Berkah Atau Musibah
Di tengah hujan deras, sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi. Seolah terburu-buru hendak ke suatu tempat, kecepatannya semakin dan semakin bertambah setiap detiknya. Di dalam mobil seorang gadis remaja berusia lima belas tahun duduk di kursi penumpang bersama seorang remaja lelaki. "Kak, sebenarnya kita mau kemana?" bisik si anak perempuan pelan, dia sudah bertanya dengan orang tuanya tadi, tapi dia sama sekali tak mendapat jawaban. Hanya sebuah senyum yang dia dapati sebagai balasan.
Si pria yang lebih besar sedikit mengusak rambut adiknya. "Kita akan tahu saat kita sampai, Lia." si adik yang dipanggil Lia cemberut kesal mendengar jawaban kakaknya.
"Huh, kenapa, sih harus dirahasiakan dari Lia?" ucapnya merajuk manja. Si ibu menenangkan, sang kakak tersenyum tipis, tak lupa tangannya mencubit kecil pipi sang adik.
"Lia penasaran, ya?" si ayah angkat bicara sambil menoleh ke belakang. Suasana bahagia dan hangat itu nyatanya tak berlangsung lama, mobil lepas kendali di turunan gunung. Wajah sang ayah berubah panik, si ibu menangis sambil terus berdo'a. Menurunkan kecepatan mobil tak berhasil, meski di rem pun tak terlalu bekerja. Salahkan mobil yang sudah tua atau salahkan kesalahan sang ayah yang jarang memeriksa mobil mereka.
"Kak, Lia takut," cicit si adik menahan tangisnya. Badan kecil itu gemetar ketakutan.
"Jangan takut, kakak di sini. Kakak akan selalu ada di sisimu apa pun yang terjadi!" ucap si kakak berjanji, berusaha menenangkan adiknya yang ketakutan.
"Tutup matamu, Lia. Semua akan berakhir dan kembali seperti semula saat kamu membuka mata kembali!" bujuk si kakak yang langsung diikuti adiknya.
"Pintar. Ingat, kakak selalu ada di sampingmu dan kami semua menyayangimu!" bisik si kakak mempererat pelukannya. Setelahnya hanya ada kegelapan, Lia tak sadarkan diri. Tak tahu apa yang terjadi pada keluarganya.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Seminggu kemudian, Lia yang baru sadar langsung berusaha turun dari tempat tidur. Dia panik dan mencoba mencari tahu bagaimana kakak dan orangtuanya. "Nona, anda tidak boleh banyak bergerak. Kaki anda belum sembuh, nona!" seorang perawat yang beru datang menghentikan apa yang sedang dilakukan Lia.
"Bagaimana keluargaku? Dimana kakak dan orang tua saya?" ucap Lia tak sabar.
Akan saya panggilkan dokter, anda bisa bertanya pada beliau! Jadi, mohon tenangkan diri anda terlebih dahulu."
Tak lama si perawat tadi kembali membuka pintu ruang rawat Lia, dia terlihat datang bersama dengan seorang lelaki yang mengenakan baju warna putih. "Bagaimana perasaan anda, nona?" tanya pria itu memasang senyum ramah.
"Baik! Apa anda dokternya?"
Si dokter mengangguk. "Biarkan saya memeriksa anda dulu!"
"Dimana ayah dan ibuku? Bagaimana keadaan mereka bertiga?" tanya Lia tak sabar.
"Hmm, saya tahu ini tiba-tiba, tapi tolong dengarkan baik-baik, nona. Hanya anda yang selamat, semua anggota keluarga anda meninggal di tempat!"
Lia terdiam tanpa ekspresi, tak lama gelak tawa terdengar dari belah bibirnya yang bergetar. "Ha-ha-ha, ha-ha-ha, ha-ha-ha, bohong. Semua bohong?!" pekik Lia menjambak rambutnya sendiri.
"Anda berbohong! Kakak berbohong! Semua ini pasti tipuan, kan?! Aku tahu, ayahku sedang bermain sandiwara, bukan?"
"Suntikkan obat penenang, kita tak bisa membiarkan dia melakukan sesuatu dengan pemikirannya yang seperti sekarang. Si perawat segera mengikuti perintah dokter tadi, Lia disuntik dan langsung tak sadarkan diri kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments