Di malam yang gelap terdengar suara petir yang sangat keras menemani rintikan hujan yang terus menghujami tanah di kota Bandung. Keringat dingin membasahi pelipis dari wanita yang kini tengah terbaring di kasur, walau matanya terpejam tapi dirinya terlihat sangat gusar kepalanya kesana kemari seperti takut akan sesuatu. Badanya bergetar dan tampak air mengalir dari plupuk matanya yang terpejam.
"KAKAK! " Teriaknya terbangun sambil duduk, tangannya terulur seperti tengah menggapai sesuatu. Nafasnya tersenggal jantungnya berdegup sangat cepat hingga suara bayi menangis membuatnya tersadar kalau dia telah mimpi buruk.
Wanita itu pun menghampiri box bayi, menatapnya nanar dan kembali air matanya menetes lalu segera dia menggendongnya.
"Mimpi itu bagai sebuah film horor bagi ku, mengingatkan aku akan kejadian pilu yang menimpa kakakku dan berakhir dengan kedua orang tuaku. Kejadian nyata yang selalu menghantui di kala tidur tiba, bukan kali ini aku mengalami mimpi buruk ini. Kini aku harus memaksamu untuk memanggiku dengan sebutan bunda. Aku Aldara Anggraini berjanji akan membalaskan rasa sakit ini, kejadian itu telah menjadikan aku tidak punya keluarga lagi! " gumam wanita itu yakni Aldara, mengepalkan tangannya menatap tajam ke depan sambil menggeretakan giginya.
5 Tahun berlalul
Terlihat seorang anak perempuan yang telah rapih dengan seragam sekolah dasar, dirinya mematut di kaca sesekali merapikan ikatan rambut buatan neneknya.
"Helen cepatlah serapan! " terdengar suara sang bunda dia pun berlari membuka pintu kamar lalu duduk di meja makan. Disana sudah ada Aldara dan Rumi.
"Bunda lihatlah ikat kepang buatan nenek, aku merasa cantik kalau nenek yang membuatnya, " ucap anak perempuan itu kepada Aldara yang tengah sibuk di dapur.
"Kamu memang selalu cantik nak, tapi bisakah memanggilku nenek hanya saat kita bertiga saja kamu bisa menggantinya dengan sebutan tante kalau diluaran sana, mengerti! " jelas Rumi membuat Aldara yang tengah menghidangkan serapan itu tersenyum menaggapi.
"Baiklah tante, " malas Helen membuang muka. Sedangkan Rumi yang merupakan adik dari mamanya Aldara itu hanya menatap tajam Helen dihadapannya.
"Kenapa kamu memalingkan wajahmu? Terlihat sekali tidak ikhlas mengucapkannya,aku ini sebenarnya masih muda tau! Lihatlah aku belum memiliki kerutan di bawah pelupuk dan keningku kan! " Rumi dengan kesalnya menatap Helen.
"Nek kau tau saat marah seperti itu tanpa sadar keningmu mengerut lho! " jawab Helen.
"Memang anak ini pandai bicara! "
"Sudahlah cepat makan serapannya nanti keburu dingin kan jadi tidak enak, " suara Aldara, dirinya mendudukan diri di bangku sebelah Helen lalu mengusap puncak kepalanya.
"Helen maafkan Bunda karena tidak bisa mengantarmu kesekolah hari ini, karena pekerjaan Bunda yang tidak bisa di tinggali jadi hari ini kamu sama nenek ya! " Aldara menyindukan nasi dan lauknya pada piring Helen.
"Tidak apa-apa Bunda, sana pergi kerja nanti uangnya buat aku beli pensil warna dan cet gambar! " sahut Helen membuat Aldara berdecak karena mendengarnya.
"Emang yang minggu kemarin Bunda belikan sudah habis hah? " tanya Aldara sedikit geram sambil menyindukan makanan ke piringnya.
"Tentulah dia setiap detik menggambar! " Rumi menyahuti membuat Helen mengerucutkan bibirnya.
"Nenek harus tau mencuri pembicaraan itu dosa! Bunda maafkan Helen, sebenarnya masih ada sedikit lagi Bunda nggak bakalan menghambat hobi Helen menjadi pelukis kan? " ujar Helan mengerjapkan matanya manja pada Aldara.
