BAB 05

**Hai, apa kabar kalian? hehehe sudah lama banget aku ngga update ya😭

Maafin ya🙏🏻

...*********...

HAPPY READING**!

Malam ini di kota London terjadi hujan yang sangat lebat dan mengakibatkan suhu menjadi dingin, padahal hanya karna hujan bukan turun salju. Seorang gadis menuruni anak tangga satu persatu dan pergi menuju ruang makan, gadis itu menatap suaminya yang sedang makan malam dalam keadaan hening.

"Ngapain berdiri di situ? Makan!" celetuk Vano yang menyadari kehadiran istrinya.

Chika terkejut karna Vano tau keberadaannya, gadis itu menghampiri suaminya lalu duduk di samping Vano. "Kamu cuman makan itu?" tanya Chika yang melihat suami dia hanya makan salad sayur.

"Nggak, tadi udah makan nasi sebelum lo dateng kesini," jawab Vano.

Tatapan Chika berubah menjadi datar, gadis itu menggenggam kuat pisau dan garpu yang ada ditangannya. "Bisa ngga bahasanya di ubah?" ucap Chika pelan.

"Maksudnya?" bingung Vano.

Brak

Chika mengetuk meja makan dengan kuat menggunakan pisau dan garpunya. Gadis itu menatap tajam suaminya yang membuat Vano menelan ludah kasar. "Aku ini istrimu, bukan temanmu!" tekan Chika di setiap perkataannya.

Dia tidak suka dengan gaya bicara Vano. Apa pria itu tengah berbicara bersama seorang teman? Berkali-kali Chika bilang, kalo dia tidak suka kalo Vano berbicara menggunakan kata lo-gue kepadanya.

Vano mengangguk pelan. "Sorry, lanjut makan!" Chika hanya membalas dengan deheman singkat. Gadis itu mengambil makanan untuk dirinya yang ada di atas meja, sebenarnya ia juga tidak terbiasa makan malam, namun dia sudah lapar.

Sesekali Vano melirik istrinya yang terlihat cantik banget menggunakan dress pendek berwarna pink, rambut panjang yang dibiarkan terurai, dan lips yang membuat Vano candu. Bibir istrinya terlihat sangat menggoda banget, pink dan mengkilap. Dan rasanya sangat manis banget. Vano saja sampai candu karna bibir istrinya yang tebal juga.

Merasa ada yang memperhatikan Chika melirik kearah Vano yang langsung mengalihkan pandangannya. Pria itu malu karna ketahuan oleh istrinya barusan, tanpa Vano tau jika Chika tersenyum. Dia tau kalau suaminya memang memperhatikan dia, tapi dia pura-pura tidak tau.

Keheningan menyelimuti antara Vano dan Chika saja. Hawa dingin semakin terasa sangat dingin banget, diluar juga masih hujan lebat badai sepertinya.

Setelah makan Chika membawa piring kotor dan menaruhnya di wastafel. Para maid yang sudah pada pulang, karna di apartemen ini hanya ada tiga kamar saja. Kebetulan juga rumah mereka tidak terlalu jauh, jadinya mereka tidak perlu nginap di sini malam ini.

Vano beranjak dari duduknya. "Gue bantuin ya," tawar Vano yang langsung dicegah oleh Chika ketika ingin membantu gadis itu.

"Ngga usah! Kamu duduk aja, lagian cuman cuci piring doang kok," ucap Chika lembut.

Bukannya duduk menuruti ucapan istrinya, Vano malah berdiri di belakang Chika lalu dia memeluk gadis itu dari belakang. Vano tersenyum tipis, dia tau reaksi istrinya yang sekarang tengah terkaget. "Kenapa hm?" bisiknya pelan.

"Van lepas, jangan gini dong," ujar Chika.

"Ngga mau," tolak Vano yang semakin mengeratkan pelukannya.

