Waktu makan siang telah tiba sebelum Aldara kekantin dia sempat menemui salah satu OB untuk memintanya membelikan sandal, kini Aldara tengah makan mie nyemek dengan sandal jepit yang dia kenakan.
"Kemana sepatumu? " tanya seseorang lalu duduk di samping Aldara dan menyimpan baki makannnya dimeja. Aldara menoleh lalu kembali menyantap makanannya.
"Rusak, " jawab singkat Aldara sambil mengunyah mie itu.
"Seorang sekertaris memakai sendal jepit tidak malu?" kembali laki-laki itu mengajak bicara Aldara lalu merogoh ponselnya. Sedangkan Aldara sendiri hanya fokus pada makanannya hingga suara ponselnya berbunyi, aldara pun bergeming dan mengambil ponsel di tas kecil.
"Bunda kalau enggak sibuk jemput Helen sekarang, darurat!" suara dari Helen di sebrang sana, membuat sesaat Aldara harus menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara nyaring anaknya itu.
"Ada apa jangan membuat Bunda khawatir, "
"Pokoknya sekarang bunda, gawat!"
"Iya, Bunda sekarang kesekolahan mu! " sambungan telepon pun terputus, Aldara segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan makanan yang masih banyak serta orang yang tadi berada di sampingnya.
"Ald kamu mau kemana? " tanya laki-laki itu.
"Oh ya Andris, aku akan menjemput anak ku dulu!" sahut Aldara dan berjalan tergesa.
"Aku antar! " teriak Andris karena Aldara sudah berada agak jauh darinya tapi masih terdengar oleh Aldara. Aldara pun hanya melambaikan tangannya sambil terus berlari tanpa menoleh pada Andris dan hal itu yang membuat Andris tersenyum.
"Benar-benar mabuk janda aku, dia memang wanita idaman! " gumam Andris lalu menekan tombol beli pada layar ponselnya, dan tersenyum ke arah Aldara tadi berlari.
Aldara telah sampai di gerbang sekolah Helen, dia segera memasuki sekolahan itu dengan khawatiran di benaknya, dia terus berlari mencari anaknya lalu suara Helen memanggil pun akhirnya terdengar.
"Bunda di sini! " teriak Helen dari kelas yang terlihat kosong itu, mengingat waktu pulang kelas 1 sampai 3 telah usai.
Aldara menghampiri Helen, lalu menggendong dan memeluk erat anaknya itu.
"Apa yang gawat?" tanya Aldara merenggangkan pelukannya.
"Itu Bunda dia,!" Helen menunjuk anak laki-laki yang tengah terduduk dengan mukanya yang pias.
Aldara pun menurunkan Helen, "Tapi kamu baik-baik saja kan! " ucap Aldara meyakinkan kalau anaknya tidak kenapa-napa.
"Helen sehat bugar Bunda! " sahut Helen mengangakat kedua tangannya, memperlihatkan otot lengannya.
"Ck, anak ini! " gumam Aldara lalu menghapiri anak laki-laki itu yang terlihat menggigil.
"Kau demam," gumam Aldara setelah menyentuh dahi anak laki-laki itu dengan telapak tangannya.
"Dimana rumah mu? " tanya Aldara dia berniat mengatarnga pulang sedangan anak laki-laki itu hanya menunduk.
"Atau kita ke rumah sakit saja? " Aldara menarik pergelangan tangan anak itu. Dan kali ini anak itu menggeleng.
"Ya sudah ikut kita saja kerumah tapi sebelum itu aku akan memberi
tahu orang tuamu, bisa minta nomber teleponnya?" Ucap Aldara dan anak itu pun menyodorkan ponselnya.
"Dady! " ucapnya memberi tahu Aldara, nama kontak yang harus di hubungi Aldara.
Aldara pun memencet tombol hijau untuk menghubungi orang tua anak itu.
"Jangan! " mendengar anak laki-laki itu yang mencegahnya Aldara pun kembali memencet tanda merah.
"Kenapa? "
"Dari ponsel tante saja telponnya karena batrei hp ku hampir habis, " alasan anak itu, Aldara pun mengerti dan benar saja ponsel anak itu tinggal menyisakan daya 2 persen lagi.
Aldara pun mulai menyalin nomor itu, lalu menghubunginya.