"Boleh, Bunda akan dukung se dukung-dukungnya sama kamu! Asal kamu tahu jika harga pensil warna tengah naik jadi jangan terus menggambar bisakan sesekali membaca dan belajar pelajaran sekolah! " tegas Aldara, Helen pun menunduk melihat nasi dihadapnnya merasa tidak ada selera lagi untuk makan dia pun menusuk nasi itu dengan sendok kasar, hingga Rumi pun terkejut beda dengan Aldara dia sudah tau kalau anaknya itu tengah marah.
"Bunda! " Guman Helen kesal dan pastinya terdengar oleh Aldara sendiri, mengingat kemarahan sang anak yang selalu membuatnya ingin tertawa karena merasa lucu dengan tingkahnya dia pun menyembunyikan mulutnya dengan satu tangannya agar Helen tidak menyadarinya kalu dia sedang tertawa tertahan.
"Bunda aku ini anakmu masa seperti itu, belikan lagi Helen Pensil warna dan Helen janji bakalan jadi juara kelas untuk tahun ini beneran! " akhirnya rajukan Helen pun keluar, inilah sifat Helen dia akan marah tapi jika menginginkan seauatu dia akan merajuk.
"Bunda sudah hampir telat, kamu sama nenek dulu ya uang jajan ada di tas seperti biasa! " Aldara berdiri beranjak pergi tanpa menghabiskan serapanya.
"Kebiasaan! " ucap Rumi dan Helen bersamaan.
Aldara segera menghidupkan motor maticnya dengan tergesa dia memakaikan helm di kepalannya. Tapi seseorang mulai mengganggunya.
"Neng Dara mau kerja ya? " tanya laki-laki paruhbaya dengan tatapan menggodanya tapi Aldara tidak memperdulikannya.
"Si neng selalu sombong sama abang, tapi abang akan selalu setia menunggu neng untuk menjadi istri abang yang ganteng ini! " kembali mulut yang tertutupi kumis itu berucap membuat Aldara sendiri bergidik.
"Maaf Pak saya harus kerja, dan maaf saya tidak akan menikah dengan suami orang permisi! " Aldara segera melajukan motornya membelah jalanan yang mulai padat itu.
Begitulah Aldara dikenal sebagai seorang janda kembang di kompleknya, itu adalah cap yang paling membuat Aldara kesal dan marah! Dia menjadi buronan para hidung belang dan sebagai gunjingan bagi para ibu-ibu gosip. Awalnya Aldara merasa sangat tertekan dengan hal itu tapi setelah berada di sana selama lima tahun lambat laun hal itu menjadi sudah biasa dan Aldara pun menghiraukannya serta para laki-laki nakal itu juga lambat laun jarang menggodanya lagi karena Aldara tidak pernah menanggapinya.
Aldara pun telah sampai di gedung perusahaan tempatnya bekerja, dia segera memarkirkan motornya di parkiran biasa sebelum kedalam dia sempat melihat kaca sepion merapikan tatanan rambutnya yang beranyakan akibat helm itu, di rasa sudah rapi kembali dia pun berjalan dengan helsnya ke gedung yang menjulang tinggi itu. Rambut yang di ikat kuda, balutan baju kemeja putih serta rok span selutut menambah tubuhnya yang langsing itu terlihat anggun. Aldara sekertaris menejer yang cantik dan pandai tanpa sadar selalu mempesona di setiap mata yang memandang.
"Aldara berkas untuk rapat pagi ini bawa ke ruangan saya! " ujar seorang wanita lebih tua dari Aldara, Aldara pun bersiap dia merapikan berkasnya lalu berjalan keruangan menejer itu.
"Permisi, " sapa Aldara lalu masuk menghampiri sang menejer yang tengah duduk di kursi kerjannya. Aldara pun menyimpan berkas itu di meja.
"Sepuluh menit lagi rapat akan di mulai Bu, " beritahu Aldara dan hanya anggukan sebagai jawaban dari menejer itu.
Aldara pun keluar menutup pintu dengan pelan dan kembali kemejanya, mempersipakan hal lain yanga akan di bawa rapat pagi ini, hingga setangakai bunga mawar yang tergeletak disudut mejanya itu mencuri perhatiannya.
"Aldara ayo berangkat! " ajak ibu menejer dan Aldara pun mengikuti.
