Dendam Sang Adik
Di malam yang gelap terdengar suara petir yang sangat keras menemani rintikan hujan yang terus menghujami tanah di kota Bandung. Keringat dingin membasahi pelipis dari wanita yang kini tengah terbaring di kasur, walau matanya terpejam tapi dirinya terlihat sangat gusar kepalanya kesana kemari seperti takut akan sesuatu. Badanya bergetar dan tampak air mengalir dari plupuk matanya yang terpejam.
"KAKAK! " Teriaknya terbangun sambil duduk, tangannya terulur seperti tengah menggapai sesuatu. Nafasnya tersenggal jantungnya berdegup sangat cepat hingga suara bayi menangis membuatnya tersadar kalau dia telah mimpi buruk.
Wanita itu pun menghampiri box bayi, menatapnya nanar dan kembali air matanya menetes lalu segera dia menggendongnya.
"Mimpi itu bagai sebuah film horor bagi ku, mengingatkan aku akan kejadian pilu yang menimpa kakakku dan berakhir dengan kedua orang tuaku. Kejadian nyata yang selalu menghantui di kala tidur tiba, bukan kali ini aku mengalami mimpi buruk ini. Kini aku harus memaksamu untuk memanggiku dengan sebutan bunda. Aku Aldara Anggraini berjanji akan membalaskan rasa sakit ini, kejadian itu telah menjadikan aku tidak punya keluarga lagi! " gumam wanita itu yakni Aldara, mengepalkan tangannya menatap tajam ke depan sambil menggeretakan giginya.
5 Tahun berlalul
Terlihat seorang anak perempuan yang telah rapih dengan seragam sekolah dasar, dirinya mematut di kaca sesekali merapikan ikatan rambut buatan neneknya.
"Helen cepatlah serapan! " terdengar suara sang bunda dia pun berlari membuka pintu kamar lalu duduk di meja makan. Disana sudah ada Aldara dan Rumi.
"Bunda lihatlah ikat kepang buatan nenek, aku merasa cantik kalau nenek yang membuatnya, " ucap anak perempuan itu kepada Aldara yang tengah sibuk di dapur.
"Kamu memang selalu cantik nak, tapi bisakah memanggilku nenek hanya saat kita bertiga saja kamu bisa menggantinya dengan sebutan tante kalau diluaran sana, mengerti! " jelas Rumi membuat Aldara yang tengah menghidangkan serapan itu tersenyum menaggapi.
"Baiklah tante, " malas Helen membuang muka. Sedangkan Rumi yang merupakan adik dari mamanya Aldara itu hanya menatap tajam Helen dihadapannya.
"Kenapa kamu memalingkan wajahmu? Terlihat sekali tidak ikhlas mengucapkannya,aku ini sebenarnya masih muda tau! Lihatlah aku belum memiliki kerutan di bawah pelupuk dan keningku kan! " Rumi dengan kesalnya menatap Helen.
"Nek kau tau saat marah seperti itu tanpa sadar keningmu mengerut lho! " jawab Helen.
"Memang anak ini pandai bicara! "
"Sudahlah cepat makan serapannya nanti keburu dingin kan jadi tidak enak, " suara Aldara, dirinya mendudukan diri di bangku sebelah Helen lalu mengusap puncak kepalanya.
"Helen maafkan Bunda karena tidak bisa mengantarmu kesekolah hari ini, karena pekerjaan Bunda yang tidak bisa di tinggali jadi hari ini kamu sama nenek ya! " Aldara menyindukan nasi dan lauknya pada piring Helen.
"Tidak apa-apa Bunda, sana pergi kerja nanti uangnya buat aku beli pensil warna dan cet gambar! " sahut Helen membuat Aldara berdecak karena mendengarnya.
"Emang yang minggu kemarin Bunda belikan sudah habis hah? " tanya Aldara sedikit geram sambil menyindukan makanan ke piringnya.
"Tentulah dia setiap detik menggambar! " Rumi menyahuti membuat Helen mengerucutkan bibirnya.
"Nenek harus tau mencuri pembicaraan itu dosa! Bunda maafkan Helen, sebenarnya masih ada sedikit lagi Bunda nggak bakalan menghambat hobi Helen menjadi pelukis kan? " ujar Helan mengerjapkan matanya manja pada Aldara.
