"Ting.." ada notifikasi masuk di aplikasi berlambang telepon hijau. Aku yang tengah menyuapi Nadia makan melirik ke arah gawaiku. Ku raih benda pipih itu dari atas meja dan kubuka.
" Ngapain sih posting status kayak itu. Mau pamer, ya!" ternyata pesan dari Bang Rey. Astaga! Komentar yang cukup pedas menohok jantungku.
" Abang kok begitu sih, itu hanya foto Nadia, saat bermain di taman juga saat makan es cream." jelas ku. Tadi sebelum makan sore, Nadia menyuruhku supaya fotonya di posting, biar diliat papah sama Nenek katanya. Makanya aku posting. Tak ku sangka segitunya reaksi Bang Rey mengomentari postinganku.
" Itu namanya pemborosan, Tika. Kamu jangan terlalu memanjakan, Nadia. Jadi kebiasaan! " balasnya. Astaga! Perhitungan sekali Bang Rey untuk kebahagiaan putrinya. Sementara mama mertua merayakan ultah secara diam-diam. Dan sudah berapa uang yang dia gelontorkan untuk gundiknya. Sama sekali dia gak perhitungan.
Sementara aku bawa Nadia bermain, gak sampai habis seratus ribuan dia sebut pemborosan! Semua kebohongan
yang dia lakukan selama ini padaku. Dasar munafik! Lenguhku penuh kegeraman.
" Gak sampe juga seratus ribuan habis,Bang. Untuk anak sendiri perhitungan banget, Bang. Yang sudah bau tanah saja masih mikirin untuk pesta ulang tahun. Budgetnya sudah berapa tu," sindirku.
" Maksudnya kamu ini apa dek. Siapa yang merayakan ulang tahun?"
." Gak siapa- siapa, Bang. Maksudku untuk mendapatkan kebahagian itu. Seseorang gak mikir berapa , apa dan bagaimana," jawabku asal. Lalu ku letakkan gawaiku kembali ke atas meja. Muak kali aku melihat sikap Bang Rey. Tunggulah Bang, lihat seperti apa pembalasanku nanti padamu, atas semua dusta yang telah kau tabur.
Aku teringat seminggu yang lalu mama mertua datang meminjam uang lima juta padaku. Tanpa curiga dan bertanya apa- apa langsung aku kasih. Mungkinkah uang itu untuk keperluan mereka ke Medan. Dan Bang Rey sehari sebelumnya juga minta uang lima juta dengan janji akan dia kembalikan selepas gajian. Karena aku bilang uang itu adalah untuk keperluan butik.
Belum lagi untuk uang kuliah kedua adek nya. Mereka memang menjadikan aku seperti mesin pencetak uang. Dan bodohnya aku yang mudah saja dibohongi. Padahal aku tulus melakukan semua itu, karena mereka adalah keluargaku. Kedua orang tuaku sudah lama meninggal dunia. Dan aku hanya anak semata wayang. Jadi untuk siapa lagi aku berbagi.
Tetapi betapa kejamnya mereka membalas semua kebaikanku dengan kebohongan demi kebohongan. Aku yakin, mereka akan terus menggerus aku hingga aku tak punya apa-apa.
Sangat, sangat ku bersukur karena Tuhan telah mengirimkan orang- orang baik kepadaku untuk membuka kedok suamiku. Kalau bukan karena campur tanganNya, bagaimana bisa aku tau semua perbuatan mereka.
Aku menyusun berbagai rencanaku untuk langkah selanjutnya. Hal pertama yang akan kulakukan aku harus mengamankan aset masa depanku. Aku akan memindahkan butikku dan menyatakannya bangkrut! Juga untuk hal-hal lainnya akan segera ku urus, sebelum kepulangan Bang Rey dari Medan.
Kembali gawaiku berbunyi, dan kulihat ada pesan baru dari nomor yang tidak kukenal. Ternyata sejumlah foto kebersamaan Bang Rey bersama mama mertua dan kakak serta adik iparku. Sepertinya mereka ada di Danau Toba!
Ada satu foto yang sangat menarik perhatianku, Bang Rey tengah memeluk Rani dengan mesra berlatar Danau Toba.