Sepanjang jalan menuju ruang rapat Aldara terus menunduk hanya ujung sepatu ibu menejer itu yang dia perhatikan supaya tidak tertinggal, karena jalannya yang begitu cepat dan kadang berhenti tanpa bicara dan hal itulah kenapa Aldara kalau berjalan di belakang ibu menejer selalu menunduk. Dia takut kejadian memalukan yang pernah dia lakukan saat berjalan di belakang ibu menejer, yang tiba-tiba berhenti lalu Aldara yang menabrak punggung sang menejer lantas dia pun terkena amarahnya karena berkas penting yang di pegangnya berhamburan.
Duk
Tanpa sadar Aldara menabrak seseorang di depannya, karena pikiranmya tengah terfokus dengan yang lain hingga kini dia baru menyadari bahwa sepatu perempuan yang selalu di perhatikannya itu berubah menjadi sepatu laki-laki. Aldara pun segera mendongkak dan sangat terkejut dibuatnya.
"Maafkan saya Pak! " ujap Aldara kembali menunduk pada laki-laki berjas hitam itu yang di belakangnya terdapat banyak pengawal.
Tanpa sepatah kata pun laki-laki itu melanjutkan langkahnya, mengabaikan Aldara yang tengah tertunduk itu.
"Ald kenapa jalanmu lambat sekali! " hardik Ibu menejer membuat Aldara sedikit berlari menghampiri.
"Maafkan saya yang tidak fokus pada jalan anda, "
"Kamu masih menunduk kalau jalan di belakang saya? "
"Begitulah demi keamanan! "
"Aldara kamu tau siapa orang yang tadi kamu tabrak?" tanya Ibu menejer.
"Saya tidak tau yang pasti dia orang yang berpengaruh di perusahaan ini! " jawab Aldara tegas.
"Dia itu CEO perusahaan ini, aku sudah sangat lama menanti dia melirik padaku tapi selalu saja tidak bisa! " ucap Ibu menejer membuat Aldara hanya mengangguk.
"Kamu itu polos sekali kalau berhubungan dengan laki-laki, apa suami mu yang dulu sangat membuatmu sakit ya? "
"Maaf Bu rapat akan di mulai lima menit lagi, "sahutan Aldara bukan jawaban yang ingin di dengar ibu menejer, membuat ibu menejer itu menghembuskan nafasnya berat.
Tiba di ruang rapat, nampaknya rapat kali ini sangat penting sehingga CEO perusahaan itu yang harus memimpin bukan direktur atau direksi.
Ternyata selain untuk membahas tentang masalah perusahaan, CEO itu juga mengumumkan kalau perusahaannya yang kini naik untung menjadi 50% .
Aldara yang saat itu hanya telinganya saja yang bekerja serta tangannya yang menulis beberapa hal yang penting, membuat pandangannya terus menujuke buku yang di bawahnya. Aldara merupakan pegawai yang sangat ulet hal sedetail pun dia pungkas, tidak ada waktu dia untuk di hamburkan dengan sia-sia di perusahaan itu apalagi memikirkan pasangan hidup. Dia seakan tidak memperdulikannya.
Rapat yang sangat lama membuat sebagian orang mengeluh kecuali Aldara dia tidak merasakan hal itu, karena fokusnya hanya kerja dan kerja.
"Hasil rapat kamu print lalu berikan kepada saya! " titah ibu menejer.
"Baik! " sahut Aldara singkat.
Aldara dan ibu menejer yang sedang berjalan dikejutkan dengan beberpa orang di depannya.
"Pagi ini saya melihat karyawan yang tidak fokus bekerja apa kamu sudah memperingatkannya! " tiba-tiba mulut CEO itu berucap membuat Aldara menoleh.
"Itu Pak, maafkan sekertaris saya yang tidak fokus saya akan memperingatkannya sekarang! " Ucap Ibu menejer gugup.
"Bilang pada sekertarismu itu, kalau perusahaan kita tidak membutuhkan orang lalai dalam bekerja! " nada tegasnya membuat Ibu menejer itu bergetar beda dengan Aldara dia terus memperhatikan muka CEO itu.
"Saya ada di sini mendengar ucapan anda, sedari awal saya sudah meminta maaf sama bapak! Sekarang saya sudah mendengar teguran anda, jadi permintaan maaf saya tadi tidak diterima? Apa dada anda terluka karena benturan kepala saya?" Aldara tidak terima dengan perkataan CEO itu yang mengatainya lalai dalam bekerja, padahal dirinya sudah mengaku salah tapi masih di permasalahkan.
