7 harian kematian ayahnya pun sudah berlalu, namun Juli masih saja terlihat sedih. Ia tidur dengan keadaan kamar gelap gulita, hanya sebuah cahaya remang remang yang masuk ke rumah dari cahaya bulan.
Saat itu suasana terasa berbeda, udara dingin menusuk tulang tulang Juli. Ia terlihat menarik selimutnya dengan perlahan. Suasana mulai mencekam saat terlihat beberapa orang masuk ke dalam rumahnya dengan pakaian serba hitam. Saat itu terlihat empat orang misterius dengan pakaian hitam berjalan mengendap-endap bak seorang maling.
Setelah itu ke empat orang itu terlihat menghampiri kamar Juli, saat sudah di depan kamar Juli dengan perlahan salah satu orang misterius itu membuka pintu agar tidak mengeluarkan suara. Juli yang saat itu sudah terlelap dalam tidurnya akhirnya ia tidak sadar kalau ada orang yang ingin masuk ke dalam kamarnya.
Keempat orang itu pun berdiri di samping tempat tidur Juli dengan memandangi Juli. Tak berselang lama, keempat orang itu mendekap Juli, menyadari kalau Juli di dekap oleh seseorang ia pun langsung bangun dan berusaha melawannya namun karena jumlah para pelaku melebihi dua Juli pun kalah dan ia jatuh pingsan di atas tempat tidur karena dekapan dari salah satu pelaku.
Tak berselang lama, tiba tiba seseorang menyiramkan satu ember air ke wajah Juli, menyadari hal itu ia pun langsung terbangun karena ia sadar bukan berada di tempat tidur namun sebuah loteng gedung tua dengan kedua tangannya di ikat dan kedua kakinya di ikat.
"Siapa kalian? Dan apa yang kalian ingin kan dari ku? " ucap Juli dengan tegas sambil melihat ke arah 3 orang misterius yang berdiri di hadapannya. Ia mengatakan hal itu dengan berusaha melepaskan ikatan yang mengikat tangannya, namun karena ikatan itu terlalu kuat ia tidak bisa melepaskan nya. Tak berselang lama, salah satu dari pelaku mendekati Juli dan membuka tali yang mengikat Juli. Setelah itu, orang misterius itu menjauhi Juli dan berdiri di hadapannya. Setelah itu, secara bersamaan ketiga orang misterius itu membuka penutup mukanya.
Betapa terkejutnya ia saat ia melihat ketiga orang itu adalah keluarganya sendiri.
"Apa apaan ini Kak, Ibu? Kenapa kalian melakukan ini?" tanya Juli dengan sedikit marah setelah mengetahui kalau ketiga orang itu adalah keluarnya sendiri.
"Maafkan kita bertiga Juli, kita melakukan ini karena kita ingin memberi kamu sebuah kejutan spesial!" jawab Verdi dengan baik kepada Juli dengan menyembunyikan sebuah pisau di balik tubuhnya. Juli yang polos pun tidak sadar kalau dirinya sedang di tipu oleh keluarganya sendiri dan dirinya sedang dalam bahaya. Ia mengira kalau kejutan itu untuk menghibur dirinya yang sedang sedih dan ia terlihat sangat bahagia dengan semua itu. Dengan raut muka yang sangat bahagia, ia langsung memeluk Verdi sang kakak. Juli terlihat sangat menyayangi Verdi, namun tanpa di sadari oleh Juli Verdi mulai mengerakkan pisau yang ia pegang ke arah perut Juli.
"Aku sayang sama Kakak!."
"Kakak juga sayang sama kamu," jawab Verdi dengan baik dan berbisik di dekat telinga Juli, tak berselang lama Verdi menusukkan pisau yang ada di tangannya ke perut Juli. Juli yang menerima tusukkan itu langsung terdiam selama beberapa saat. Setelah itu, ia melepaskan pelukannya dengan perlahan dan melangkah mundur beberapa langkah menjauhi Verdi dengan mata yang tidak berpaling dari sang kakak. Saat ia sudah jauh dari sang kakak dengan perlahan ia melihat pisau yang masih menancap di perutnya. Saat itu, Juli tidak menarik pisaunya agar darah tidak keluar banyak dari perutnya.
"Ke... Kenapa Kakak me... Melakukan ini ke aku?" tanya Juli dengan terbata bata lalu ia terjatuh ke lantai dengan kedua kaki bertekuk lutut dengan mata yang terus memandang ke arah Verdi.
Melihat hal itu Ibu Juli terlihat berpura pura terkejut dan khawatir dengan keadaan Juli, ia langsung menghampiri Juli yang jatuh bertekuk lutut di lantai. Dia pun membantu Juli bangun namun, saat Juli sudah bangun dan berdiri di dekat ibunya. Ibunya memegangi salah satu pipi Juli dengan lembut dan penuh kasih sayang. Saat itu, Juli mengira ibunya akan membantu dirinya namun hal itu salah justru setelah memegang pipi Juli dan mengatakan kalau dirinya juga sayang dengan Juli, tangannya mulai mengarah ke pisau itu dan menariknya hingga membuat Juli teriak kesakitan.
"Ibu sayang dengan kamu," ucap Ibu Juli lalu mendorong Juli hingga ia jatuh ke tanah dengan kedua tangan terlentang di lantai. Ia kemudian berusaha bangun namun ia terlihat tidak bisa bangun sendiri, ia terus berusaha berdiri namun ia selalu gagal.
