ALVANO: Psychopath Husband

ALVANO: Psychopath Husband

BAB 01

...HAPPY READING...

...•...

...•...

...•...

Hai, guys. Kembali lagi dengan Aya. Kali ini aku mau coba buat cerita di Noveltoon ya xixixi, happy reading all.

...•••••••••••••••••••••••••••••...

Seorang gadis berjalan di lorong kampus dengan menenteng totebag yang di dalamnya ada beberap map. Gadis itu berjalan menuju toilet, setelah kelas pertama tadi dia kebelet dan memilih untuk ke toilet dulu sebelum ke kantin bersama kedua sahabatnya. Saat ingin masuk ke dalam toilet gadis itu mendengar suara rintihan seseorang, karna merasa penasaran dia memilih untuk pergi ke lorong yang sepi.

Langkah nya terhenti melihat seorang pria yang memakai jaket hitam di belakangnya ada logo gangster yang sangat di takutin banyak orang.

Gadis itu melihat dengan sangat jelas, jika pria itu sedang menyiksa seseorang.

Merasa di perhatikan pria itu melirik kearah belakang, dimana ada seorang gadis menggunakan hoodie pink serta rok pendek. "Ngapain lo di situ?"

Chika Arumitha. Gadis cantik keturanan Inggris tersentak kaget karna ketahuan memperhatikan seorang pria yang sudah di kenal psikopat oleh banyak orang. "V--vano, aku tadi nggak sengaja denger suara rintihan, jadi aku cari asal suara itu," gugup Chika ketika di tatap tajam oleh pria yang ada di hadapannya dengan jarak yang cukup jauh.

Alvano Narendra. Seorang psikopat yang di takutin banyak orang karna kekejaman pria itu. "Pergi, sebelum gue bunuh lo."

Chika mengangguk pelan. "Maaf."

"Tunggu. Nama lo, Chika Arumitha?" cela Vano saat gadis itu ingin pergi dari lorong.

"Iya, ada apa ya?" tanya Chika.

Vano tidak menjawab pertanyaan Chika. Pria itu melirik kearah tikus kecil yang kini sudah lemas tak berdaya di lantai. Dengan santai tanpa ada rasa takut Vano memutuskan urat nadi tikus kecil nya yang di saksikan oleh Chika.

Gadis itu menutup mulutnya, dia kaget. Ini pertama kalinya buat Chika melihat orang seperti Vano yang membunuh orang tanpa ada rasa bersalah sama sekali. "Dia beneran psikopat," gumam Chika.

Sedangkan Vano hanya acuh. Ia mengelap kembali pisau kesayangannya yang di lapisin oleh perak. Vano menghampiri Chika lalu menarik pergelangan tangan gadis itu dan pergi menjauh dari lorong yang sepi tadi.

Chika hanya diam. Dia masih sangat syok dengan apa yang dia liat barusan.

Mereka pergi ke taman kampus. Vano menatap datar Chika. "Apa yang lo liat tadi?" tanya Vano.

Chika gugup mendengar pertanyaan Vano. Oh, ayolah, siapa yang tidak akan gugup jika sudah berhadapan oleh seorang psikopat. "Aku liat kamu bunuh orang dan siksa orang itu," cicit Chika yang tidak berani menatap mata Vano.

"Nikah sama gue!" celetuk Vano.

Chika terbelalak mendengar celetukan pria yang ada di hadapannya. "No Kidding, Vano!" ucap Chika yang berpikir celetukan pria itu adalah hanya sebuah lelucon.

"Gue nggak bercanda." Vano menjeda ucapannya. "Lo udah liat gue bunuh orang, dan gue pastikan hidup lo nggak akan aman sebentar lagi. Satu hal yang harus lo tau, siapa pun yang melihat aksi gue tadi, hidup dia nggak akan tentram. Karna apa? musuh gue bisa ber'anggapan kalo lo adalah orang terdekat gue, dan pastinya mereka akan menjadikan lo sebagai umpan," jelas Vano.

Chika bungkam. "Van, tapi gue masih kuliah. Dan gue sama lo juga nggak saling kenal, gue nggak mungkin nikah sama laki-laki yang baru gue kenal," ujar Chika.

"Pilihan lo cuman dua. Nikah sama gue, atau mati di tangan musuh-musuh gue." Vano pun pergi dari hadapan Chika. Pria itu memasuki mobilnya lalu pergi menjalankan mobilnya keluar dari area kampus.

Masih di tempat yang sama Chika terdiam. Dia mencerna semua ucapan Vano. Apa ia karna hanya melihat aksi pria itu dirinya jadi tidak aman? atau hanya akal-akalan Vano saja.

