Bidadari Surga Untuk Alwi
🕌
🕌
🕌
🕌
🕌
"Abi, Syfa tidak mau dijodohkan," tolak Syfa.
"Syfa bisa tidak berbicara sopan terhadap Abimu, Umi tidak pernah mengajarkanmu untuk melawan kepada Abi!" sentak Umi Aisyah.
"Maaf Umi, Abi, tapi Syfa tidak mau menjalani ta'aruf dengan laki-laki pilihan Abi karena Syfa sudah punya calon suami sendiri," seru Syfa.
"Abi sudah malu Syfa mendengar omongan tetangga yang sering melihat kamu berduaan di tempat sepi dengan yang bukan muhrimnya."
"Tapi Abi, Syfa dan Mas Abbad tidak pernah bersentuhan sama sekali," kekeh Syfa.
"Syfa dalam ajaran islam itu tidak ada yang namanya pacaran dan kamu sudah melanggar ajaran islam, Abi malu Syfa semua orang tahu siapa Abi dan Abi tidak mau sampai orang-orang berpikir kalau Abi membiarkan anaknya selalu berbuat maksiat."
"Abi, Syfa tidak pernah berbuat maksiat."
"Syfa, berdua di tempat sepi dengan yang bukan muhrimnya sama saja dengan berbuat maksiat. Dalam islam itu tidak ada kata pacaran, itu hanya akan mengundang dosa dan pada akhirnya mendekatkanmu pada perbuatan Zina," seru Abi Idris.
"Kamu tahu Syfa, dalam islam pacaran itu termasuk perzinaan terselubung. Kenapa disebut seperti itu? karena dari kegiatan pacaran itu akan timbul yang namanya zina hati, zina kaki, zina tangan, zina mata, dan lain sebagainya yang nantinya akan mendekatkan kamu pada perzinaan," seru Umi Aisyah.
Syfa menundukan kepalanya. "Syfa, Abi itu mencarikan calon suami yang tepat untukmu. Namanya Alwi, dia adalah seorang ustazd muda yang pastinya sudah jelas didikan agamanya dan juga sholeh."
"Tapi Bi, Mas Abbad pun sholeh dan didikan agamanya bagus coba deh Abi dan Umi lebih mengenal Mas Abbad."
"Orang yang tahu agama tidak akan meminta seorang yang bukan muhrimnya bertemu berdua di tempat sepi, dari sana Abi sudah menilai kalau orang itu tidak mempunyai didikan agama yang benar terus bagaimana Abi bisa menyerahkan anak Abi kepada orang seperti itu."
Skak mat, Syfa tidak bisa berkata apa-apa lagi ucapan Abinya memang benar dan Syfa tidak akan menang kalau berdebat dengan Abinya masalah agama.
Syfa pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya masuk ke dalam kamar.
"Syfa, kamu memang keterlaluan!" bentak Umi Aisyah.
"Sudah Umi, biarkan saja Syfa merenungkan semua kesalahannya."
Syfa menangis sejadi-jadinya, kenapa Abinya begitu tidak suka kepada Abbad padahal Abbad juga berasal dari keluarga baik-baik saja.
Malam pun tiba...
Syfa terlihat mogok makan, Abi dan Uminya tidak membujuknya karena mereka yakin kalau Syfa lapar nanti dia juga akan makan sendiri.
Saat ini Syfa sedang membaca Al-Qur'an, tiba-tiba ponsel Syfa berbunyi tanda ada notif pesan yang masuk. Syfa menyelesaikan terlebih dahulu membaca Al-Qur'an, hingga setelah selesai Syfa baru membuka pesannya.
📩"Bisakah kita bertemu sebentar, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu penting."
"Tumben Mas Abbad ngajak bertemu malam-malam, pasti ada sesuatu yang harus dia katakan. Tapi bagaimana aku minta izin kepada Abi dan Umi?" gumam Syfa.
Syfa pun mondar-mandir di dalam kamarnya, mencari alasan yang pas supaya Abi dan Uminya mengizinkan dia pergi keluar.
Perlahan Syfa pun keluar dari dalam kamarnya, ia mulai celingukan mencari keberadaan Abi dan Uminya dan ternyata mereka sedang berbincang-bincang di teras.
"Ehmm...Abi, Umi, Syfa mau izin keluar sebentar ke rumah Sinta ada tugas kuliah yang harus Syfa kerjakan tapi Syfa lupa membawanya di rumah Sinta," dusta Syfa.
"Ini sudah malam Syfa, mau Umi antar?"
"Tidak usah Umi, lagipula rumah Sinta kan tidak jauh masih di kampung ini juga. Syfa janji tidak akan lama kok, setelah Syfa mengambil bukunya Syfa langsung pulang lagi."
"Ya sudah kamu hati-hati."
"Iya Umi, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Syfa pun langsung melangkahkan kakinya menuju ujung jalan, tempat dimana dia janjian bersama Abbad. Syfa terlihat tergesa-gesa dan benar saja, Abbad sudah menunggu dirinya di ujung jalan yang sepi itu.