"Kamu tau sedang bicara dengan siapa? " tanya seseorang di belakngnya yang merupakan sekertaris CEO itu.
"Maaf telah menyinggung CEO perusahaan ini, jadi untuk masalah ini biar saya yang urus! " ibu menejer itu menarik pergelangan tangan Aldara lalu meninggalkan mereka yang tengah menatap kepergian ibu menejer dan Aldara.
Diruangan menejer Aldara berdiri tepat di depan meja,
"Ald kamu sudah bekerja di sini selama tiga tahun, bahkan sebelum Pak Algi menjabat menjadi CEO kamu sudah bekerja di sini kenapa belum tau juga! " beritahu ibu menejer.
"Maaf Bu awalnya saya hanya menganggap itu hal sepele, saya kira CEO itu tidak akan mempermasalahkannya karena saya hanya karyawan rendahan ternyata dia memperhatikan hal sekecil itu, saya hanya membela diri saya saja. Karena sedari awal saya sudah meminta maaf kepadanya! " jelas Aldara dan membuat ibu menejer itu memijit keningnya.
"Ald kamu itu sekertaris paling cerdas, tanggap dan tangkas semua pekerjaan kamu selalu tepat dan tersusun rapi tapi kenapa tadi kamu membuat salah! "
"Sadari awal saya sudah mengakui kesalahan saya, maklum kan ibu saya juga manusia ada salahnya yang harus di maafkan! "
"Kembali ke meja, bicara denganmu membuatku bertambah pusing! " ucap ibu menejer.
"Apa ibu memerlukan obat, biar saya ambilkan! "
"Kamu ini ya, cepat ambilkan obat agar CEO itu tidak marah padaku karena mu! " teriak Ibu menejer.
"Mungkin aku sudah tercoreng di deretan wanita idamannya, padahal aku menyukai dia! " rengek ibu menejer itu menyembunyikan mukanya di meja. Sedangkan Aldara hanya terdiam sambil menggelang.
"Ini semua gara-gara kamu, tapi aku tidak bisa kalau bekerja tanpa mu! " ucapnya pada Aldara.
"Beribu-ribu maaf saya utarakan Bu! " Aldara mencoba menghibur atasannya itu.
"Bilang maafnya sama Pak Algi sana bilang jangan marah sama saya karena saya menyukainya! " ibu menejer itu kembali merengek sedangkan Aldara berjalan meninggalakan ruangan itu lalu memikirkan sesuatu.
"Masa aku harus benar-benar melakukannya, dia terlihat sangat stres! Jika aku melakukannya itu merupakan hal konyol yang pernah aku lakukan! " Aldara dilema, hanya gara-gara dia tidak sengaja menabrak laki-laki yang sangat berpengaruh itu masalahnya jadi kacau.
"Baiklah yang terpenting tidak keluar dari perusahaan itu! " gumam Aldara menjalankan kakinya menuju ruangan CEO di lantai paling atas.
"Cuma minta maaf, merendah sebentar saja Aldara! " gumamnya, kemudian berjalan mendekati pintu ruangan CEO itu.
"Hati-hati Bu! " ucap OB itu, Aldara pun menoleh lalu
Brukk
"Ah Kakiku! " ringis Aldara.
"Berdiri! " ucap seseorang dan Aldarapun sangat terkejut karena di belakanhnya ada seseorang yang menahan dirinya sehingga tidak jatuh ke lantai. Dengan segera Aldara pun berdiri lalu membalikan badannya sambil menyampingkan rasa sakit di pergelangan kakinya.
"Lantainya licin dan kaki saya keseleo, OB itu memperingatkan saya telat jadi bisakah saya di maafkan? " ujar Aldara kepada Algi.
"Kamu sudah dua kali bertemu dengan saya dengan kata maaf mu, kamu ingat kalau itu salah mu dan sekarang masih mau menyalahkan OB itu! " Sentak Algi membuat Aldara kini menatap wajah Algi.
"Saya tidak menyalahkan siapa-siapa hanya membicarakan fakta! " sahut Aldara, sedangkan Algi terkejut dengan muka Aldara yang seperti seseorang yang dia kenal.
"Pak! " hentak Aldara kareana tidak kunjung menjawab dan hanya menatapnya saja.
"Sudah ku maafkan kembali bekerja! " Algi melongos begitu saja meninggalkan Aldara.
"Baiklah untuk kedepannya tidak ada lagi masalah seperti ini, memalukan! " gumam Aldara.
