🕌
🕌
🕌
🕌
🕌
Dua minggu pun berlalu, akhirnya hari ini adalah hari pernikahan Alwi dan Syfa tidak banyak tamu yang datang hanya keluarga dari kedua belah pihak.
Alwi mengucapkan ijab kabul dengan lancar dan tegas, sedangkan Syfa terlihat meneteskan airmatanya dibalik cadar yang dikenakannya sungguh Syfa tidak menginginkan pernikahan ini hatinya tetap tertuju untuk Abbad walaupun dia tahu saat ini mungkin Abbad sudah bahagia dengan istrinya.
Alwi menghampiri orangtua Syfa. "Umi, Abi, Alwi mau minta izin untuk membawa Syfa ke rumah Alwi."
"Silakan Nak, karena sekarang Syfa sudah menjadi tanggung jawabmu dan Syfa wajib mengikuti suaminya kemana pun ia pergi," sahut Abi Idris.
"Abi, Syfa ingin tinggal disini," tolak Syfa.
"Syfa, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri jadi sudah sepantasnya kamu mengikuti kemana pun suamimu pergi," seru Umi Aisyah.
"Tapi Syfa belum siap Umi untuk pergi dari rumah ini, lagipula Syfa orangnya tidak betahan tinggal di rumah orang," sahut Syfa.
Wajah Abi Idris dan Umi Aisyah sudah sangat memerah menahan malu di hadapan Alwi dan Uminya. Sementara itu Alwi dan Umi Khadijah hanya bisa saling tatap satu sama lain.
"Sebentar, Abi ke belakang dulu. Ayo Syfa ikut Abi!"
Syfa pun mengikuti langkah Abinya itu.
"Syfa, kamu benar-benar sudah membuat Abi dan Umi malu. Kenapa kamu suka sekali membangkang? ini semua akibat kamu terlalu banyak gaul dengan laki-laki itu!" sentak Abi Idris.
"Abi, jangan pernah menyalahkan orang lain semua ini tidak ada hubungannya dengan Mas Abbad, Abi dan Umi yang sudah memaksa Syfa untuk menikah dengan dia padahal Syfa sama sekali tidak mau," sahut Syfa.
Abi Idris mengangkat tangannya ingin menampar Syfa tapi tangannya tertahan di udara membuat Syfa terkejut dan matanya mulai berkaca-kaca.
"Kamu sudah keterlaluan Syfa, Abi menikahkan kamu dengan Ustadz Alwi karena Abi ingin kamu menjalani hidup dengan lebih baik lagi, pokoknya Abi tidak mau tahu kamu harus ikut dengan suami kamu!" bentak Abi Idris.
Abi Idris pun meninggalkan Syfa yang saat ini sudah meneteskan airmatanya. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Syfa pun bersedia ikut bersama Alwi walaupun Alwi tahu ada keterpaksaan dalam diri Syfa.
Selama dalam perjalanan tidak ada yang bicara sama sekali, bahkan Umi Khadijah pun lebih memilih diam. Sesampainya di rumah Alwi, Syfa mengikuti Alwi untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Maaf Nak, rumahnya memang tidak sebesar rumah kamu tapi Umi harap kamu akan betah tinggal disini," seru Umi Khadijah.
Syfa hanya mengangguk tanpa berniat menjawab ucapan mertuanya itu.
"Ayo Syfa!" ajak Alwi.
Syfa pun kembali mengikuti Alwi, hingga akhirnya sampai di depan pintu kamar Alwi.
"Ini kamar aku dan mulai sekarang menjadi kamar kita," seru Alwi dengan mengajak Syfa masuk ke dalam kamarnya.
Syfa memperhatikan setiap sudut kamar Alwi, tidak ada yang istimewa hanya saja kamar Alwi banyak sekali dipenuhi dengan rak-rak buku.
"Maaf Mas, boleh aku berkata jujur," seru Sifa dengan menundukan kepalanya.
"Bicaralah."
"Jujur, aku sama sekali tidak mencintai Mas hati aku sudah milik orang lain walaupun orang itu kini sudah menikah tapi aku tidak bisa pungkiri kalau hati aku masih miliknya jadi aku mohon dengan sangat kepada Mas untuk tidak memaksaku, mungkin aku akan memenuhi semua kebutuhan lahir Mas tapi maaf aku belum bisa memenuhi kebutuhan batin Mas," seru Syfa.
Alwi sangat terkejut dengan ucapan Syfa, apa ini pertanda kalau shalat istikharahnya belum juga mendapat jawaban.
"Kalau kamu masih mencintai pria itu buat apa kamu menyetujui pernikahan ini? pernikahan bukan perkara main-main dan aku sudah mengucapkan janji kepada Allah dalam pernikahan ini bahkan kedua orangtua kita sudah menjadi saksinya."
"Maafkan aku Mas, aku mohon dengan sangat orangtuaku jangan sampai tahu masalah ini cukup kita berdua saja yang tahu," seru Syfa dengan deraian airmatanya.
"Kamu tahu, masih merindukan mantan saja itu sudah berdosa apalagi sekarang kamu terang-terangan mengatakan kalau kamu masih mencintai pria lain bahkan pria itu sekarang sudah menjadi suami orang, kamu tidak takut berdosa?" tanya Alwi.
Syfa hanya bisa menundukkan kepalanya dengan deraian airmata, Syfa sungguh tidak bisa mencintai Alwi walaupun Syfa akui kalau Alwi adalah sosok pria yang tampan dan sholeh tapi ternyata tidak bisa mengalihkan cintanya terhadap Abbad.
***
Malam pun tiba...
Syfa membantu Umi Khadijah memasak untuk makan malam.
"Syfa, Umi berdo'a semoga kamu bisa menemani Alwi sampai akhir hayat," seru Umi Khadijah.
Syfa terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa akhitmrnya Syfa hanya bisa tersenyum. Setelah selesai, Syfa pun menata hasil masakannya di meja makan.
Alwi pun yang baru selesai shalat isya langsung duduk, Syfa dengan telaten mengambilkan nasi dan lauk pauknya untuk Alwi.
"Terima kasih."
Ketiganya makan dengan hening tanpa bicara sepatah katapun karena disaat makan kita tidak boleh berbicara.
Setelah selesai makan, Umi Khadijah pun pamit untuk ke kamarnya sedangkan Alwi seperti biasa membawa Al-qur'annya dan mulai membacanya. Syfa masuk ke dalam kamar dan dilihatnya Alwi sedang mengaji, Syfa pun segera naik ke atas tempat tidur dan mulai merebahkan tubuhnya.
Pandangan Syfa lurus ke arah langit-langit kamar Alwi. "Mas Abbad, apa saat ini kamu sudah bahagia dengan istrimu? maaf aku tidak bisa melupakanmu, aku masih belum rela kamu menjadi milik wanita lain," batin Syfa dengan meneteskan airmatanya.
Syfa dengan cepat menghapus airmatanya karena takut Alwi melihatnya. Alwi pun selesai mengaji, kemudian Alwi mengambil bantal dan juga selimut di dalam lemari. Alwi memutuskan tidur di sofa karena Alwi tidak mau sampai dia khilaf.
"Mas, kenapa tidur di sofa?" tanya Syfa.
"Kamu tidurlah yang tenang jangan memikirkan aku, aku tidak akan menyentuhmu," sahut Alwi dengan memejamkan matanya.
Syfa sebenarnya merasa bersalah kepada Alwi tapi mau bagaimana lagi memang Syfa sama sekali tidak mencintai Alwi dan Syfa merasa sangat bahagia kalau Alwi mau mengikuti kemauannya.
"Mas, aku mau minta izin kuliah soalnya besok aku sudah mulai kuliah."
"Iya silakan."
"Terima kasih Mas."
Alwi tidak menjawab lagi ucapan Syfa, Syfa pun kembali merebahkan tubuhnya dan tidak lama kemudian keduanya pun terlelap dalam mimpi masing-masing.
***
Keesokan harinya...
Syfa mulai menggerakan tubuhnya saat mendengar suara adzan subuh, Syfa terdiam saat melihat Alwi yang sudah bangun bahkan Alwi sudah mengaji dengan suaranya yang merdu.
Syfa segera bangkit dari tidurnya dan segera mandi lalu mengambil air wudhu, setelah selesai mandi dan wudhu Syfa pun memakai mukenanya dan segera berdiri di belakang Alwi untuk melaksanakan shalat subuh berjama'ah.
🕌
🕌
🕌
🕌
🕌
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
💜🌷halunya jimin n suga🌷💜
anak zaman sekarang ...dah nikah beraniya ngomongin hati orang ....dulu mah emak laku dah syukur dah hahahaaaa
2025-01-21
1
Patrick Khan
.syifa sok2 an deh..😠
2023-12-31
1
Nazla K. R
perempuan mcam apa km syifa... udh punya suami msh mkirin mantan.. pdhal ilmu agama nya gk kosong
2022-05-24
1