"Mas Abbad."
"Astagfirullah Syfa, kamu lama sekali Mas pikir kamu tidak akan jadi datang," seru Abbad.
"Maaf Mas, Syfa harus cari alasan dulu supaya Syfa diizinkan keluar sama Abi dan Umi. Oh iya, Mas mau mengatakan hal penting apa? kenapa malam-malam, seperti tidak bisa besok saja."
"Ini tidak bisa ditunda-tunda lagi Syfa, soalnya belum tentu besok Mas bisa bertemu lagi denganmu."
Syfa mengerutkan keningnya. "Maksud Mas apa?"
Abbad meraih kedua tangan Syfa. "Syfa, maafkan Mas ternyata Mas sudah dijodohkan oleh Ayah dan Ibu Mas."
"Apa? terus, Mas menerimanya?"
"Apa yang bisa Mas lakukan Sifa kecuali menuruti keinginannya Ayah dan Ibu Mas."
Syfa menghempaskan tangan Abbad, matanya sudah mulai berkaca-kaca. "Mas jahat, bukannya Mas sudah janji mau nikahin Syfa tapi sekarang kenyataannya apa? Mas malah menyetujui perjodohan yang orang tua Mas lakukan."
Syfa sudah tidak bisa membendung lagi airmatanya, Abbad mencoba untukenghapus airmata Syfa tapi Syfa malah menghindar.
"Maafkan Mas, Syfa."
"Mas jahat, padahal Syfa sangat mencintai Mas."
"Iya Syfa, Mas juga sangat mencintai kamu tapi Mas tidak bisa membantah keinginan kedua orang tua Mas itu dosa Syfa."
"Pokoknya aku tidak rela Mas menikah dengan wanita lain."
Syfa pun langsung berlari meninggalkan Abbad, sedangkan Abbad terlihat menfusap wajahnya kasar. Abbad memang salah karena selama berhubungan dengan Syfa, Abbad tidak pernah memperkenalkan Syfa kepada kedua orang tuanya.
Syfa berlari dengan deraian airmata, Abi dan Umi Syfa ternyata masih ada di teras. Syfa langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu membuat Umi dan Abinya mengerutkan keningnya.
Uminya ingin menyusul tapi Abi menahannya dan menggelengkan kepala pertanda larangan untuk istrinya. Syfa menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya, kenapa semuanya serba kebetulan dirinya dan Abbad sama-sama dijodohkan dalam waktu yang sama.
***
Keesokan harinya....
Syfa bangun dan segera menunaikan ibadah shalat subuh, hari ini Syfa begitu sangat tidak bersemangat bahkan matanya pun terlihat bengkak karena semalam Syfa menangis.
Setelah selesai shalat subuh, lagi-lagi Syfa menangis di atas sajadahnya.
Ceklek....
Pintu kamar Syfa terbuka, Syfa segera menghapus airmatanya tapi sayang Uminya sudah melihat kalau dia sedang menangis. Umi Aisyah perlahan mendekati puterinya itu dan mengusap kepala Syfa yang masih tertutup dengan mukena.
"Ada apa? kenapa kamu sampai menangis seperti ini?" tanya Umi Aisyah lembut.
Syfa hanya bisa terdiam, dia takut jika mengatakan yang sebenarnya Uminya akan marah.
"Ayo bilang kenapa? jangan dipendam sendiri, Umi tidak akan memarahi kamu kok."
"Mas Abbad mau dijodohkan Umi, tadi malam Mas Abbad memutuskan Syfa dan memilih untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya."
Umi Aisyah tersentak, ternyata tadi malam Syfa sudah berbohong dia bilang ingin mengambil buku di rumah Sinta tapi pada kenyataannya Syfa malah bertemu dengan pria itu.
Tapi Umi Aisyah tidak mau memarahi puterinya itu karena saat ini puterinya sedang bersedih. Umi Aisyah mengusap kepala Syfa dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Itulah yang dikhawatirkan Umi dan Abi, selain pacaran tidak diperbolehkan dalam islam, pacaran pun sangat merugikan diri sendiri masih untung tidak berbuat melebihi batas, nah kalau sampai kebablasan siapa yang rugi? siapa yang akan menanggung malu? Naudzubillahimindalik, semoga ini menjadi pembelajaran untukmu," seru Umi Aisyah.
Syfa hanya bisa menundukan kepalanya dengan deraian airmata, sungguh Syfa sangat sakit hati ternyata cintanya yang dia pertahankan mati-matian dengan Abbad berakhir dengan perpisahan.
🕌
🕌
🕌
🕌
🕌
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
hadir
2025-01-21
1
𝙿𝙾𝙿𝙿𝚈 𝚂𝚄𝚂𝙰𝙽
oh iya maaf salah tulis.🙏🙏
2022-05-21
1
Nazla K. R
mahram thor bkn muhrim... klo muhrim artinya org yg melakukan ihram
2022-05-20
1