Chika menghela napas panjang. Gadis itu kembali melanjutkan cuci piringnya yang sempat tertunda. Vano yang mempunyai ide jail pun tersenyun misterius, pria itu semakin mendekatkan tubuhnya dan tubuh Chika.

Kesal karna di ganggu suaminya terus akhirnya Chika melepaskan pelukan Vano dan membalikan tubuhnya. Gadis itu berkacak pinggang sambil menatap tajam suaminya yang hanya tersenyum. "Kamu tuh iseng banget, aku lagi cuci piring tau!!!" kesalnya.

Vano menangkup pipi Chika yang membuat gadis itu terkejut karna Vano menyatukan bibir mereka. Mata keduanya terpejam. Chika melingkarkan tangan dia di leher suaminya.

Selang berapa menit mereka mengakhiri ciuman itu. Vano mengangkat tubuh Chika dan menduduki gadis itu diatas meja makan, Chika terkejut. "V--vano?" gugup Chika saat pria itu memeluknya dengan erat.

Vano menghirup aroma lemon dileher Chika. Pria itu menciumin leher istrinya berulang kali yang membuat Chika tersentak kaget. Chika merasa geli karna lehernya di ciumin oleh Vano sekarang, rasanya sangat geli banget.

"Ahh stop, geli Vano..." kata Chika.

Namun, Vano tidak menggubris perkataan istrinya yang meminta dia untuk berhenti. Vano memberikan tanda merah dileher Chika, ia menggigit leher yang putih seperti warna susu itu. Chika mengeluarkan satu suara ******* yang membuat Vano tidak bisa berhenti, dia ingin sekali buat banyak tanda kepemilikan yang banyak.

Chika memejamkan matanya. "Please jangan dileher, nanti semua orang liat gimana?" Vano menghentikan aksinya, pria itu menaikan sebelah alisnya. "Kenapa kalo mereka tau?"

"Malu," cicit Chika.

Vano terkekeh pelan. Ia memegang tekuk leher Chika dan kembali menyatukan bibirnya, keduanya memejamkan mata dan menikmati ciuman mereka. Chika hanyut dalam ciuman dia dan Vano yang entah udah ke berapa kali, pria itu memberikan ******* lembut.

Chika yang paham membuka mulutnya. "Enghh..." erang Chika disela-sela ciuman.

Tangan Vano mengelus leher Chika. Elusan tersebut turun ke bawah hingga ke kedua payudara istrinya. Vano melepaskan ciuman mereka. Keduanya saling melemparkan tatapan.

"Vano, aku boleh tanya sesuatu?" cela Chika.

"Of course."

Chika terdiam sejenak, dia memiliki satu pertanyaan yang ingin sekali dia tanyakan kepada suaminya. "Ngga jadi deh," kata Chika lalu menunjukkan gigi putih gadis itu.

"Ada apa? kalau emang ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan bilang aja. Jangan kamu pendam, ngerti?" ujar Vano lembut. Pria itu menggendong tubuh istrinya ala bridal style dan membawanya ke kamar mereka.

Chika terkejut. "Kalau aku bilang belum siap punya anak gimana?" cetus Chika.

Langkah Vano terhenti. Pria itu melirik kearah Chika yang di mana tatapan mereka saling bertemu. Vano tak menjawab ucapan istrinya, ia kembali melanjutkan langkah menuju kamar yang sudah ada di depan mata Vano.

Ketika mereka sudah di dalam kamar, Vano menurunkan Chika dari gendongannya. "Belum siap?"

"Seandainya!!!" tekan Chika.

Vano menatap istrinya dalam. Chika menelan ludahnya kasar ketika Vano yang tiba-tiba membuka kaos di hadapannya. Roti sobek yang di miliki Vano sangat terlihat jelas, bahkan Chika tidak berkedip melihat perut suami dia yang sangat indah.

Tangan Vano memegang dagu Chika. "Kalo hanya sebuah kata seandainya, berarti sudah siap dong mengandung anakku?" bisik Vano tepat ditelinga Chika.

