Bab 2

Karena ayah mertuaku sudah meninggal dan dua adik iparku masih kuliah. Bang Rey adalah anak kedua dan satu- satunya lelaki. Yang sulung kak Fani sudah menikah dan tinggal di Batam. Yeni anak ketiga dan telah menikah juga tinggal di Medan. Sedang si bungsu masih kuliah di Jakarta.

Sekalipun telah menikah, Yeni masih saja menjadi tanggungan bang Rey, karena dia keburu menikah padahal kuliahnya belum selesai. Setiap bulan bang Rey masih mengirim uang untuk keperluan kuliahnya.

Walau aku pernah protes soal Yeni, tapi Bang Rey bersikukuh untuk terus membiayai kuliahnya. Katanya tinggal semester akhir, sayang kalau harus keluar. Tapi anehnya hingga sekarang aku tidak tau bagaimana kelanjutan kuliahnya.

Karena hingga saat ini Yeni belum diwisuda juga. Atau jangan- jangan aku tidak diberitahu. Dan diam- diam mereka saja yang menghadirinya.

Dan karena mama mertua tinggal sendirian di rumah, tiga tahun terakhir ini mama mertua ditemani oleh saudara sepupu bang Rey, Rani.

Rani bekerja disebuah instansi swasta. Dan informasi yang aku tau dia sudah menjadi janda. Karena tidak memiliki anak, Rani diceraikan oleh suaminya.

Nyatanya, Rani adalah istri bang Rey!

Entah sejak kapan mereka menikah, sungguh semua cerita itu telah meluluh lantakkan hatiku. Tapi aku tidak mau hancur begitu saja, aku juga akan bermain- main, mengikuti permainan mereka. Lihat saja akan kubalaskan semua perbuatan mereka padaku.

"Mama ..!" suara tangis Nadia putriku tiba- tiba membuyarkan semua lamunan ku. Gegas aku berlari ke kamar, dan kulihat Nadia terjaga dari tidurnya. Aku mengusap lembut kepalanya dan menggendongnya ke luar dari kamar.

"Mama, ada orang jahat mukul, Nadia Ma." sepertinya putriku mimpi buruk sehingga ia terjaga dari tidur siangnya.

" Putri cantik mama mimpi buruk, ya?"

kuusap air matanya seraya kuberi minum . Ia menganguk, dan memelukku kian erat.

"Udah ya sayang jangan takut yah, kan ada mama yang menjagamu."

" Tapi orang jahat itu juga memukul mama, sampai jatuh. Nana jadi takut, Nana nangis, Papa gak mau nolongin mama." Nadia menceritakan mimpinya sambil berurai air mata.

Seketika hatiku seperti ada yang menghantam. Mimpinya seolah gambaran hatiku saat ini.

"Udah, itu cuma mimpi ya sayang. Buktinya gak ada yang mukul mamakan. Nanti kalau ada yang jahatin mama dan Nana, Papa pasti melindungi kita. Papa kan sayang sama Nana dan Mama."

Mata bening itu menatapku dalam- dalam. Seolah dia sedang mencari sesuatu. Ataukah tengah menyakinkan dirinya, bahwa mamanya tidak akan disakiti oleh siapapun.

Kutangkup wajah oval itu, dan kuciumi seluruh wajahnya. Mungkin karena geli dia tergelak dan balas menciumi wajahku pula, lalu tangan kecilnya memeluk leherku.

"Nana mau gak mama ajak jalan- jalan ke mall," seketika wajah itu berbinar matanya mengerjap indah.

" Beli es kim ya, ma,"

"Terserah apa maunya Nana,"

"Bembi juga boyeh ma?" kerlingnya lucu. Aku jadi gemas mendengar mulut cadelnya bicara. Padahal koleksi berbynya sudah lusinan.

Tapi semua wujudnya astaga, amburadul! Kalau gak botak yah, dimutilasi. Ada yang gak peke baju, atau sepatu.

Tapi biarlah dia bermain sesuai umur dan imajinasinya. Karena memang masa pertumbuhannya. Dan sekali ini biar sajalah dia puaskan hatinya.

Aku membawa anakku ke taman bermain, dan dia memilih untuk mandi bola. Kebetulan ada anak lain juga tengah bermain. Nadia langsung akrab dengan anak yang seusia dirinya. Mereka tertawa riang, saling melempar bola dan mengejar.

