Reinkarnasi
Bruuuaak!
Terdengar suara pukulan meja, di ruang tamu. Terlihat seorang laki laki berdiri dengan penuh emosi dan amarah. Dia adalah Verdi, kakak dari Juli yang bekerja menjadi seorang dokter di salah satu rumah sakit.
"Tidak bisa Pa, itu tidak adil. Aku juga anak Ayah, tapi kenapa? Kenapa Ayah memberikan semua uang dan properti buat Juli?" ucap Verdi dengan nada tinggi dan melotot melihat ke arah laki laki tua yang terlihat pucat dan lemas, tak berdaya.
"Iya Yah, Ayah tidak adil dengan kita," sahut wanita yang lebih muda bernama Sista.
"Ayah sudah adil dengan kalian, selama ini kalian melakukan apapun menggunakan uang Ayah. Sedangkan Juli dia tidak pernah melakukan itu, kalian sudah banyak membuang buang uang Ayah untuk hal hal tidak penting!."
Jawab Ayah Verdi dan Sista dengan lemah lalu ia batuk batuk beberapa kali. Mendengar hal itu, Juli pun akhirnya mencoba menenangkan Ayahnya agar sakitnya tidak lebih parah.
"Sudah Ayah, tidak papa. Jika Kak Verdi dan Kak Sista ingin warisan itu, aku tidak masalah asalkan Ayah baik baik saja!."
Mendengar ucapan itu, Verdi, Sista dan Ibu kandung Juli saling bertatap tatapan dengan tersenyum kecil di bibirnya karena mereka merasa kalau harta warisan Juli akan jatuh ke tangan mereka. Namun, mereka terlihat terkejut saat pengacara yang menjadi pembicara di kasus itu mengatakan kalau harta itu tidak akan bisa di balik namakan jika Ayah Juli dan Juli belum meninggalkan. Mendengar ucapan itu perasaan kecewa terlihat sangat jelas di mata mereka.
"Apa?! Ini benar benar tidak adil, Juli mendapatkan uang 1 triliun sedangkan kita bertiga hanya mendapatkan uang 50 juta!" ucap Verdi dengan nada tinggi dan mata yang melotot. Melihat hal itu ibu kandung Juli pun berusaha menenangkan Verdi.
"Pa, Sista mohon sama Papa! Tolonglah Papa adil!. Kalau sampai Papa adil sama kita semua, aku janji aku akan merawat Papa dengan baik, bahkan aku akan berhenti melakukan hal hal bodoh lainnya!."
Sista pun mendekati ayahnya lalu ia memegangi salah satu tangan ayahnya dengan lembut dan baik. Dia duduk di samping ayahnya dengan kedua kaki bertekuk lutut dan menunjukkan ekspresi sedih.
Melihat hal itu, Juli yang memiliki sikap baik dan empati yang tinggi ia pun langsung bergegas menuju ke kakaknya dan membantu kakaknya berdiri. setelah Sista berdiri di hadapannya, Juli memegang kedua lengan Sista dengan lembut dan penuh kasih sayang sebagai seorang saudara.
"Tidak papa kok Kak, kita bagi lagi!. Aku akan ambil sebagian saja dan sebagainya bisa buat Ibu, Kak Verdi dan Kak Sista!."
Mendengar hal itu, Verdi dan ibunya terlihat langsung bangun dari duduknya dan melihat Juli dengan baik. Mereka langsung mendekati Juli dan memeluk Juli dengan erat dan sangat menyayangi Juli.
"Makasih ya Dek, kamu memang adik yang paling baik," ucap Verdi dengan berbisik di dekat telinga Juli dan ia memeluk erat Juli. Juli yang merasa kasih sayang kakaknya tulus dengan dirinya akhirnya membalas senyuman kecil.
Merasa kalau istri dan kakak kakaknya tidak tulus menyayangi Juli, Ayah Juli pun memilih untuk membakar surat warisan itu agar ketika orang itu berhasil menguasai harta Juli.
"Apa yang ingin kalian bagia jika surat warisan nya saja sudah hangus terbakar?" tanya Ayah Juli dengan berdiri menjauh dari keluarga nya.
Mendengar ucapan itu, Verdi , Sista dan Ibu Juli pun langsung melepaskan pelukannya. Setelah itu, ia melihat ke arah Ayah Juli yang berjalan menjauhi mereka dengan membawa surat itu dan sebuah korek api.
"Apa yang ingin Papa lakukan?" tanya Verdi dengan ketakutan karena melihat surat warisan dan korek di kedua tangan ayahnya.
"Ayah akan bakar surat ini!. Kalau Juli tidak mendapatkan satu triliun itu, maka kalian semua tidak akan mendapatkan apapun," jawab Ayah Juli dengan tegas lalu ia membakar surat itu. Melihat hal itu, semua orang teriak dan berlari menghampiri surat itu untuk mereka padamkan namun karena surat itu hanya sebuah kertas dalam beberapa detik pun surat itu terbakar habis. Ketiga orang itu terlihat sangat kecewa dengan Ayah Juli kecuali Juli, yang terlihat tidak peduli dengan semua harta itu.
Ia terlihat hanya peduli dengan ayahnya yang sudah dapat berjalan. Ia langsung menghampiri ayahnya dengan air mata haru karena kesembuhan ayahnya.