Cukup sudah kesakitan ini, bagaimana Bang Rey bisa melakukan semua itu. Apakah memang hati nuraninya sudah mati.
" Ini siapa ya, dan apa maksud semua ini," balasku.
" Hanya sekedar memberi tahu, bahwa suami mbak adalah seorang iblis," balasnya dengan emoticon marah dan menangis.
" Tapi kamu siapa?"
" Siapa aku itu tidak penting, tapi bertindaklah agar suami mbak tau apa itu " pembalasan" dan mereka menuai apa yang telah mereka tabur! " aku benar- benar bingung dengan peringatan itu. Siapapun yang telah mengirimkan foto itu dia tak ingin di ketahaui. Karena dia menggunakan akun palsu. Yang jelas dia itu pasti kenal aku dan Bang Rey.
Apapun maksudnya dan tujuannya, dia mungkin hanya ingin membongkar kebobrokan suamiku. Ku simpan semua foto yang barusan dikirim seseorang itu dan vidio yang di kirimkan temanku Dira, untuk menjadi bukti saat di perlukan.
Ah, inikah akhir dari perjuanganku selama ini. Memiliki sebuah keluarga yang akan menjadi surgaku di dunia ini.
Alangkah sakitnya kenyataan yang terjadi. Seluruh rasaku membeku, pedihnya tak bisa ku wakilkan dengan kata- kata. Rasanya telah membunuhku berkali- kali. Tuhan! Tolong aku, lafaz ku dalam doa malamku.
Semua kesakitan ini akan ku balas, sebelum akhirnya akan pergi nanti. Karena tak mungkin lagi bagiku untuk hidup berdampingan dengan orang- orang yang telah menghianati ku.
Setelah seminggu, sesuai jadwal dinas keluar kota. Pagi ini Bang Rey pulang ke rumah. Seolah tidak pernah ada terjadi apa- apa, sejak kepergiannya.
Aku tetap menyambut kepulangan Bang Rey seperti biasa. Ku raih kantong plastik kresek berwarna bening berisi bolu Meranti dan bakpau kacang hitam, kesukaan ku dan Nadia. Lalu kucium punggung tangannya. Sementara Bang Rey menyeret travel bag-nya masuk ke rumah. Dan aku menyusul di belakangnya.
Biasanya aku sangat senang di hadiahi oleh- oleh favoritku, tapi saat ini makanan itu sangat menjijikkan! Aku segera berlalu ke dapur untuk menyeduh
segelas kopi kesukaan Bang Rey.
Saat aku kembali ke ruang tengah, kulihat Bang Rey tiduran di atas sofa. Nampak jelas wajahnya menyiratkan kelelahan. Dan lagi- lagi aku merasa jijik dan muak.
" Gak mandi dulu Bang, biar segar, " ucapku basa- basi. Aku sedikit kecewa karena Bang Rey tiduran, bukannya mencari keberadaan Nadia putrinya
"Bentar lagi lah, Abang mau istirahat dulu."
" Ini kopinya Bang, nanti keburu dingin," aku mengingatkan. Karena Bang Rey tidak suka kalau kopinya dingin, yang akhirnya terbuang percuma.
"Oh, Iya," Bang Rey duduk lalu menyeruput kopinya. " Hem..Nadia masih tidur ya?" akhirnya Bang Rey sadar kalau putrinya Nadia sedari tadi tidak nampak.
"Semalam kami begadang, Nadia gak bisa tidur," ucapku.
"Kenapa? Kebanyakan tidur siang, ya,"
"Gak, Nadia terjaga karena mimpi buruk,"ulasku.
"Mimpi buruk apa, tak biasanya dia begitu," Bang Rey mengernyitkan dahinya.
" Katanya ada orang jahat yang mukuli
Mamanya." aku sengaja menyindirnya, padahal mimpi itu sudah seminggu berlalu. Sengaja aku cerita untuk mengusik hatinya.
"Memukuli bagaimana, ada- ada saja mimpinya itu."
" Iya Bang, katanya ada perempuan menyakiti Mamanya, tapi Papanya gak mau menolong katanya. Dia ketakutan sekali, sampai nangis dia begitu terjaga."