Chika menghela nafas kasar. Gadis itu memilih untuk kembali masuk ke dalam area kampus nya, ia mau menemui kedua sahabatnya dan curhat kepada mereka.

Kalo di tanya ingin menikah atau tidak, jawaban nya pasti mau. Apalagi nikah sama anak keluarga Narendra. Keluarga terkaya nomor 1 di dunia, dan putra Narendra yang memiliki paras tampan, datar, sikap dingin, tajir, siapa pun tidak akan menolak ucapan Vano jika di ajak menikah.

Tapi, bagi Chika bukan masalah paras nya, atau segi ekonomi. Ia mau menikah dengan pria yang dia sendiri mengenal pria itu, begitu pun sebaliknya. Bukan hanya itu, Chika juga mau menikah dengan orang yang mencintai dirinya.

Chika menghampiri kedua sahabatnya yang duduk di pojok kantin. "Maaf telat ya."

Jessy dan Karina menatap kearah teman mereka yang baru saja sampe di kantin. "Kok lo lama banget? padahal cuman ke toilet loh, Chik," ucap Karina.

"Iya, maaf."

Jessy menatap sahabatnya yang sepertinya sedang gelisah. "Kamu kenapa?"

"Aku di ajak nikah sama Vano," celetuk Chika.

Uhuk uhuk uhuk

Karina langsung tersedak air putih mendengar celetukan Chika. Gadis itu menatap sahabatnya dengan terkejut, bukan hanya Karina. Jessy juga ikutan terkejut mendengar celetukan dari sahabat mereka.

"Lo bercanda kan?" kata Karina tak percaya.

Chika menggelengkan kepalanya. Tanpa sadar dia meneteskan airmata yang membuat kedua sahabatnya kaget. "Hikss, aku harus gimana?"

Jessy mengelus punggung Chika. "Coba jelasin dulu ke kita, gimana bisa Vano ngajak kamu nikah? sedangkan kalian berdua aja jarang ngobrol loh," ucap Jessy.

Chika mulai menjelaskan semuanya kepada para sahabatnya. Karina dan Jessy menyimak, mereka cukup terkejut mendengar penjelasan dari Chika sekarang.

Setelah cerita semua ke para sahabatnya Chika merasa lebih lega. Gadis itu meminun jus alpukat miliknya yang sudah di pesankan tadi oleh Jessy.

"Lo terima aja ajakan Vano. Apa yang dia bilang bener, emang lo mau mati di usia muda?" Chika menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Nggak. Tapi, gimana sama kuliah aku? orang tua aku yang ada di London? Mereka pasti akan kaget denger aku mau nikah di usia muda," ucap Chika.

Jessy menepuk pundak Chika. "Kamu omongin baik-baik. Aku yakin kalo keluarga kamu pasti paham, dan masalah kuliah kan gapapa kalo ada yang nikah," ucap Jessy.

"Nah, betul tuh kata, Jessy," timpal Karina.

"Demi kebaikan lo juga, Chik. Lagian apa salah nya nikah sama seorang Alvano Narendra? Udah ganteng, tajir lagi," sambung Karina.

Chika menghela nafasnya. "Bukan itu, aku nggak cinta sama Vano. Begitu pun dengan sebaliknya," ragu Chika.

"Cinta datang seiring jalannya waktu. Kayak aku sama Nevan gimana? Kami menikah karna di jodohkan, sekarang aku udah punya satu anak dari pernikahan kami," kata Chika.

Karina mengangguk. "Nah, bener. Dulu gue juga gitu kok sama Farel, walaupun dia emang suka bikin gue emosi, tapi makin kesini gue malah takut kehilangan dia," ujar Karina.

"Yaudah, makasih sarannya." Jessy dan Karina mengangguk. Keduanya berharap jika Chika selalu di dalam lindungan Tuhan.

Menikah dengan seorang Alvano Narendra juga ada resiko nya.

...^<>^°°°°°^<>^...

Di sebuah mansion yang besar dan sangat luas seorang pria paruh baya tengah berdiri di dekat kolam renang. Pandangan nya tertuju pada pria yang berusia 21 tahun yang tengah berenang di kolam tanpa sadar jika sedang di perhatikan.

Alvano, pria yang sedang berenang itu adalah dia. Setelah dari kampus Vano memutuskan untuk pulang ke mansion, dia sangat lelah. Karna seharian belum tidur sama sekali, di usia yang yang sekarang 21 tahun sudah memegang banyak amanah dari kedua orang tuanya.

Vano yang harus mengambil alih perusahaan Narendra'Group dan juga FBI milik keluarga nya. Bukan hanya itu, Vano juga masih harus ikut turun tangan ketika ada misi yang sangat berat dan berbahaya.