"V--vano," gugup Chika saat Vano menggigit daun telinganya.

Chika tersentak kaget saat Vano mendorongnya hingga terjatuh di ranjang. Dengan cepat Vano naik ke atas Chika dan mengunci semua pergerakan gadis itu. Posisi keduanya membuat Chika tak bisa berkutik lagi, gadis itu menatap suaminya dari bawah.

Dari atas Vano dapat melihat lekuk tubuh istrinya yang sangat sempurna. Badan Chika yang bisa di katakan body goals. Gadis itu benar-benar menjaga bentuk tubuhnya.

"I like your body. Perfect body." Lagi dan lagi Vano memuji semua yang Chika miliki.

Chika menggigit bibirnya, hal yang di lakukan gadis itu dilihat oleh Vano barusan. Chika menggoda imannya, namun Vano tak akan sia-siakan kesempatan yang sudah di berikan oleh istrinya. Walaupun mereka melakukan hal seperti ini belum ada rasa cinta, tapi Vano dan Chika sama-sama akan membuka hati.

skip pagi....

Sinar matahari bersinar di siang hari. Pasangan suami istri masih tertidur lelap diatas ranjang. Kamar mereka sangat berantakan seperti habis diterjang badai yang besar. Chika terbangun dari tidurnya karna dirinya lapar. Perlahan matanya terbuka lebar, dia mengumpulkan kesadarannya.

Lima menit kemudian kesadaran Chika telah terkumpul semua. Wanita itu menatap keadaan kamarnya yang super berantakan, dirinya teringat dengan kejadian kemarin malam. Malam yang indah dan panjang untuk Alvano dan Chika.

Chika melirik kearah suaminya yang masih tertidur lelap. Mereka baru tidur pukul lima pagi tadi. Vano tidak ada hentinya menggempur dirinya, mereka bermain sampai tiga ronde. Bahkan pria itu tak memberikan dirinya jeda sedikit pun untuk istirahat.

"Van, bangun yuk. Sudah siang loh..." bisik Chika lembut.

Vano mengeratkan pelukannya. Pria itu tak mau membuka matanya. "One minutes again," rengek Vano.

"No! Ayo bangun ihhh," ucap Chika dengan mencubit pipi suaminya.

Vano pun membuka matanya dengan terpaksa. Pria itu menatap istrinya dengan memelas kepada Chika. "Sayang, please... Aku masih ngantuk banget," ucap Vano dengan manja.

"Oke, ngga ada jatah ya buat kamu!" ancam Chika yang membuat mata Vano melotot.

Pria itu langsung bangun dari tidurnya. Chika yang melihat itu menggelengkan kepalanya, ia pun turun dari ranjangnya. Ketika ingin melakah menuju kamar mandi, Chika meringis dibagian intimnya yang terasa sangat perih.

Vano menatap istrinya. Pria itu turun dari ranjang dengan telanjang dada, dia hanya menggunakan celana pendek. "Sakit banget?"

"Lumayan. Apa semua perempuan begini setelah melakukan hubungan intim dengan laki-laki?" tanya Chika kepada suaminya.

"Entah. Coba nanti aku tanya paman James," jawab Vano dengan santai.

Chika memukul pundak suaminya. "Buat apa ha?!" garang Chika.

"Ya, biar pertanyaan kamu ke jawab dong," ucap Vano.

Chika menepuk jidatnya. "Astaga... Kalau kamu bilang ke paman, sama aja kamu kasih tau dia kalau kita sudah melakukannya," gemas Chika.

Vano terkekeh pelan. "Lupa sayang. Maaf, efek baru bangun tidur hehehe," kekeh Vano.

"Yaudah, aku mau mandi." Vano menahan lengan istrinya. "Aku gendong aja." Tanpa menunggu jawaban istrinya dia pun menggendong tubuh Chika ala bridal style.

