Lia mulai tenang hari ini, dia tak membuat keributan. Gadis itu juga bisa diajak bicara, bahkan dia menanyakan kapan dia bisa pulang ke rumah. Bukannya Lia tak memiliki keluarga lain selain ayah, ibu, dan kakaknya. Hanya saja tak ada yang menjenguknya selama dia dirawat, kakek nenek nya pun tak ada yang datang. Apa bedanya dia dengan anak sebatang kara yang ditinggal pergi oleh keluarganya. Dia memiliki keluarga, tetapi tak ada yang peduli padanya.
Dokter mengatakan gadis itu boleh pulang jika Lia terus tenang seperti itu, Lia pun mengangguk paham. Besok sorenya, Lia sudah diperbolehkan pulang. Tak ada keluarga yang menjemput dirinya, paman dan bibi, serta kakek dan juga neneknya tak datang dengan alasan sibuk.
"Aku pulang ...," ucap gadis itu. Rumah yang biasanya penuh canda tawa, kini terasa sangat-sangat sepi. Gadis itu pun kembali menangis, tubuhnya merosot, terduduk. Terlihat sangat rapuh dan tak berdaya. "Aku merindukan kalian!" katanya dengan suara lirih.
Lia menggigit bibirnya sambil menangis. "Kakak pembohong!" katanya terisak pilu.
"Kenapa aku ditinggal sendirian?" lanjut gadis itu.
"Kenapa hanya aku?" Lia menghabiskan banyak waktu, hingga matanya terlihat bengkak.
Lia berjalan dengan gontai ke atas sofa, terlalu malas untuk masuk ke kamarnya. Lia hanya ingin mengistirahatkan matanya yang terasa sangat berat setelah selesai menangis. Tak berapa lama gadis itu pun jatuh tertidur tanpa menelan satu suap pun makanan, bahkan obatnya pun tak diminumnya. Malam itu, Lia kembali diganggu oleh mimpi buruk yang terus memperburuk keadaannya setiap dia tertidur. Tak ada lagi tidur nyenyak untuknya sejak dia mengalami kecelakaan itu.
Paginya, Lia tak masuk sekolah. Dia hanya ingin mengurung diri di rumahnya, sekalian dia sedikit beberes untuk mengisi waktu luangnya, dia susah lelah menangis, sayangnya air matanya masih sering turun dengan sendirinya, tanpa gadis itu sadari.
Kakek dan neneknya tak menyukai dirinya, dia dianggap pembawa sial, itu semua karena hanya dia yang selamat dari kecelakaan. Paman dan bibinya malah sibuk memutuskan siapa yang akan menjadi wali dari dirinya. Namun, tak ada satu pun yang benar-benar peduli. Mereka hanya ingin menguasai usaha ayahnya saja. Muak dengan semua hal yang memusingkan, Lia akhirnya memilih untuk memercayai pengacara yang ditunjuk langsung oleh ayahnya. Dia hanya butuh wali sampai dirinya berumur delapan belas, hanya perlu menunggu dua tahun lebih. Buat apa dia memercayai keluarga yang bahkan tak menggubris dirinya saat dia butuh dukungan.
"Ha-ah, sepertinya aku mulai terbiasa dengan keheningan ini, ya." helaan napas panjang terdengar disertai keluhan dari gadis yang menyunggingkan senyum kecut itu.
"Aku harus meminta resep obat tidur lebih banyak lagi. Sekarang untuk memejamkan mata saja, aku membutuhkan bantuan obat agar bisa terlelap. Yah, meskipun tidurku akan tetap terusik oleh mimpi yang sama berulang kali!" kekeh gadis itu berbicara pada dirinya sendiri.
Lia yang ceria kini tak ada lagi, gadis itu lebih sering termenung atau berbicara dengan udara kosong sendirian. Dia memutuskan untuk kembali sekolah dan menyelesaikan pendidikannya lebih cepat, dia bisa mengikuti kelas akselerasi untuk itu. Sebagian besar waktu Lia kini dihabiskan untuk belajar bisnis, dia harus bisa meneruskan perusahaan ayahnya. Hanya dia yang tersisa, tak akan dibiarkannya parasit berkedok keluarga menguras semua usaha yang dibangun ayahnya dari nol.
"Jika dewa memang ada, tolong permudah segalanya untukku. Dan, sampaikan pada kakakku kalau aku merindukannya, sangat-sangat rindu padanya!" gumam Lia sebelum jatuh tertidur sambil memeluk foto keluarganya, hanya itu yang bisa dia lakukan seraya berpikir keluarganya masih ada di dekatnya dan memeluknya dengan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments