Bab 2 "BSUA"

🕌

🕌

🕌

🕌

🕌

Umi Aisyah pun keluar dari kamar Syfa, Syfa hanya bisa menangis meratapi nasibnya memang benar apa yang dikatakan Umi dan Abinya kalau Abbad itu bukan pria yang baik untuk dirinya tapi sayangnya walaupun begitu, Syfa masih sangat mencintai Abbad.

Sementara itu, di rumah Alwi seperti biasa sehabis shalat Alwi selalu menutupnya dengan mengaji. Umi Khadijah yang merupakan Umi Alwi menunggu di depan pintu kamar Alwi sampai Alwi selesai mengaji.

"Sadaqallahul adzim."

Alwi pun menutup Al-qur'annya dan menyimpanya ke tempat biasa.

"Umi, sejak kapan Umi berdiam disana?"

"Sejak tadi, Umi selalu tenang setiap mendengar kamu mengaji."

"Sini Umi masuk, ada apa?"

Umi Khadijah pun duduk di samping Alwi. "Begini Nak, Kyai Idris dan Umi Aisyah kemarin menemui Umi katanya malam ini kita diundang untuk datang ke rumah mereka dan membicarakan masalah pernikahan kamu dan Syfa."

"Memangnya Syfa sudah menyetujui pernikahan ini?" tanya Alwi.

"Sepertinya begitu, maka dari itu kita disuruh datang ke rumah mereka."

Alwi menghembuskan napasnya secara perlahan, sebenarnya Alwi ragu dengan pernikahan ini karena Alwi sering melihat Syfa berduaan dengan orang yang bukan muhrimnya dan itu membuat Alwi ragu untuk menikahi Syfa.

Alwi tidak bisa berbuat apa-apa karena sebagai anak yang patuh dan taat kepada orangtuanya, Alwi tidak bisa membatah apa yang sudah menjadi keputusan Uminya karena Alwi yakin seorang Ibu tidak mungkin akan menjerumuskan anaknya sendiri. Alwi sudah tidak mempunyai Abi karena Abinya sudah meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit yang dideritanya.

"Insya Allah Umi."

 

***

Semenjak subuh Syfa tidak keluar dari kamarnya membuat Umi Aisyah merasa khawatir dan memutuskan untuk menemui Syfa di kamarnya.

Tok..tok..tok..

"Assalamualaikum Syfa."

"Waalaikumsalam Umi."

Syfa segera bangkit dari tidurnya dan segera menghapus airmatanya. Umi Aisyah sangat terkejut melihat keadaan Syfa dengan matanya yang terlihat bengkak karena terlalu lama menangis.

Umi Aisyah duduk di hadapan Syfa, diusapnya kepala dan wajah Syfa dengan lembut.

"Kamu kenapa Nak?"

Airmata Syfa kembali menetes, sungguh Syfa merasa sakit hati dengan keputusan Abbad yang memutuskanya secara sepihak.

"Rasanya sakit Umi, Mas Abbad sudah membuat Syfa patah hati," lirih Syfa.

"Syfa, dengarkan Umi patah hati adalah sesuatu yang normal namun apabila patah hati menjadikan kamu terpuruk, sedih, bahkan sakit-sakitan itu tentu saja ada yang salah dalam diri kita. Sebagai seorang muslim tentu kita mengetahui bahwa cinta yang hakiki hanya untuk Allah dan Rasul-Nya, tidak seharusnya kita mencintai segala sesuatu yang ada di dunia ini secara berlebihan apalagi sampai menggantungkan harapan kepada manusia, itu adalah salah besar sebab segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat fana tidak bisa kita miliki dan pasti akan musnah."

Syfa menundukan kepalanya, airmatanya kembali mengalir di pipi mulusnya.

"Pada dasarnya patah hati adalah kesalahan manusia yang tidak tepat menyikapi perasaannya. Allah sudah memperingatkan berulang kali agar kita tidak berharap kepada manusia, tapi kenapa kita masih saja mudah jatuh cinta? kenapa kita selalu berharap berlebihan? kenapa kita sulit mengendalikan perasaan? hingga pada akhirnya diri kita sendirilah yang akan merasakan sakitnya sebab kita tidak mampu menjaga kesucian hati kita."

Panjang lebar Umi Aisyah menasehati Syfa membuat Syfa semakin menundukan kepalanya. Nasehat yang Umi Aisyah berikan menjadi cambuk untuk Syfa karena selama ini Syfa terlalu terbuai akan indahnya cinta.

"Allah SWT telah memperingatkan kepada kita sebagai manusia hanya berserah diri kepada Allah karena berharap kepada manusia belum tentu dibalas dengan kebaikan adakala kita akan dikecewakan, apa kamu mengerti Nak?"

"Iya Umi, maafkan Syfa."