Kejadian yang sepele tapi menyangkut orang besar ternyata pengaruhnya sangat besar juga, Aldara tidak habis pikir bagaimana kalau dia melakukan hal lain lagi kepadanya mungkin dia juga akan kena masalah atau lebih patalanya di pecat.
Tapi dia juga tidak mau di pecat hanya gara-gara menabrak CEO perusahaan itu, keterlaluan sekali. Mengabdi di perusahaan selama tiga tahun dan di pecat hanya gara-gara hal itu dan tidak ada sangkut pautnya sama pekerjaan, aneh bukan!
Setelah insiden jatuh itu dan kembali maafnya terucap pada Algi, Aldara pun tidak langsung meninggalakan lantai itu karena sebelah kakinya yang sangat kesakitan sampai highheels nya patah. Aldara membuka sepatu hak tinggi itu, tapi baru melangkahkan satu kakinya dia akan terjatuh tidak seimbang jadi Aldara memutuskan untuk berjalan dengan satu kakinya saja.
Aldara sudah siap, dia mengangkat sebelah kakinya yang sakit kedua tangannya yang memegang sepatu itu.
"Anggap saja sedang bermain engklek! " Aldara menyemangati dirinya.
(Engklek merupakan permaian tradisional, yang bermain dengan cara melompati beberapa kotak dengan satu kaki)
Aldara bersiap mengangkat sebelah kakinya, tapi dia baru menyadari kalau lantai yang dia pijak licin akirnya setelah melompat lalu kembali kakinya menyentuh tanah dia pun kembali terjatuh, dan kini tidak ada yang menahanya sehingga bokongnya yang pertama mendarat mulus di lantai.
"Aw! " ringis Aldara memejamkan matanya merasakan sakit yang kini bertambah.
Aldara tidak pantang menyerah dia berusaha berdiri tapi tidak bisa.
"Ngesot aja kali, kenapa hari ini apes benget! " gumam Aldara dia menekuk kakinya ke belakang dengan susah saat dia akan jalan sambil ngesot tiba-tiba ada yang menggendongnya.
"Ya ampun! " Aldara terperengah dia di gendong oleh Algi dan membawanya keruangan CEO itu.
Aldara tidak berkutik dia hanya menundukan kepalanya saja, setelah Algi menurunkannya di sofa dan dan akan meninggalakannya Aldara pun berucap.
"Terima kasih banyak, tapi aku akan sangat susah ke meja saya saat ini-"
"Diam kau! " sentak Algi memotong pembicaraan Aldara dan Aldara pun hanya menarik ujung bibirnya kesal.
Kini Algi kembali dengan kotak obat ditangannya lalu menghampiri Aldara dan memberikannya.
"Pake ini aku sibuk! " Algi kembali ke mejanya sedangakan Aldara di buat cengo dengan sikap Algi.
Aldara pun membuka kotak obat itu dan mengambil minyak urut, dia menaikan kakinya lalu menekuknya karena tidak sampai untuk menyentuh pergelangan kakinya sendiri. Aldara mulai menggosokanya dengan pelan rasa hangat pun dirasakan, dia pun berniat akan pergi karena merasa canggung berada di ruangan CEO itu.
Aldara berdiri dan memaksakan diri untuk melangkah tapi kejadian jatuh di lantai itu terjadi lagi, hingga perhatian Algi teralihkan.
"Bokongku nggak bakalan kempes kan! " gumam Aldara mengusap bokongnya dan sebelah tangannya berpegangan pada sofa.
Algi kembali menggendong Aldara dan mendudukannya di sofa. Tanpa ada pembicaraan apa-apa Algi menarik kaki Aldara yang menurutnya itu keseleo,lalu menyimpannya di pangkuannya.
"Maaf Pak tidak us,, Aaaaahhhhh! " ucapan dan erangan kesakitan Aldara menyatu, Algi yang sedang membenarkan tulang kaki Aldara yang salah itu hanya tersenyum.
"Pak udah sakit itu, " ucap Aldara dengan muka yang lesu menahan sakit tapi tidak di gubris oleh Algi.
"Aw Pak pelan-pelan napa sih Pak!" teriakan Aldara menggema di sudut ruangan itu, tidak terasa air matanya mengalir saking menahannya sakit. Dan Aldara pun membungkam mulutnya, dia baru menyadari nada yang dia lontarkan terlalu keras.