Melihat tawanya yang begitu lepas, aku merasa sangat bersalah. Karena selama ini aku jarang membawanya keluar rumah. Tentunya karena kesibukanku mengurus butik.

Sedang bang Rey juga jarang mengajak kami untuk sekedar refreshing.

Padahal kami memiliki mobil yang akan memudahkan kami untuk sekedar berburu tempat wisata. Dan anehnya setiap hari libur, bang Rey justru selalu keluar rumah. Alasannya bersama temannyalah, ke rumah ibulah.

Hei..! Jantungku serasa berdegup tak beraturan. Jangan-jangan selama ini bang Rey menghabiskan waktu weekendnya bersama ibu dan Rani. Ingat kenyataan bahwa aku telah di duakan, selama ini. Membuat darahku berdesir!

Tekadku semakin bulat untuk membalas semua permainan itu. Tunggu saja, Bang. Tunggulah! geramku membatin!

"Mama...Mama kenapa,?" aku tersentak saat aku merasa rok ku ditarik-tarik. Ternyata Nadia. Kulihat matanya memerah, lansung kupeluk dia.

,"Ada apa sayang, kok kamu nangis?"

"Mama, napa diam aja, panggil Nana,"

Astaga! Aku lupa lagi berada di mana, anakku telah kuabaika begitu saja.

" Maaf ya sayang, tadi mama agak pusing. Sekarang Nana main lagi ya, biar mama foto dan kita kirim sama papa,"

Nadia mengikut saja apa yang kubilang, tapi langkahnya nampak berat. Begitu juga saat aku suruh berpose, susah sekali dianya untuk senyum, kalau gak aku suruh.

'Fokus Tika!' hardik sesuara di hatiku. Jangan perlihatkan suasana hatimu, pada anakmu! Perasaannya sangat peka! Hatiku serasa diremas. Nadia memang sangat mudah merasakan bila suasana hatiku riang atau sedih.

"Nana, sini nak," aku melambaikan tanganku supaya dia mendekat.

" Apa Ma,"

" Kamu kenapa sayang, kok lesu. Kamu sakit ya?" aku meraba tubuh Nadia. Tapi suhunya normal.

"Nana capek ya, sayang? Yok, kita beli es kimnya," mata indah itu langsung mengerjap.

Kami segera berlalu dari arena taman bermain, menuju cafe penjual es cream langganan kami. Aku memesan rasa coklat dan Nadia rasa vanila. Begitu pesanan tiba, Nadia langsung mencicipi es krimnya.

" Mah, es kimnya enak," serunya seakan lupa kelesuannya tadi.

"Hem...memang enak. Apa gegara es kim ini tadi Nana lesu," selidikku.

"Ngak Mah," gelengnya tertunduk.

"Trus, gara- gara apa dong," tanyaku lembut. Tetiba aku melihat kabut di bening matanya.

" Nana lindu Papah," Deg! Hatiku tercekat mendengar kata itu.

"Papah kan lagi kerja, Na. Ntar lagi juga pulang, sayang."

" Tadi Nana liat ada dedek main sama Papahnya. Nana juga mau Mah, main sama Papah!" seperti ada palu godam yang menghantam jantungku!

Nana yang umurnya bulan depan genap tiga

tahun, menyimpan kerinduan itu sama papanya. Bang Rey memang jarang mengajak Nadia bermain. Karena pekerjaanya yang menuntut selalu ke luar kota. Sehingga kebersamaan bersama keluarganya terabaikan.

Aku memang juga merasakan hal itu, tapi tidak bisa berbuat apa- apa. Karena itulah aku selalu berupaya menutupi kekurangan itu, lebih perhatian pada Nadia. Sesibuk apapun aku di butik, Nadia tetap jadi prioritasku. Tapi, ternyata, aku masih tetap tak mampu menutup ruang kosong itu.

"Nanti kalau Papah udah pulang, kita ajak main yah,"

" Hole...janji ya, Mah!" Nadia menautkan jari kelingkingnya ke jariku.

