sambil berdiri menghadap Bapak Edy

"Jika tidak keberatan kamu bisa bantu- bantu di kantin sekolah." Kata Pak Edy sambil menunjukkan padaku letak kantin sekolah mereka

"Iya Pak! aku mau Pak, terimakasih Pak." Jawabku dengan semangat kemudian melangkah menuju kantin sekolah

Saat aku tiba di kantin ternyata hanya ada dua orang Guru, dan aku berkenalan dengan mereka, salah satunya adalah Guru yang sudah PNS namanya Ibu Magda, dan yang satunya lagi Guru honor namanya Ibu Hanif mereka berdua adalah guru mata pelajaran agama Kristen dan Guru mata pelajaran agama Islam.

Kami berbincang disaat mereka tidak ada jam mengajar, sambil menyiapkan makanan dan minuman di kantin.

"El kamu masuk disini rekomendasi dari siapa?" tanya Ibu Hanif padaku dengan suara pelan

"Aku masuk disini atas perintah Pak Edy." Jawab aku sambil membantu menyiapkan gelas dan piring

"Aku adalah saudara dari menantunya, (Anak Laki- lakinya menikah dengan Kakak perempuanku)." Aku mencoba menjelaskan pada mereka dengan benar.

"Pak Edy memintaku agar membantu di kantin." Kataku, pada kedua Ibu yang sedang duduk menatapku

Inilah pekerjaanku disekolah ini, selama aku masuk kerja, waktu itu aku di bayar ( di gaji ) satu bulan 650.00 setara dengan gaji honor yang lain.

Setiap pagi aku ke sekolah lebih awal dan menaikan bendera, sebelum sekolah dimulai, setelah itu aku membersihkan emperan setiap depan ruang kelas yang kotor, juga memungut sampah yang bertaburan di halaman sekolah.

Dan sore hari aku bertugas kembali ke sekolah untuk menurunkan bendera, memeriksa pintu dan jendela setiap kelas, yang masih terbuka, kemudian aku membersihkan halaman sekolah, menyiram bunga dan memeriksa kebersihan kamar mandi sekolah setelah itu aku kembali ke rumah.

Kegiatan itu aku tekuni selama aku belum berpindah posisi. Kadang saat tidak ada pekerjaan di kantin sekolah, atau jika sudah selesai bantu-bantu di kantin, aku duduk sendiri sambil mengetik hp di tempat duduk depan perpustakaan sekolah.

Kali ini ada salah seorang Guru yang mengajakku masuk dan duduk di ruang kantor.

Disana banyak sekali Guru- Guru PNS yang duduk.

"Hai Dek, kesini gabung sama Ibu-ibu di kantor jangan duduk sendiri disitu." Ajak seorang Ibu sambil melambaikan tangan padaku

"Iya Buk," jawabku sambil melangkah menuju ruang guru

Setelah aku tiba disana, aku merasa malu. Karena semua yang duduk diruang Guru adalah guru PNS , tapi hal itu tidak membuatku merasa terpojokkan karena, mereka sangat baik, mengajakku ngobrol dan bertanya- tanya tentang aku.

Pagi ini, setelah aku selesai mengerjakan tugasku, aku menuju ke kantin dan duduk- duduk disana, karena belum ada pembeli aku sempat kan waktu untuk mengetik hp, dan mengirim pesan lewat sms pada Edi pacarku.

Aku dipanggil oleh Pak Edy,

"Ibu, namanya Ibu El?" tanya salah seorang anak sekolah padaku sambil menatapku dengan heran

"Iya benar, aku ... Ada apa ya?" tanyaku dengan serius kepada Anak sekolah itu

"Ibu dipanggil oleh Pak Edy ke ruang Guru( ruang kantor) sekarang." Jawab Anak sekolah itu padaku, kemudian berlalu dari pandanganku

Namanya Anak- anak SD setelah selesai menyampaikan pesan dari Guru mereka langsung pergi begitu saja.

Aku berjalan menuju ke ruang Guru yang tak lain adalah ruang kantor. Setibanya aku disana aku temui Pak Edy yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Kakak, bantu Bapak sebentar bisa?" panggilan Pak Edy pada setiap Anak juga padaku dengan sapaan Kakak, dan bertanya padaku sambil memegang salah satu lembar kertas

"Iya, bantu apa Pak?" aku menjawab dan bertanya kembali kepada Pak Edy dengan wajah serius

"Kakak bisa main komputer?" tanya Pak Edy kembali padaku

"Bisa Pak, kalau word yang lain aku belum paham." Jawabku dengan wajah penuh tanya sambil menatap Pak Edy

"Bantu Bapak mengetik surat pindah ini, kasihan surat ini sudah dari kemarin tapi belum ada yang ngetiknya ( membuat surat pindah

sekolah)." Kata Pak Edy sambil menunjukkan padaku satu lembar kertas berisi nama siswa yang akan pindah sekolah lengkap dengan sekolah tujuannya, dengan wajah penuh harap.

"Oh iya Pak, aku siap." Jawabku sambil menerima kertas itu.

Kemudian Pak Edy menunjukkan padaku sebuah laptop sekolah dan aku berjalan menuju meja dimana laptop itu berada.

Kemudian aku menyalakan laptopnya dan mencari file surat-surat dan kutemukan.

Sementara aku mencari filenya Pak Edy datang dan menunjukkan filenya kemudian model surat pindah terbaru yang akan aku gunakan.

Aku mengetikkan surat itu dengan hati- hati setelah hampir selesai Pak Edy datang menghampiri mejaku dan mengecek.

"Gimana Kak, aman?" tanya Pak Edy padaku sambil tersenyum

"Sudah siap Pak tinggal di print." Jawabku dengan semangat, karena aku sudah bisa menyelesaikan surat itu dengan sangat baik

"Pak, printer mana yang bisa aku gunakan?"

tanyaku pada Pak Edy

"Terserah Kakak saja disana ada dua printer pilih salah satunya." Jawab Pak Edy sambil menunjukkan padaku printer yang ada di atas meja

"Oh iya, baiklah Pak." Jawabku pada Pak Edy sambil berjalan menuju printer yang akan aku gunakan

Surat pindah selesai di ketik dan di print tak lupa juga aku menyimpan file yang baru saja aku kerjakan, agar suatu saat jika beliau meminta bantuan aku, maka dengan mudah aku menemukannya.

Setelah hasil print dikeluarkan, aku temui Pak Edy yang sedang duduk di meja piket kemudian menyerahkan surat itu agar di tanda tangani oleh Pak Edy atau Ibu kepala sekolah .

Setelah itu aku kembali membantu kedua Ibu yang berada di kantin.

Next.....

Mohon dukungannya.

Dengan tekan like,love/favorit, rate bintang lima, komentar dan vote nya untuk mendukung karya ini, agar penulis semakin bersemangat.

Terimakasih atas dukungannya.❤️❤️❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!