Setelah selesai berenang Vano menghampiri pria paruh baya yang sudah menunggu nya. "Ada apa paman?"

"Vano, situasi semakin berbahaya. Mereka mengincar kamu dan seorang gadis yang bersama dengan mu tadi. Lebih baik kamu dan dia pergi dulu dari Indonesia untuk sementara waktu, mereka pasti sedang merencanakan sesuatu buat kamu," jelas Paman.

"Apa harus aku pergi? Kenapa tidak kita lawan saja? Jelas mereka akan kalah, apalagi anggota ku banyak, paman." Vano yang tidak mau pergi, dia mau stay di Indonesia.

Sang paman mengangguk paham. "Lalu, gadis itu? apa kamu tega melihat dia yang akan menjadi umpan mereka nantinya," katanya.

Vano diam, kini pikirannya tertuju pada Chika. "Baiklah, aku dan dia akan pergi untuk sementara waktu. Tolong siapkan jet pribadi, dan sedikit barang-barang ku." Vano pun masuk ke dalam mansion, dia ingin membersihkan tubuhnya.

Setelah membersihkan tubuhnya dan semua barang keperluan Vano sudah di rapihkan ia pun langsung pergi dari mansion menggunakan mobil sport nya. Vano melajukan mobilnya menuju apartemen Chika yang tidak jauh dari kampus mereka.

Bagaimana Vano tau? Jawabannya, dia sudah tau semua tentang Chika. Bahkan asal gadis itu, tempat tinggal, dan tentang keluarga Chika yang ada di London.

Vano melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tidak takut mati di tangan musuhnya, yang Vano takutin jika Chika yang akan menjadi sasaran pertama para musuhnya.

Vano melirik kearah spion mobilnya, seperti ada yang mengikutinya. Vano mengeluarkan smirk, dia menambah kecepatan mobilnya dengan tinggi.

Sedangkan di tempat lain seorang gadis baru saja selesai mandi. Chika duduk di ruang tv yang ada di apartemennya, gadis itu sangat lelah banget setelah seharian beraktivitas di kampus.

Chika menatap jam yang terpasang di dinding. "Laper banget, makan apa ya malem ini?" Chika bangkit dari duduknya lalu pergi menuju dapur untuk masak makan malam.

Ting tong

Chika melirik kearah pintu karna mendengar suara bel. Gadis itu berdecak kesal karna ada tamu yang membunyikan bel apartemennya terus menerus. Dengan kesal Chika membuka pintu apartemen dan terkejut melihat kedatangan Vano.

Vano masuk ke dalam apartemen Chika lalu menutup pintu. "Vano, kamu ngapain disini?"

"Jangan banyak tanya, sekarang rapihin barang-barang lo! Kita harus pergi," ucap Vano tanpa menjawab pertanyaan dari Chika.

Chika mengerutkan keningnya. "Kita mau kemana?" tanya Chika.

"JANGAN BANYAK TANYA, CHIKA! LO BERESIN BAJU-BAJU LO SEBELUM MEREKA NEMUIN KITA!" bentak Vano.

Kaget, tapi Chika langsung mengangguk. Dengan cepat gadis itu masuk ke dalam kamar nya untuk membereskan semua barang-barang miliknya ke dalam koper.

Vano mengeluarkan ponselnya, ia mau menghubungi paman Jack. "Hallo paman, tolong kirim 20 bodyguard ke apartemennya Chika! Aku di ikutin oleh mereka saat menuju ke apartemen," ujar Vano.

"Baik, Vano. Paman akan segera kesana dan beberapa bodyguard, kamu tunggu disana."

Vano memutuskan sambungan telpon nya secara sepihak. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. Vano takut jika orang-orang itu berhasil menemui dirinya disini dan berakhir Chika akan terkena juga.

Tidak lama kemudian Chika menghampiri Vano dengan menyeret koper berukuran sedang. "Kita mau kemana sih?"

Vano melirik kearah sumber suara. "Jangan banyak tanya! Lo ikutin gue aja kalo mau selamat!" tegas Vano. Chika bungkam, dia tidak mau membuka suara lagi.

Vano menarik pergelangan tangan Chika lembut. Mereka keluar dari dalam apartemen gadis itu dan berjalan menuju lift, Chika bingung kenapa Vano terlihat sangat gelisah? Ini ada apa sebenarnya.

Di dalam lift hanya ada keheningan. Hawanya sangat dingin. Benar-benar dingin, apalagi Vano terlihat sangat emosi.

Takut? sedikit.

Saat pintu lift terbuka Vano terkejut, ia langsung membawa Chika ke dalam pelukannya. Pria itu memakai topi miliknya. "Jangan brisik, ikutin gue aja," bisik Vano.