"Iya, Mama janji sayang. Yuk, kita selfi lagi, biar kita kirim fotonya sama, Papah,"

Selesai foto selfi, kami kembali menikmati es cream pesanan kami. Beda dengan suasana tadi, kini Nadia begitu menikmati es creamnya.

Selagi kami asyik menikmatinya, tiba- tiba sebuah suara menyapa.

"Selamat sore bu Tika,"

"Eh, Pak Rudi! Selamat sore Pak," sambutku seraya mengulurkan tangan menyambut salamnya.

Aku merasa heran kok Pak Rudi ada di sini bukankah suamiku bilang mereka sama-sama dinas ke luar kota. Tapi kok Pak Rudi ada di sini.

Aku menatap Pak Rudi, heran. Dan dia juga menatapku dengan ekspresi yang sama.

" Bukannya Pak Rudi bareng dinas ke luar kota bersama suami saya, Pak," tanyaku penasaran.

" Saya dengan Pak Rey tak pernah lagi dinas ke luar kota, Bu. Kita sudah di kantor sekarang. Soalnya kami bukan sales lagi" jelas Pak Rudi membuatku kaget.

" Sejak kapan Pak?"

" Kurang lebih dua tahun, Bu. Saya malah heran, kok Ibu Tika ada di sini, harusnyakan bersama Pak Rey, di Medan. Karena mau pemberkatan rumah baru, sekalian perayaan ulang tahun mertua ibu?" kepalaku rasanya tiba-tiba pusing mendengar ucapan Pak Rudi. Dusta apa lagi ini, sebegitu banyaknya kebohongan yang di lakukan suamiku selama ini padaku.

" Pak Rudi tau dari mana khabar itu."

" Pak Rey kan minta cuti seminggu, Bu. Ada acara keluarga katanya. Masak Bu Tika tidak tau, secara ibu adalah istrinya."

Ya, Tuhan rasanya aku tak kuat mendengar semua cerita itu. Bagaimana mungkin Bang Rey dan Mama mertua tega membohongiku.

"Pak , boleh minta tolong sama Bapak, jangan kasih tau kalau kita pernah bertemu ya, Pak."

" Maksud Bu Tika apa?"

" Saya minta tolong sama Bapak, agar tidak cerita bahwa saya sudah tau, tentang rumah itu."

" Lho, memangnya Bu Tika belum tau?" aku mengangguk lemah, dan berusaha menahan emosi yang bergolak di dadaku.

" Aduh, maaf ya Bu sepertinya saya telah menyampaikan kabar buruk sama Ibu."

" Tidak apa- apa, Pak. Saya malah sangat berterima kasih pada Bapak. Karena saya jadi tau semua kebohongan suamiku" rutukku dalam hati.

" Saya jadi merasa gak enak hati, Bu. Maafkan saya ya,Bu." ketara sekali Pak Rudi menyesal. Karena tanpa sengaja telah membuka rahasia suamiku.

Aku meyakinkan Pak Rudi, bahwa aku tidak akan melibatkannya, seandainya aku konfirmasikan cerita itu pada suamiku.

Pak Rudi menghela nafas lega, dan berkali- kali meminta maaf sebelum pamit untuk pulang.

Sepandai- pandai menyimpan bangkai, pada

akhirnya baunya tercium juga. Tepat sekali kata-kata itu di tujukan kepada Bang Rey. Dustanya yang selama ini tersimpan rapi, satu persatu terkuak tanpa sengaja. Sepertinya aku tak begitu kenal lagi akan suamiku. Aku merasa jadi orang asing, dan selama ini terabaikan.

Padahal lima tahun mengayuh biduk rumah tangga, susah senang kami lalui bersama ternyata hanya fatamorgana. ***

Terpopuler

Comments

cinta semu

cinta semu

ya itulah suami yg doyan selingkuh jadi pandai memanipulasi...

2025-01-07

0

Endang Supriati

Endang Supriati

cari dan ambil sertifikat rumah barunya, gadaikan, bpkb mobil ambil gadaikaan.seetifkat rumahnyg ditempati dirimu juga. dgn tempo 4 bln.
ambil ktp suamimu.
gadaikan sama rentenir.
setelah itu pura2 tdk tahu.

2024-04-26

0

sherly

sherly

kasiannya kamu Tika... gilaaa nih si Rey perlu ditenggelamkan didanua Toba

2024-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!