"Boleh, Bunda akan dukung se dukung-dukungnya sama kamu! Asal kamu tahu jika harga pensil warna tengah naik jadi jangan terus menggambar bisakan sesekali membaca dan belajar pelajaran sekolah! " tegas Aldara, Helen pun menunduk melihat nasi dihadapnnya merasa tidak ada selera lagi untuk makan dia pun menusuk nasi itu dengan sendok kasar, hingga Rumi pun terkejut beda dengan Aldara dia sudah tau kalau anaknya itu tengah marah.
"Bunda! " Guman Helen kesal dan pastinya terdengar oleh Aldara sendiri, mengingat kemarahan sang anak yang selalu membuatnya ingin tertawa karena merasa lucu dengan tingkahnya dia pun menyembunyikan mulutnya dengan satu tangannya agar Helen tidak menyadarinya kalu dia sedang tertawa tertahan.
"Bunda aku ini anakmu masa seperti itu, belikan lagi Helen Pensil warna dan Helen janji bakalan jadi juara kelas untuk tahun ini beneran! " akhirnya rajukan Helen pun keluar, inilah sifat Helen dia akan marah tapi jika menginginkan seauatu dia akan merajuk.
"Bunda sudah hampir telat, kamu sama nenek dulu ya uang jajan ada di tas seperti biasa! " Aldara berdiri beranjak pergi tanpa menghabiskan serapanya.
"Kebiasaan! " ucap Rumi dan Helen bersamaan.
Aldara segera menghidupkan motor maticnya dengan tergesa dia memakaikan helm di kepalannya. Tapi seseorang mulai mengganggunya.
"Neng Dara mau kerja ya? " tanya laki-laki paruhbaya dengan tatapan menggodanya tapi Aldara tidak memperdulikannya.
"Si neng selalu sombong sama abang, tapi abang akan selalu setia menunggu neng untuk menjadi istri abang yang ganteng ini! " kembali mulut yang tertutupi kumis itu berucap membuat Aldara sendiri bergidik.
"Maaf Pak saya harus kerja, dan maaf saya tidak akan menikah dengan suami orang permisi! " Aldara segera melajukan motornya membelah jalanan yang mulai padat itu.
Begitulah Aldara dikenal sebagai seorang janda kembang di kompleknya, itu adalah cap yang paling membuat Aldara kesal dan marah! Dia menjadi buronan para hidung belang dan sebagai gunjingan bagi para ibu-ibu gosip. Awalnya Aldara merasa sangat tertekan dengan hal itu tapi setelah berada di sana selama lima tahun lambat laun hal itu menjadi sudah biasa dan Aldara pun menghiraukannya serta para laki-laki nakal itu juga lambat laun jarang menggodanya lagi karena Aldara tidak pernah menanggapinya.
Aldara pun telah sampai di gedung perusahaan tempatnya bekerja, dia segera memarkirkan motornya di parkiran biasa sebelum kedalam dia sempat melihat kaca sepion merapikan tatanan rambutnya yang beranyakan akibat helm itu, di rasa sudah rapi kembali dia pun berjalan dengan helsnya ke gedung yang menjulang tinggi itu. Rambut yang di ikat kuda, balutan baju kemeja putih serta rok span selutut menambah tubuhnya yang langsing itu terlihat anggun. Aldara sekertaris menejer yang cantik dan pandai tanpa sadar selalu mempesona di setiap mata yang memandang.
"Aldara berkas untuk rapat pagi ini bawa ke ruangan saya! " ujar seorang wanita lebih tua dari Aldara, Aldara pun bersiap dia merapikan berkasnya lalu berjalan keruangan menejer itu.
"Permisi, " sapa Aldara lalu masuk menghampiri sang menejer yang tengah duduk di kursi kerjannya. Aldara pun menyimpan berkas itu di meja.
"Sepuluh menit lagi rapat akan di mulai Bu, " beritahu Aldara dan hanya anggukan sebagai jawaban dari menejer itu.
Aldara pun keluar menutup pintu dengan pelan dan kembali kemejanya, mempersipakan hal lain yanga akan di bawa rapat pagi ini, hingga setangakai bunga mawar yang tergeletak disudut mejanya itu mencuri perhatiannya.
"Aldara ayo berangkat! " ajak ibu menejer dan Aldara pun mengikuti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🎯 Aelifah 💞💞
aku hadir kak
2022-08-22
0
PIPIT PITRIANI
hadiir thor
2022-06-09
1
ria aja
LG nyimk
2022-06-03
1