5.

Lia benar-benar langsung kembali ke rumahnya, dia lebih ingin beristirahat dan menenangkan pikiran. Gadis itu tak ingin membuang-buang waktu dengan hal yang tak berguna sama sekali, lebih baik dia mendengarkan lagu dari ponselnya daripada jalan ke sembarang arah.

"Aku harus makan meski aku tak merasa lapar, bukan?!" tangan kecil yang terlihat lebih kurus dari anak sepantarannya itu pun mengambil sebungkus roti dan mulai memakan roti tersebut. Lia lebih memilih meminum air putih, dia ingat kalau sang kakak tak suka jika dia terlalu sering minum minuman dingin.

Selesai menghabiskan sebungkus roti tadi, Lia pun duduk di meja belajarnya. Dia mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolahnya. Setelahnya, Lia beristirahat sebentar, sebelum dia turun untuk kerja sampingan yang dia lakukan. Ayahnya memang meninggalkan usaha untuk dirinya, tetapi Lia berpikir kalau dia hanya tahu cara menghabiskan uang, semua pasti akan tergali hingga ke akar. Makanya Lia memilih untuk bekerja di swalayan, dia harus tahu susahnya mencari uang agar dia bisa berhemat sehemat mungkin.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Setelah beberapa waktu memejamkan matanya, Lia pun bersiap untuk bekerja. Tak berapa lama, gadis itu sudah siap dengan pakaian santainya. "Aku pergi dulu," pamitnya pada udara kosong, Lia pun segera mengunci pintu dan pergi ke tempatnya bekerja.

"Eh, lu kerja di sini, Lia?" sebuah suara menyapa Lia yang sedang menyusun barang-barang ke rak. Lia tak menjawab, dia hanya menatap dalam diam, tangannya juga tak berhenti dan terus bekerja. Seolah dia bertanya siapa orang yang mengajaknya berbicara sekarang.

"Hello, jangan bilang lu gak denger? Atau lu lupa siapa kita-kita?" dua anak perempuan di belakang anak yang menyapa Lia tertawa cekikikan.

Lia memutar bola matanya malas, dia kembali menatap rak di depannya. "Kalau tak penting, lanjutkan saja belanja anda. Saya sibuk!" ucap Lia tegas,tapi masih terdengar ramah.

"Hi-hi-hi-hi, mungkin dia malu kita-kita tahu kalau dia kerja di sini," ucap salah satu anak yang ada di belakang perempuan tadi.

"Katanya mau langsung pulang, nyatanya kerja di sini, ya!" yang lain ikut menyindir. Namun, Lia tetap saja diam tak menggubris. Ketiga perempuan itu seolah berbicara dengan dinding saja.

"Kalau lu ada masalah, coba cerita sama kita-kita. Mungkin kita bisa bantu, apalagi kalau cuma masalah uang, ya gak?" tawa cekikikan semakin parah terdengar, Lia paham dirinya sedang dihina.

"Ahh, saya ingat. Kalian salah satu teman di sekolah, kan?" ucap Lia tanpa menatap mereka.

"Hi-hi-hi-hi, kami kira lu bakalan terus lupa!"

"Apa mungkin pura-pura lupa?"

Lia tersenyum kecil. "Memori saya sudah penuh dan saya malas untuk menambah hal-hal yang tak perlu! Saya permisi?! Saya harus kembali bekerja!"

Tiga perempuan yang merupakan teman sekelas Lia pun menggeram kesal, niat hati mau mengejek, nyatanya mereka yang merasa terhina. Bagaimana tidak, sebagai teman pun mereka tak diingat. "Dasar sial, pembawa sial yang kurang ajar! Kenapa gak ngikut mati aja, sih lo?!" desisnya kesal.

"Sabar, Jess. Gimana kalau kita kasih dia pelajaran?" kata yang lain.

"Apa dan gimana?" tanya Jessi antusias.

"Kita ambil foto dan sebarkan, biar satu sekolah tahu kalau dia kerja ga penting begini!"

"Pinter juga lu, Ta!" ucap Jessi memuji kawannya Meta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!