Chika hanya mengangguk.

Perlahan Vano keluar dari dalam lift dengan Chika yang ada di pelukannya. Vano melewati para musuh nya yang ada di dekat resepsionis, dirinya hanya santai aja tanpa ada rasa takut.

Di dalam pelukan Vano, Chika merasa sangat deg-deg an. Ini kali pertama dia dekat dengan seorang pria asing, kecuali sang daddy.

Seorang pria berpakaian serba hitam memperhatikan Vano dan Chika yang baru saja keluar dari lift.

"ITU VANO!" teriak seseorang.

Vano terkejut, dengan cepat dia menarik tangan Chika dan berlari keluar apartemen dengan cepat. Mereka seperti main kejar-kejaran sekarang, dimana Vano dan Chika yang berlari dari para musuh yang mengikuti Vano.

"Arghh Vano tolong," pekik Chika ketika tangannya di tarik dari belakang.

Vano memberhentikan langkahnya, ia menatap Chika yang kini ada di dalam kepungan musuhnya. "BRENGSEK!"

Bugh

Vano berlari kearah mereka dan menarik tangan Chika dengan kasar. "JANGAN PERNAH LO SENTUH CALON ISTRI GUE, BANGSAT!" hardik Vano.

Chika bersembunyi di belakang tubuh Vano. Jujur, dia takut. Apalagi melihat pria yang ada di depannya sudah terjulur emosi. "Van, takut.."

"Masuk ke dalam mobil, NOW CHIKA!" Gadis itu pun menurutin perintah Vano.

Setelah Chika masuk ke dalam mobil, Vano menatap tajam semua anak buah dari Arthur. Musuh bebuyutan nya, entah apa penyebab nya yang membuat Arthur sangat membenci Vano.

Tanpa banyak bicara Vano langsung menyerang semua anggota Arthur dengan tangan kosong. Pria itu memukul, menendang, para anggota Arthur berulang kali. Vano sendiri melawan 15 orang suruhan Arthur tanpa bantuan apapun.

Bugh

Bugh

Bugh

Vano mencekik leher tangan kanan Arthur. "LO BILANG SAMA ATASAN LO JANGAN MAIN KOTOR ANJING! MASALAH DIA SAMA GUE, JANGAN LIBATKAN CHIKA DALAM MASALAH INI!" hardik Vano.

Bugh

"Jangan jadi leader kalo nggak turun tangan sendiri. Banci sih, Arthur!" ejek Vano.

Pria itu masuk ke dalam mobilnya dengan cepat lalu melajukan mobil miliknya menuju bandara. Chika? dia masih takut. Baginya, hal tadi yang dia liat seperti mimpi buruk buat Chika sekarang.

Vano melirik kearah Chika sebentar. Vano menepikan mobilnya, ia menarik Chika ke dalam pelukan. "Maaf, lo jadi takut kan?" Chika hanya membalas dengan anggukan singkat.

"Chika, dengerin gue. Mulai saat ini gue bakal lindungin lo. Apapun keadaannya gue akan selalu ada buat lo, entah susah atau senang. Dan, gue mau lo nikah sama gue. Hidup lo pasti nggak akan aman setelah ini, Arthur pasti akan libatkan lo dalam masalah gue sama dia," jelas Vano.

Chika melepaskan pelukannya, dia menatap manik mata Vano dalam. "Kamu gapapa? mereka nggak apa-apain kamu kan? Vano, ayo jawab. Kamu nggak ada yang terluka kan?" tanya Chika yang melihat keadaan Vano.

"Gue gapapa. Justru gue yang harus tanya, lo gapapa kan? Tadi mereka nggak buat lo terluka?" Chika menggelengkan kepalanya.

Gadis itu memeluk tubuh Vano dengan erat. "Jangan tinggalin aku. Aku takut, takut mereka datang lagi," lirih Chika.

Vano tertegun, ini kali pertama dia berpelukan dengan seorang gadis. Vano mencoba tenang, dia mengelus rambut panjang Chika yang terasa sangat lembut. "Iya, gue nggak akan pergi ninggalin lo," bisik Vano.

......•••••••••••••••••••......

......**Jangan lupa follow @amlanrl @wattpadadmla_......

......See you next part!🖤**......

Terpopuler

Comments

Nancy Padji Kana

Nancy Padji Kana

Sangat bagus

2024-02-16

1

i'm Ra

i'm Ra

baru sadar sih kak klo ini cerita nya ortu samuel😅

2022-04-20

1

i'm Ra

i'm Ra

kak aya kapan up lagi?

2022-04-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!