Kulihat reaksi Bang Rey saat mendengar ceritaku, sepertinya ada rasa kaget sesaat, tapi dia kembali bersikap biasa dan menyeruput lagi kopinya.
Adakah Bang Rey ter tohok akan mimpi Nadia? Entahlah, aku meragukan itu. Mimpi hanyalah mimpi, sekalipun mimpi terkadang membawa makna orang lebih banyak mengabaikannya dan mengangapnya, hanya sebagai bunga tidur.
"Hem...mimpi itu cuma bunga tidur, gak ada makna apa- apa."
"Tapi aku gak bisa mengabaikanya begitu saja, Bang. Siapa tau itu pertanda akan terjadi sesuatu pada rumah tangga kita."
"Kamu ngomong apa sih, Tika! Apa hubungan mimpi Nadia dengan rumah tangga kita!" sentak Bang Rey keras mengagetkanku. Aku juga terkejut akan reaksinya yang diluar dugaanku. Tadinya
aku cuma mau coba memancingnya saja, tak kusangka reaksinya berlebihan begitu. Sampai Bang Rey menyebut namaku, yang biasanya diri menyebutku
adek setiap bicara. Dari sikapnya itu aku merasa bahwa Bang Rey benar-benar telah berubah.
Aku tergugu diam mendengar sentakan Bang Rey, tak urung hatiku makin teriris. Melihat aku yang diam, Bang Rey seolah menyadari kesalahannya, lalu dia beranjak ke kamar mungkin mau membangunkan Nadia.
Akupun bergegas ke dapur, membereskan dapur dan menyiapkan hidangan di meja. Lamat- lamat aku mendengar suara tawa Nadia di kamar mungkin Nang Rey mengajaknya bercanda. Lalu suara itu kini berpindah ke dapur. Kulihat Nadia sudah ada pundak Bang Rey. Nampak sekali kebahagian terpancar di wajah itu.
"Mamah..." teriaknya dengan tawa yang berderai. "Tolong Nana, Mah," Nana mengelinjang geli saat papahnya menggelitik pinggangnya. Aku hanya melemparkan senyum, sambil terus menyusun hidangan di meja.
"Udah mainnya sayang, mandi yok biar kita sarapan," ucapku sekalian mengingatkan agar Bang Rey juga melakukan hal yang sama. Padahal biasanya aku akan gantian menggelitik Bang Rey untuk membantu Nana. Lalu bertiga kami akan tertawa bersama sambil berguling di lantai. Karena Bang Rey orangnya gak tahan digelitik. Akh..! Segera kukibaskan kenangan itu. Aku pura-pura sibuk menata hidangan di meja. Seolah ada jarak yang terpancang di antara kami begitu saja. Membuat langkah surut untuk mendekat. Bayangan foto dan vidio itu, sudah cukup melantakkan hatiku hingga berkeping.
Mungkin, Bang Rey menyadari sikapku yang mendadak kaku. Diturunkannya Nadia dari pundaknya lalu menghampiriku. Tiba- tiba saja Bang Rey sudah memelukku dari belakang. Napasnya terasa mengelus tengkukku, yang biasanya, kalau sudah begini hatiku
akan luluh kalau kami sedang marahan.
" Maafkan ucapan Abang tadi ya, Dek,"
aku tetap diam. Bayangan foto itu melintas lagi. Hati ini serasa ditusuk lagi. Ahk..sempurnanya sandiwaramu, Bang. Manisnya sikapmu selama ini, itulah yang membutakan mataku selama ini.
"Ya, sudah Bang. Segeralah mandi biar kita sarapan," lengosku. Aku menghampiri Nadia untuk memandikannya. Masih sempat kulihat Bang Rey seolah mematung karena sikapku. Mungkin, yah mungkin dia heran melihat....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
cinta semu
hemmm...dah dpt info ...gercep bertindak & jgn mau di buat bodoh lagi Tika
2025-01-07
0
sherly
wow ternyata tanpa sewa mata2 kamu dpt info gratis Tika .. mantul
2024-04-21
0
Yunerty Blessa
bagus Tika melangkah cepat untuk menyimpan semua aset berharga..suka dengan karakter kamu tegas dan tak cengeng..
2023-09-20
1