"Hall-" setelah sambungan telepon itu terhubung anak itu segera merebutnya dari tangan Aldara.
"Dady ini aku, jangan suruh Pak Jojo jemput aku masih ada kelas les!" ucap anak laki-laki itu lalu segera dia memutuskan sambungan teleponnya.
"Kau berbohong? " Aldara mengambil ponselnya dari tangan anak itu.
"Maaf tante aku tidak mau Dady khawatir, dia orang sibuk aku tidak mau mengganggu pekerjaannya," kembali anak itu menunduk merasakan rasa pusing yang di alaminya.
"Baiklah ayo tante gendong, " Aldara memangku anak itu dengan dekapannya, sehingga kepalanya yang berada di bahu Aldara terasa panas.
"Siapa namamu?" tanya Aldara.
"Roni, " jawab anak itu, lalu tersenyum.
Sesampainya di rumah Aldara segera membaringkan Roni di kasur milik Helen lalu mengambil alat kompres dan kotak obat.
"Helen cepat makan dan ambilkan satu porsi buat Roni kesini! " teriak Aldara pada Helen yang kini tengah menyinduk nasi.
"Iya," sahut Helen.
Aldara sibuk mengompres kening Roni, lalu Helen pun membawa dua piring berisi nasi dan sayur ke kamarnya itu.
"Helen mau makan di sini? " pertanyaan sekaligus menyindir itu di lontarkan Aldara untuk anaknya, Helen yang tahu kalau tidak baik makan di kamar itu pun undur diri dan keluar kamar.
"Makan dulu ya," ucap Aldara pada Roni.
"Tapi aku sedang di kamar, " sahut Roni dan Aldara pun hanya tersenyum.
"Kalau lagi sakit tidak apa-apa makan di kamar, " Aldara mendudukan Roni lalu mulai menyuapinya.
"Bolehkah aku menyebutmu Bunda? " tanya Roni.
"Tentu saja, " jawab Aldara lalu dia pun memikirkan sesuatu.
"Mamah mu? "
"Dia udah meninggal! "
"Oh maafkan aku! "
Setelah Roni makan lalu meminum obat penurun panas, Aldara pun segera ke kantor karena waktu istirahatnya akan segera usai tapi sebelum pergi dia sempat menelepon Rumi untuk menjaga Roni.
"Baiklah nenek nanti sebentar lagi akan pulang, Helen jaga temanmu! "
"Iya Bunda! " jawab Helen dan Roni pun tersenyum senang di balik matanya yang terpejam.
Lain di ruang CEO setelah mendapat telpon dari anaknya dia menjadi bingung, karena selama sekolah anaknya itu tidak pernah ikut les apapun. Apalagi nomor yang menghubunginya itu nomor baru yang membuatnya sedikit khawatir.
Algi segera menghubungi seseorang, " Selidiki dimana sekarang Roni! " ucap Algi pada suruhannya.
Aldara telah sampai di mejanya karena jarak sekolah dan rumahnya tidak begitu jauh, sehingga tidak memakan waktu yang lama apalagi jalanan tidak macet kala itu yang menguntungkan Aldata untuk cepat kekantornya.
Aldara memijit pergelangan kakinya yang sedikir agak ngilu itu, sampai matanya tertuju pada kotak di meja kerjanya. Aldara pun membukanya dan terkejut melihat isinya yang ternyata sepasang sepatu yang biasa dia pakai tapi beda merek, tentunya lebih bermerek yang ada di hadapannya ini.
Aldara lun merasakan ponselnya bergetar, dia pun mengambilnya dan di sana ada pesan dari Andris.
"Pakailah sepatu itu, " isi pesan dari Andris dan Aldara pun segera meneleponnya.
"Hallo, Andris aku akan membayarnya nanti! " ucap Aldara.
"Tidak usah, kamu cukup memakinya saja aku akan marah jika kamu tetap akan membayar! " jawab Andris.
"Baiklah kalau begitu aku akan meneraktirmu makan sepulang dari kantor, " Setelah mengucapkan itu Aldara memutuskan sambungan telpon itu, dia tidak mau berhutang apa pun dan kepada siapa pun kecuali Rumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
ria aja
nyimak trus
2022-06-03
0
Siti fatimah Sifa
sepertinya roni anak dari Algi CEO dikantornya aldara
2022-05-22
0
Al
terus simak ya 😉
2022-04-15
2