"Ini Ayah kan? Ayah bisa bangun, " ucap Juli dengan air mata yang terlihat terus menetes membasahi pipinya.
Juli pun langsung memeluk ayahnya dengan sangat bahagia karena ayahnya sudah bisa bangun dan tidak sakit lagi. Juli terlihat sangat bahagia namun hal itu berbanding terbalik dengan keluarganya yang lainnya terlihat Verdi sangat murka dengan Ayah Juli, begitu pula Sista dan Ibu kandungnya. Tatapan Verdi seakan di penuhi oleh api kemarahan, ia mengepalkan tangannya. Ketika ia sudah tidak dapat menahan amarahnya ia pun langsung bangun dari sedihnya dan menghampiri Ayah Juli.
Saat Verdi sudah berada di dekat ayahnya, ia menatap wajah ayahnya.
"Kenapa ayah melakukan itu?" tanya Vedi dengan serius lalu ia berhenti beberapa saat dan mengerakkan kedua tangannya dan memegangi kedua lengan ayahnya dengan sangat erat.
"Kenapa!!!" bentak Verdi setelah ia melihat kalau surat warisan yang harusnya ia dapatkan menjadi abu.
Saat itu, Ibu dan Sista hanya menangis karena melihat surat warisan itu terbakar. Mendengar Verdi membentak ayahnya sendiri Juli pun menghampiri Verdi dan berusaha menenangkan Verdi.
"Kak Verdi, kenapa kamu bisa melakukan itu? Kenapa kamu membentak Ayah? Seharusnya kita bahagia karena Ayah sudah sembuh dan bisa berdiri lagi!."
Ucap Juli sambil melepaskan kedua tangan Verdi yang memegangi lengan ayahnya dengan sangat erat dan kasar. Setelah itu, Juli melindungi ayahnya dengan berdiri di hadapan ayahnya.
"Kamu mau ikut campur, hah? Baiklah," jawab Verdi lalu ia menampar Juli hingga tubuhnya terpental dan jatuh ke tanah. Melihat hal itu, si pengacara, si supir dan ayahnya terlihat sangat terkejut dengan sikap Verdi kepada Juli. Ayahnya terlihat sangat marah dengan Verdi, ia menghampiri Verdi dan menarik kerah kemeja yang di pakai oleh Verdi.
"Kenapa kamu melakukan itu? Juli itu adik kamu, tapi kenapa kamu bisa kasar dengan dirinya?" ucap Ayah Juli dengan tegas dan sedih.
Mendengar ucapan itu dengan perlahan Verdi memegang kedua lengan ayahnya lagi. Dia menatap mata ayahnya dengan penuh amarah dan kebencian.
"Semua ini!. Semua ini gara gara Ayah," bentak Verdi lagi dengan memberi dorongan kepada ayahnya hingga membuat ayahnya melangkah mundur menjauh Verdi. "Semua ini juga gara gara Ayah, kalau seandainya Ayah adil dengan kita mungkin semua ini tidak akan terjadi. Tidak.. Akan... Pernah terjadi!."
Merasa kemarahan Verdi semakin memuncak Juli yang saat itu di bantu oleh supirnya pun langsung berdiri dengan memegangi salah satu pipinya. Ketika Verdi sudah tidak tahan dan ingin memukul ayahnya, Juli pun langsung menghentikan Verdi.
"Kak, kalau Kakak berani memukul ataupun menyentuh Ayah. Harta sepeser pun Kakak tidak akan mendapatkan nya!" jawab Juli dengan tegas dan mata yang berbalik marah kepada Verdi. Mendengar hal itu, Ibu Juli langsung bangun dari sedihnya dan berusaha menenangkan Verdi. Verdi yang saat itu panas dingin dan tidak bisa mengontrol dirinya sendiri akhirnya dengan perlahan lahan berhasil mengontrol dirinya sendiri karena bantuan dari ibunya.
"Tolong jangan lakukan itu Juli, maafkan kakak kamu!" sahut Ibu Juli dengan memegangi bahu Verdi dan menenangkan Verdi. Setelah Verdi tenaga, tatapan mata Juli terlihat terus memandang ke arah Verdi. Dia menghampiri ayahnya dan membawa ayahnya pergi karena ia tidak ingin masalahnya semakin memanas.
Ketika Juli dan ayahnya sudah pergi dari ruangan itu, Verdi, Sista dan Ibu Juli menghampiri pengacara yang di sewa oleh Ayah Juli. Mereka terlihat kebingungan dengan pembagian harta warisan itu, mereka menganggap kalau harta warisan itu sudah sirna dan tidak bersisa apapun.
"Gimana Pak? Surat itu bukan surat warisan yang asli kan?" tanya Ibu Juli dengan sedih, bingung dan khawatir menjadi satu.
"Sepertinya itu adalah surat asli Bu," jawab si pengacara dengan baik dan sopan.
Mendengar hal itu, ketiga orang itu terlihat sangat terkejut. Mereka hanya bisa menangis karena mereka merasa kalau sudah tidak akan mendapatkan harta warisan lagi.
Setelah itu si pengacara itu pergi dari rumah dan meninggalkan keluarga Juli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Baby Jan
𝚊𝚖𝚒𝚗
2024-05-22
0
Yaser Levi
semoga ceritanya bagus
2024-05-19
2