Chika mengalungkan lengannya dileher Vano. Mereka masuk ke dalam kamar mandi, dia menaruh Chika di dalam bathtub. "Mau di mandiin juga?" tawar Vano dengan tersenyum jahil.

Chika mendelik sinis. "Mesum!"

"Mesum sama istri sendiri gapapa. Lagian aku sudah lihat semua bagian tubuh kamu," ceplos Vano yang membuat Chika kesal.

"Sana keluar!" Vano mengangguk pelan. Pria itu pun keluar dari kamar mandi dan kembali ke ranjang tidurnya.

Melihat keadaan kamar dan ranjang tidurnya yang berantakan membuat Vano tersenyum tipis. Dirinya teringat dengan kejadian malam kemarin. Di mana dia serta Chika melakukan malam pertama mereka, yang seharusnya sudah dilakukan setelah menikah.

Pria itu merapihkan tempat tidur. Vano membuka sprei agar di ganti nanti. Ranjangnya sudah ternodai oleh cair-cairan dia saat bercinta dengan Chika. Mengingat kejadian semalam membuat hasrat Vano kembalo menggelonjak. Suara, dan ******* Chika merdu ditelinganya.

Vano menggelengkan kepalanya. "Lo mikir apa si, Van?" Dia tak mau memikirkan hal macam-macam lagi.

Pria itu melanjutkan merapihkan kamarnya dan Chika. Setelah selesai Vano pergi ke balkon apartemen yang berada dilantai 46. Hari semakin siang, hari ini dia tidak pergi ke kantor untuk bercuti selama seminggu. Vano sudah memutuskan dia ingin bersama dengan istrinya agar mereka bisa lebih kenal.

Vano menatap gedung-gedung yang sangat tinggi. Pria itu memejamkan matanya. "Andai mereka masih disini.... Pasti mereka bisa lihat aku menikah," gumam Vano pelan.

Dia teringat dengan kedua orang tuanya yang sudah tiada. Hampir sebelas tahun dia hidup tanpa kedua orang tuanya. Saat itu Vano masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, namun Tuhan berkata lain.

Tiga puluh menit kemudian Chika telah selesai mandi. Wanita itu menatap kamarnya yang tidak menemukan siapa pun, ia melihat pintu balkon terbuka. Kening Chika mengerut saat melihat suaminya tengah berdiri dibalkon dengan menatap kearah gedung-gedung tinggi.

Chika melangkah mendekati suaminya. Ia memeluk Vano dari belakang yang membuat pria itu terkejut. "Kamu kenapa?"

Vano memegang tangan istrinya yang sangat lembut. "Gapapa. Sudah mandinya?"

"Iya. Kamu mandi sana," kata Chika.

"Sebentar lagi," ucap Vano yang masih sibuk dengan pikirannya.

Keduanya saling diam. Chika merasa bingung, ada apa dengan suaminya yang tiba-tiba mendadak jadi murung. "Chik, nanti habis makan siang ikut aku ya," celetuk Vano.

"Mau kemana?"

"Ketemu papa dan mama," jawab Vano, yang membuat istrinya terdiam.

Chika baru ingat, selama ini dia belum pernah bertemu dengan keluarga Alvano. Bahkan saat mereka menikah pihak keluarga pria yang datang hanya kedua pamannya, dan juga anggota-anggota gangster Alvano sendiri. Rekan kerja hanya sedikit.

"Iya sayang. Sana mandi, aku siapin baju buat kamu," ucap Chika lembut.

Vano melepaskan pelukannya. Dia menatap istrinya dengan tatapan lembut.

Cup!

Satu ciuman mendarat dikening Chika sekilas. "Aku mandi dulu." Chika mengangguk pelan sebagai jawabannya.

...******...

Hai, have a nice daya. Don't forget vote and vote guys!!! And ya, follow my instagram @ayananadheera

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!