"Apa akan ada masalah lagi setelah ini! " ucap hati Aldara.
"Coba gerakan kakimu! " titah Algi dan Aldara pun menurut.
"Wah sudah tidak sakit lagi, " gumam pelan Aldara sambil menggoyangkan kakinya yang masih di pangkuan Algi dan tanpa sengaja ujung kakinya menyentuh hal yang tidak semestinya, sehingga kini Aldara dan Alga saling menatap.
"Menyingkir dariku! " Algi mendorong kasar kaki Aldara dari pangkuannya dan kembali pada mejanya, sedangkan Aldara sendiri hanya melongo sambil menelan ludahnya.
"Harus apa aku? " tanyanya pada diri sendiri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa kamu akan tetap di ruanganku! Apa kamu berniat menggodaku! " ucap Algi membuat Aldara yang tengah melamun tersadar.
"Maaf Pak saya tidak berniat melakuakan hal seperti itu, itu hanya ketidak sengajaan mohon di maklumi saya pamit undur diri, " Aldara segera bergegas meninggalkan ruangan itu, sesekali merutuki dirinya sendiri sedangankan Algi setelah melihat Aldara menjauh dari ruangannya dia hanya menghembuskan nafasnya panjang sambil meraba dadanya yang merasakan degupan yang sangat cepat.
Tanpa mereka sadari kejadian itu terdengar oleh sekertaris Algi, yang merupakan laki-laki seusianya. Kejadian yang menjadi salah paham di pikiran sekertaris itu hanya menelan ludahnya.
"Seharusnya aku tidak menguping nya, membuat aku yang jomblo semakin tertekan saja! Pak bos bisa-bisanya melakukan oh no oh no dikantor, padahal dia tidak terlalu dekat dengan perempuan selain ibunya dan Melinda! " gumam sekertaris itu. Lalu kembali mendekati pintu CEO itu dengan beberapa berkas di tangannya.
Aldara akhirnya bisa duduk dengan tidak nyaman di kursinya, hingga sang ibu menejer menghampirinya dengan tergesa.
"Ald apa kamu melakukan apa yang aku ucapkan! " ucap ibu menejer membuat Aldara tersentak.
"Apa maksudnya? " tanya Aldara belum sadar.
"Aku yang menyurhmu minta maaf dan mengatakan kalau aku menyukai Pak Algi, kau tidak melakukannya kan? " dengan tatapan tajam yang mengarah pada Aldara ibu menejer itu berharap kalau yang dipikirkannya tidak sampai terjadi.
"Oh itu aku melakukannya! " jawab Aldara polos.
"APA! " pekik ibu menejer membuat Aldara menutup kedua telinganya dengan tangan.
"Bukankah itu sebagian dari perintah! " ucapan Aldara dan membuat ibu menejer itu terdiam menahan amarah sambil terus menatap Aldara.
Aldara yang mengetahui hal tersebut segera akan melarikan diri.
"Waktu istirahat telah tiba saya akan ke kantin untuk makan ,perut saya juga sudah keroncongan permisi, " ucapan Aldara tidak di sahuti oleh ibu menejer hanya saja matanya terus menghujami dirinya.
Hingga mendapati Aldara yang berjalan tertatih ibu menejer itu pun menjadi heran.
"Permisi saya mau ngasih ini sama sekertaris anda, tapi sepertinya tidak ada ya! " ucap laki-laki yakni sekertaris CEO itu, menyodorkan salep anti nyeri membuat ibu menejer itu bertambah bingung.
"Apa kamu melihat Aldara ke kantor CEO? " tanya ibu menejer menyelidik.
"Tentu saja! Aku melihatnya keluar dari ruangan Pak Algi, " jawab asisten itu.
"Apa kau mendengar sesuatu, semisalnya membicarakan aku! "
"Mana mungkin dia membicarakan kamu, kalau urusan mereka lebih penting!"
"Apa! "
"Sekertaris Erik, anda tidak sedang membicarakan tuan Algi kah! " suara laki-laki lain mengejutkan mereka, membuat keduanya menunduk.
"Anda perlu saya pringati, ikut saya! " laki-laki itu dengan tegas, dia merupakan sekertaris pribadi Alga, lebih tepatnya orang kepercayaannya.
"Mati aku, " ujar ibu sekertaris dan Sekertaris itu hanya menghembuskan nafas pasrah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!