Umi Aisyah memeluk puterinya itu dan mengelus punggung Syfa dengan penuh kasih sayang.

"Nak, nanti malam Ustadz Alwi dan Uminya akan datang kesini kamu harus siap-siap ya karena Umi dan Abi akan menentukan tanggal pernikahanmu dengan Ustadz Alwi."

Syfa hanya bisa terdiam hingga pada akhirnya Syfa pun dengan pasrah menganggukan kepalanya. Syfa mau mengikuti keinginan Umi dan Abinya untuk dijodohkan dan menikah dengan pria yang sama sekali tidak Syfa kenal.

 

***

 

Malam pun tiba...

Syfa sangat tidak bersemangat, tetap saja pikirannya tertuju kepada Abbad ternyata cintanya terlalu besar kepada Abbad meskipun Abbad sudah menyakitinya, tetap saja Syfa masih mencintainya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Ustadz Alwi dan Umi Khadijah, mari silakan masuk," seru Umi Aisyah.

"Terima kasih."

"Sebentar ya saya panggilkan Syfa dulu."

Umi Aisyah pun beranjak menuju kamar Syfa, sedangkan Abi Idris menemani Alwi dan Umi Khadijah.

"Nak Alwi, saya sangat senang sekali saat Nak Alwi mau menyetujui perjodohan ini, saya takutnya Nak Alwi menolak Syfa," seru Abi Idris.

"Memangnya saya siapa Kyai berani menolak seorang wanita? menikah itu merupakan penyempurna sebagian agama kita, apa salahnya kalau saya menerima perjodohan ini saya yakin puteri Kyai seorang wanita shalihah," sahut Alwi dengan lembut.

"Subhanallah, inilah alasan saya menjodohkan Syfa dengan Nak Alwi selain Nak Alwi merupakan putera dari sahabat saya, Nak Alwi juga mudah-mudahan bisa membimbing Syfa menjadi wanita yang lebih baik lagi."

"Amin, Insya Allah Kyai."

Umi Aisyah pun datang dengan menggandeng Syfa, Syfa menundukan kepalanya dia sama sekali tidak mau melihat calon suami yang akan dijodohkan kepadanya.

"Mbak Khadijah, ini Syfa," seru Umi Aisyah.

Syfa pun menghampiri Umi Khadijah dan mencium punggung tangan Umi Khadijah. "Masya Allah."

"Dan ini Ustadz Alwi, calon suami kamu."

Syfa hanya menangkupkan kedua tangannya di dada tanpa mau melihat ke arah Alwi, Alwi pun membalasnya dengan hal yang sama.

Kyai Idris mulai menetapkan tanggal pernikahan Alwi dan Syfa, hingga akhirnya sudah ditetapkan dua minggu lagi pernikahan itu akan dilaksanakan.

Alwi melihat ada ketidak senangan dalam diri Syfa, walaupun Syfa menutup sebagian wajahnya dengan cadar tapi Alwi bisa melihat kalau Syfa sangat terpaksa dengan pernikahan ini.

Setelah berbincang-bincang panjang lebar, Alwi dan Uminya pun pamit pulang. Sesampainya di rumah, Alwi pamit kepada Uminya dan segera masuk ke dalam kamarnya.

Alwi merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tatapannya lurus ke arah langit-langit kamar.

"Ya Allah, apakah keputusanku menikahi Syfa itu benar? tapi hamba lihat Syfa begitu sedih dan merasa tidak senang dengan pernikahan ini, hamba tidak mau pernikahan ini menjadi siksaan buat Syfa," gumam Alwi.

Setelah cukup lama merenung, Alwi pun bangkit dari tidurnya.

"Sepertinya aku harus shalat istikharah untuk meminta petunjuk dari Allah, Ya Allah apabila Syfa memang dijodohkan untukku maka lancarkanlah proses pernikahan ini tapi jika Syfa bukan jodohku, berilah jalan supaya kami tidak bersatu dan itu hanya engkau yang tahu."

Alwi mengusap wajahnya dan beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

🕌

🕌

🕌

🕌

🕌

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

 

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

pas lagi nyari bacaan novel seneng kalo bab ya ngk banyak mengurangi kebosanan juga....biar dikit bab ya kalo ceritaya menarik pasti melekat di hati ....aku fans baru tor ....nanti kalo bagus tak tamatin novel mu kabehhh 😚😚😚😚

2025-01-21

1

Nazla K. R

Nazla K. R

syifa ank kyai? tp kok gk bs mnjaga nm baik abinya dg berpacaran

2022-05-20

1

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

¢ᖱ'D⃤ ̐𝙽❗𝙽 𝙶

aku bacanya adem kak pop kayak dengerin ceramah Bu ustadzah😊lanjut

2022-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!