Beberapa saat kemudian, Sista menghampiri Verdi dengan beberapa botol kaca yang ia bawa. Setelah itu ia memberikan salah satu botol ke Verdi dan memberikan botol lain ke ibunya. Mereka berdua terus mendekati Juli, Juli yang sudah mulai kehabisan darah terlihat sangat lemah dan tidak bisa menjauhkan dirinya dari ketiga orang itu. Ia terus memohon kepada ibunya dan kakak kakaknya namun hal itu tidak di dengar oleh ketiga orang itu.
Suasana semakin menegangkan saat, orang misterius dengan pakaian yang sama seperti yang di pakai keluarganya muncul dari belakang ketiga orang itu dengan membawa sebuah kapak. Orang misterius itu menyeret kapak itu hingga mengeluarkan bunyi karena gesekan antara lantai dan kapak itu.
"Kamu tidak akan mati dengan semudah ini Adik ku!" ucap Verdi lalu ia membangunkan Juli yang sudah lemas dan tak berdaya. Verdi menarik Juli dan membenturkan kepala Juli ke salah satu tiang dengan sangat kencang hingga membuat kepada Juli mengeluarkan darah dan ia kembali jatuh ke tanah. Saat itu, Juli sudah tidak bisa berkata kata, ia hanya bisa menatap para pelaku dengan rasa sakit yang ia rasakan.
Saat Juli sudah jatuh ke tanah, ketiga pelaku yang lainnya datang menghampiri Verdi.
"Kamu harus mati, supaya harta kamu bisa jatuh ke tangan kita berempat!. Kamu... Harus mati!!!" ucap Verdi dengan mendekati tubuhnya ke arah Juli lalu ia memukul kepala Juli dengan botol minuman yang terbuat dari kaca dengan sekuat tenaga. Tak berselang lama, Sista dan Ibu Juli pun melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan oleh Verdi. Setelah ketiga keluarganya memukul kepala Juli dengan botol, Juli mulai mengerakkan tangannya perlahan untuk meminta pertolongan kepada mereka namun mereka tidak mempedulikan Juli. Verdi justru meminta pelaku ke empat yang membawa kapak untuk menancapkan kapak nya ke perut Juli agar Juli mati.
Juli pun akhirnya lemas, namun sebuah keajaiban saat itu ia masih belum mati walaupun ia sudah di kapak. Merasa Juli masih hidup akhirnya Verdi pun membangunkan Juli dan menyeretnya dengan penuh kemarahan. Ia menarik Juli ke pinggir lantai, saat Juli dan Verdi sudah berdiri di pinggir lantai Juli menatap mata Verdi dan berbicara dengan lirih dan terbata bata di dekat Verdi.
"A... Aku a... akan kembali!!!" mendengar ucapan itu, Verdi terlihat tidak mempedulikan ucapan Juli.
"Kamu bisa kembali, kalau Tuhan memberi kamu kekuatan untuk bereinkarnasi setelah kematian kamu kali ini!."
Ucap Verdi lalu ia mendorong Juli hingga Juli terjatuh dari lantai gedung tua yang tidak terpakai. Melihat hal itu, pelaku yang lainnya pun hanya melihat Juli yang perlahan mulai menjauh dari mereka dan mendekat ke tanah.
Saat itu tidak terlihat sedikit pun perasaan sedih di raut muka keluarga Juli. Justru, mereka terlihat sangat bahagia. Saat Juli melayang di udara, tiba tiba lingkungan di sekitarnya berubah menjadi serba putih dengan secepat kilat semua itu berubah kembali normal. Tak berselang lama Juli pun jatuh ke tanah, darah pun langsung mengalir dari tubuh Juli dan kepala Juli dengan perlahan.
"Akhirnya, satu manusia itu sudah mati. Kini harta itu milik kita semua," ucap Verdi lalu ia tersenyum dengan jahat.
Beberapa saat kemudian, ambulan pun datang setelah menerima laporan kalau ada kasus bunuh diri dari Juli. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, para dokter memeriksa Juli dan mereka menyatakan kalau Juli sudah meninggalkan. Raut muka sedih mendengar berita itu sangat terlihat dari muka keluarga Juli.
Saat Juli dan keluarganya sampai di rumah sakit, hal mengejutkan terjadi di mana saat suster membawa masuk Juli ke kamar mayat dan akan di bersihkan tiba tiba tangan Juli terjatuh dan terlihat salah satu jarinya masih bergerak namun saat itu tidak ada yang menyadarinya karena suster dan dokter yang memeriksa Juli sudah mengatakan kalau Juli sudah mati.
Keesokan harinya pemakaman Juli pun di laksanakan oleh keluarga Juli dengan tangis kepalsuan yang di perlihatkan oleh keluarga Juli. Di saat bersamaan Juli dengan memakai pakaian serba hitam, dan menyamar di antara warga yang melayat di pemakamannya. Melihat kesedihan dari keluarganya, ia mengingat hari sebelumnya dimana tiba tiba ia melihat sebuah cahaya berwarna putih dan sangat terang bahkan menyilaukan matanya. Setelah itu terdengar suara seseorang meminta Juli untuk balas dendam atas kematiannya. Setelah mendengar ucapan itu, cahaya putih itu seakan akan menarik Juli beberapa saat kemudian ia terbangun dan luka luka yang di sebabkan oleh keluarganya perlahan pulih dengan sendirinya bak memiliki kekuatan super.
Keadaan pun kembali normal di pemakaman, ia kemudian pergi dari pemakaman. Di saat bersamaan Ibu Juli melihat ke arah tempat Juli berdiri karena ia merasa Juli masih hidup untuk balas dendam dengan mereka berempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments