“ Ingat ya cantik, kabari Ibu jika kamu membutuhkan apapun termasuk jika hanya sekedar teman untuk bercerita " Ucap Diana sebelum akhirnya berbalik memunggungi Renata yang masih terpaku di depan pintu.
Diana telah mengantarkan kembali Renata ke rumah kontrakan nya yang sederhana. Semenjak kepergian Tama ini adalah kali pertama Renata kembali mendiami rumah itu. Di buka nya perlahan pintu yang sudah terlihat usang dan rapuh.
Bulir air mata berjatuhan, tak bisa Renata pungkiri bahwa hatinya sangat merindukan kehangatan keluarga yang kini telah lenyap seutuhnya. Sepuluh tahun, mereka mendiami rumah kontrakan yang di bayar tahunan ini dari beberapa tahun sebelum kedua orangtuanya meninggal.
Kini rumah ini menyimpan banyak rasa sakit, Renata tak kuasa membendungnya. Tubuh Renata merosot jatuh di balik pintu, bayangan dan kenangan keluarganya menusuk dan mengoyak hatinya.
“ Ayah .. Ibu .. Kak Tama kenapa tak kalian bawa Rere pergi juga ? ” Tangisi Renata sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
Hampir satu jam menangisi takdir nya, Renata pun bangkit. Dengan cekatan Renata merapikan seluruh barang pribadi miliknya. Renata yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas itu memilih menginap di kosan temannya sekaligus mencari informasi kosan di sekitaran kampus yang telah dia pilih jauh sebelum kejadian buruk ini terjadi.
“ Rere .. Gue turut berduka " Anya memeluk Renata erat begitu sahabatnya itu sampai di kamar kost nya.
“ Makasih Nya, Lo udah bukain pintu dan peduli sama gue " Renata terisak dalam pelukan Anya.
“ Udah seharusnya Re, gue gak akan biarin Lo sendirian. "
Anya segera mengambil kan minum dan membantu Renata merapihkan barang-barangnya. Tak terasa sampai malam hari mereka berbagi cerita termasuk tentang Diana dan keluarganya.
“ Jadi anaknya yang namanya Bian itu ngintimidasi Lo kaya gitu ? Gila ! " Keluh Anya.
“ Gue emang bukan orang berpunya Nya, tapi pantang buat gue di kasihani orang lain .. "
“ Sabar ya Re, orang kaya kebanyakan gitu emang. "
Waktu pun berlalu, hari berganti sudah seminggu Renata meninggalkan rumah kontrakannya dan tinggal bersama Anya. Renata dan Anya turun dari angkutan umum lalu berlari semampunya, waktu menunjukkan pukul 07.58 hanya tinggal 2 menit lagi sebelum ospek kampus di mulai.
Berkat tabungan yang Tama tinggalkan, Renata bisa melunasi administrasi untuk masuk kampus setidaknya sampai satu semester kedepan, setelah itu Renata berencana untuk kerja freelance.
Dirly berdiri dengan tangan tangan yang di masukkan ke saku almamaternya. Dirly merupakan Presiden Mahasiswa di kampus tempat Renata dan Anya.
“ Bagus ! Maba hari pertama sudah terlambat " Tegur Dirly pada Renata dan Anya.
“ Kita gak terlambat ko Kak .. Cuman kita tepat " Jawab Renata berani.
“ Ck banyak ngeles kamu, siapa nama kamu ? "
“ Renata Kak "
“ Biasakan disiplin ! Jangan membuat keluarga mu menyesal telah menyekolahkan mu .. " Cerca Dirly.
“ Maaf tapi saya sudah tidak punya keluarga Kak jadi Kakak tidak perlu mengkhawatirkan itu. Terimakasih atas perhatiannya. " Jawab Renata jujur.
Seketika Dirly tersentak rasanya ingin meralat semua ucapan menusuk nya barusan. Namun nasi sudah jadi bubur, biarlah di belakang layar nanti Dirly akan meminta maaf pada Renata.
Acara ospek pun di mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 memang cukup menyita waktu namun hanya akan di laksanakan selama 4 hari.
Ospek di adakan untuk memberikan bekal bagi para maba dalam menjalani kehidupan kampus yang baru nanti. Selain itu menjadi kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
“ Renata .. " Panggil Dirly ketika istirahat di kantin.
“ Ya kak ? "
“ Boleh saya ikut duduk disini ? " Tanya Dirly
“ Boleh Kak silahkan ini kan tempat umum "
“ Hmm Re sorry ya buat yang waktu itu. Saya gak tau apa apa tapi langsung menjudge kehidupan pribadi kamu " Sesal Dirly.
“ Gak papa kak, emang itu tugas kakak menegur kesalahan kami. Saya ngerti " Renata tersenyum masam, nyatanya hatinya sempat terluka tadi.
“ Buat tanda permintaan maaf saya, saya teraktir kamu makan siang ya ? Kamu boleh ambil apapun yang kamu mau. "
“ Gak usah repot repot kak, saya mau balik istirahat di kelas. Makasih ya buat tawarannya. Permisi .. " Renata angkat kaki dari kantin, meninggalkan Dirly begitu saja.
Jujur ini pertama kali nya Dirly mendapat penolakan dari seorang perempuan, biasanya Dirly lah yang di kejar kejar oleh kaum hawa karena popularitas dan pesona nya. Namun kali ini, Renata berbeda.
Dirly mengulum senyum nya, merasa tertantang dan terpikat untuk mendapat kan gadis yang baru saja di kenalnya itu.
“ Ok Re, buat sekarang cukup seperti ini. Tapi nanti, gue pastiin Lo gak bisa lepas dari gue. " Dirly tersenyum smirk.
“ Heh ngapain Lo ? Gila ya senyum senyum sendiri " Angga sahabatnya membuyarkan lamunan Dirly tentang Renata.
“ Sialan ! Gue kaya nya ke grab maba deh "
“ Serius ? Yang mana ? Gila gercep banget, siapa sih yang bisa naklukin batu nisan kaya Lo ? "
“ Batu nisan ? " Dirly mengerutkan keningnya.
“ Iya Lo kaku dan menyeramkan kaya batu nisan hahaha " Angga tertawa lepas dengan lelucon garingnya.
“ Bagus ya Lo udah bisa ngebacot .. Gak sekalian aja Lo gantiin gue nanti jadi moderator buat ospek "
“ Eh enggak usah repot repot makasih ya pak Presma gue cabut dulu. Bye ! " Sejurus kemudian Angga sudah menghilang dari pandangan Dirly.
Dirly hanya menggeleng heran melihat tingkah laku sahabatnya yang sering kali di luar nalar manusia kebanyakan. Jika yang lain memberikan label kutub es pada Dirly maka hanya Angga satu satunya yang bisa terpikir melabeli ' Batu Nisan ' pada Dirly.
Di dalam kelas, Renata menundukkan kepalanya di atas lengannya. Jika bukan permintaan Tama untuk melanjutkan kuliah mungkin Renata tidak akan melakukan ini. Setelah kehilangan keluarga satu satunya itu, semangat Renata seakan sudah lenyap. Jiwa Renata pun merasa sudah ikut terkubur seiring dengan terkuburnya jasad Tama di sana.
“ Lo kok udah balik lagi Re ? Perasaan baru 10 menit Lo ke kantin. " Tanya Anya yang tidak ikut ke kantin karena harus menemui seseorang di gedung lain kampus.
“ Gak mood .. "
“ Tapi Lo udah makan Re ? "
“ Belum, ini gue bungkus. " Renata menunjuk keresek hitam yang hanya berisikan roti isi selai cokelat dengan air mineral.
“ Cuman ini ? Lo gak mau makan nasi atau apa gitu Re. Gue takut Lo sakit "
“ Tenang gue gak bakalan sakit, gue gak mau repotin Lo juga kali. Ini aja cukup " Renata mengambil roti dari dalam keresek lalu mulai melahap nya.
“ Yaudah, kalo Lo butuh apa apa bilang gue ya. Gue mau beli makan dulu ke kantin. Lo mau ikut ? "
“ Gue kan baru dari sana, masa balik lagi ah. Sana pergi aja gue gak papa beneran ! " Renata mengacungkan kedua jari tengah dan telunjuk nya.
“ Ok deh, gue pergi dulu Re .. " Renata hanya bisa tersenyum dari balik punggung Anya, setidaknya saat ini masih ada orang yang mempedulikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
kasihan Renata,ada Angga dan Ayna jg siapa lg nanti
2024-05-06
0