4.

Entah mimpi atau bukan, Lia terbangun tanpa mengalami mimpi buruk yang selama ini terus menghantui dirinya. Gadis itu pun menulis di memo dengan diakhiri tanda tanya besar, kenapa bisa begini. Apa semua karena resep obat yang baru dia dapatkan, kalau iya, obat itu manjur sekali untuk dirinya.

Malam kedua pun dilalui gadis itu tanpa mimpi buruk, bahkan memo yang tadi pagi ditulisnya, terdapat tulisan baru di bawah tulisannya tersebut. "Apa ini semacam gangguan kejiwaan? Apa aku mengalami halusinasi? Aku tak merasa pernah menulis ini?" pikiran Lia kusut karena memikirkan banyak hal sekaligus. Akhirnya dia pun memutuskan untuk memasang kamera cctv, dia ingin tahu apa yang terjadi saat dia tertidur. Tak ada yang salah, tetapi dia mendapati beberapa barang berpindah dari tempat terakhir dia meletakkan barangnya. Hanya ada tangan seseorang yang tertangkap kamera, tetapi tak tahu itu tangan milik siapa. Pemilik tangan itu sangat pintar dan hanya bergerak di titik buta saja.

Tak mau stress dan menduga-duga, Lia memutuskan untuk ke psikiater. Dia menceritakan apa yang dia rasakan dan semua yang menurutnya benar, dia juga berkata kalau ada seseorang yang tinggal di rumahnya selain dirinya. Si dokter mengatakan kalau Lia kemungkinan besar menderita skizofrenia, gangguan kejiwaan dimana seseorang merasa dikejar-kejar oleh sesuatu atau dikendalikan oleh seseorang, padahal itu tak nyata sama sekali.

"Ha-ah, pemeriksaan beberapa jam dan hanya obat tambahan lainnya yang harus kuhabiskan yang kudapat. Sial, semua hanya membuang-buang uang orang tuaku saja?!" emosi Lia sering berubah-ubah, kadang dia tenang, kadang di saat-saat tertentu dia akan menjadi kasar dan tak sabaran.

"Hi-hi-hi-hi, besok aku harus sekolah ternyata!" kekeh gadis itu terlihat senang.

"Siapkan semuanya untuk besok, ah!" lanjutnya penuh semangat.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Pagi kembali menjelang, Lia segera memakai seragam dan menyambar tas sekolahnya. Hmm, ada bekal di atas meja di samping tasnya dan dia tak pernah ingat pernah membuat bekal sebelumnya. Tak mau terlambat, gadis itu pun memutuskan untuk memikirkan dan mencari tahu nanti saja.

Di sekolah beberapa temannya mengucapkan bela sungkawa, ada juga yang mendo'akan semoga dia sabar dan bisa terus maju. Lia hanya mengangguk menerima semua ucapan yang menurutnya sama sekali tak tulus itu. Pelajaran terus berlangsung, hingga tak terasa bel pulang sekolah sudah berdentang. Tiga orang siswi menghampiri Lia. "Yo, mau ikutan kita-kita, gak?" kata siswi dengan model baju kekecilan dan terlihat sudah tak muat.

"Dijamin, lu bakalan lupain kenangan buruk yang lu alami belakangan ini?!" tawa cekikikan terdengar memuakkan bagi Lia.

"Lu gak akan tahu apa itu kesedihan kalau ikut, gue yakin itu!" bujuk si siswi ketiga menambahi.

Lia menggeleng tanpa ekspresi. "Saya tak ingin kemana-mana, saya hanya ingin langsung pulang dan istirahat saja!" tolak Lia.

"Oh, ayolah, apa yang bakalan lu lakuin di rumah yang penuh kekosongan?" si siswi dengan baju kekecilan itu menyampirkan tangannya di pundak Lia.

"Lama-lama lu gila kalau mengurung diri terus!" oceh yang lain.

"Terima kasih telah mengkhawatirkan saya, tetapi saya harus menolak untuk sekarang. Mungkin lain kali?!" Lia segera berlalu pergi setelah dia mengatakan apa yang ingin dia katakan. Cukup berurusan dengan anak-anak yang terlihat tak baik seperti siswi yang menghampirinya tadi, dia tak ingin dicap sebagai anak yang depresi dan memutuskan untuk bergaul dengan anak nakal hanya karena ditinggal sendirian oleh keluarganya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!