Merubah Takdir Si Antagonis

Merubah Takdir Si Antagonis

Pindah Dunia

Flora Hadinata, seorang CEO dari sebuah perusahaan kosmetik terkemuka di Indonesia. Dengan kecerdasannya, ia mampu membawa perusahaan kosmetik warisan dari keluarganya semakin maju. Padahal Flo baru saja menjabat sebagai CEO kurang dari satu tahun. Namun, kehebatannya sudah diakui.

Siang itu, Flo tengah bersantai di dalam kamarnya. Merasa bosan dengan tumpukan pekerjaan yang tak ada habisnya, Flo memutuskan istirahat sejenak.

Gadis itu menutup laman pekerjaannya dan mengklik salah satu aplikasi novel online yang pernah ia download. Mencari judul novel yang sekiranya menarik untuk dibaca.

"Ayo, kita lihat. Adakah yang menarik? Sudah lama juga gak baca novel online," monolognya.

Setelah men-scroll tetikus, sampailah ia pada satu novel yang menarik hatinya. Ia meng-klik dan mulai menggulir novel tersebut.

"Ini aja. Kayanya bagus." Kembali, Flo bermonolog.

Gadis itu mulai membaca baris demi baris, bahkan bab demi bab. Flo terlihat mulai kesal membaca setiap kata yang tertulis dalam novel tersebut. Membuatnya ingin meremas sang tokoh antagonis wanita.

"Ah, emangnya tokoh cowok di novel ini cuma si Farel ini, apa ya? Malu-maluin kaum cewek aja," gerutunya.

Flo terus membacanya hingga tanpa sadar, ia sampai pada bab, dimana tokoh bernama Karen, sang antagonis, memutuskan bunuh diri. Yang membuatnya semakin kesal, pria yang dikejar Karen terlibat dalam hal ini. Flo terus menggerutu, saat mendapati novel yang dibacanya telah tamat.

Tokoh Farel dan tokoh Gisel, kini telah hidup bahagia. Kematian sang antagonis pun terlupakan. Menyisakan pedih bagi Astrid sang bunda dari Karen.

"Kasihan bundanya. Karen saja yang bodoh. Ngapain ngejar cowok sampe getol begitu! Ah, bikin aku kesel aja. Meskipun Karen juga jahat, dia gak bikin si Gisel mati, kan?"

Flo terus saja menggerutu panjang lebar. Seakan dirinya tidak terima dengan akhir kisah novel itu. Ia baru berhenti mengomel, saat pintu kamarnya diketuk.

"Masuk," ucap Flo.

"Makan dulu, Sayang," ajak ibunya.

Flo menatap jam yang ada di atas nakas. Ia baru menyadari, jika dirinya terlalu larut membaca novel online tersebut. Tidak terasa, empat jam sudah ia habiskan untuk menyelesaikan novel itu.

"Iya, Ma, bentar." Flo mengutak-atik laptop dan menutupnya.

"Flo mandi dulu, ya," ucapnya.

"Ok. Mama tunggu di meja makan, ya." Flo mengangguk.

Pintu tertutup, dan Flo segera membersihkan dirinya.

***

Kini, Flo menuju meja makan. Kedua orang tuanya sudah di sana dan tengah menikmati makan malam. Flo duduk di depan ibunya.

"Tumben, kamu seharian di kamar? Gak jalan sama Adri?" tanya papanya.

"Mas Adri lagi ada perjalanan bisnis, Pa," jawabnya.

"Kenapa gak bilang sama mama? Kita kan bisa shopping, atau cuci mata di mall," ucap ibunya.

"Kerjaan Flo lagi banyak, Ma. Mana kepikiran buat jalan-jalan," jawab Flo.

Flo menuangkan nasi, lauk serta sayur-sayuran ke atas piringnya. Setelah menggerutu tadi, ia merasa energinya menghilang.

"Itu gak kebanyakan, Nak? Gak biasanya kamu makan sebanyak itu?" tanya ibunya.

Wanita paruh baya itu heran melihat Flo makan dalam jumlah dua kali dari biasanya. Flo menggeleng sebagai jawaban.

"Flo butuh energi. Capek habis marah-marah," terangnya.

"Marah-marah sama siapa?" tanya ayahnya. Dahi pria paruh baya itu sampai berkerut dalam mendengar pernyataan dari putri tercintanya.

"Sama tokoh novel," ucapnya ketus.

Flo bahkan menyuap nasi ke dalam mulut dengan wajah yang terlihat dongkol. Papa dan mamanya bertukar pandang. Tak lama, keduanya terkekeh.

"Mama kira, sama siapa? Tokoh novel." Flo mencebikkan bibirnya.

"Papa juga kaget. Kirain, ada yang buat kamu kesal di rumah, hampir papa pecat," canda papanya.

Flo menyengir. Ia merasa bersalah, karena rasa kesalnya terbawa hingga ke depan keluarganya.

"Oh, iya, kapan Adri akan melamar kamu?" Flo mengendikkan bahunya.

"Gak tahu, Pa. Flo juga masih muda. Jadi, belum terpikirkan," jawabnya.

"Usia dua puluh lima itu, sudah pas untuk menikah, Sayang," tambah ibunya.

"Flo gak tahu, Ma. Flo juga gak mau maksa mas Adri untuk menikah secepatnya. Kalau kami berjodoh, kami pasti akan bersatu. Simpel kan," jelas Flo.

Papa dan mama Flo menghela napas lelah. Setiap kali pembahasan ini berlanjut, Flo selalu menjawab seperti itu.

"Flo mau lanjutin pekerjaan yang tertunda dulu." Gadis itu bangkit berdiri dan menuju kamarnya. Makanan dalam piring gadis itu, telah berpindah sepenuhnya ke dalam perut

Alan dan Dina, ayah dan ibu Flo, hanya menatap punggung putri semata wayang mereka hingga menghilang.

***

Flo kembali melanjutkan sisa pekerjaannya. Seperti biasa, Flo akan melupakan waktu saat bekerja. Terlalu larut dalam tumpukan pekerjaan yang tak pernah ada habisnya.

Waktu menunjukkan tepat pukul dua belas malam, saat Flo menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia melemaskan ototnya yang sejak tadi terasa kaku.

Setelah menggosok gigi, ia naik ke ranjang yang empuk. Matanya tak langsung terpejam. Entah mengapa, ia kembali terbayang dengan isi novel yang dibacanya sore tadi.

"Harusnya, Karen itu udah tahu kalau Farel gak suka sama dia. Kenapa juga dia fitnah si Gisel? Sampe menjebak Gisel lagi? Wajar sih, dia jadi dendam sama Karen. Secara, harga diri dia dipertaruhkan." Flo bermonolog dengan dirinya sendiri.

Lambat laun, matanya terasa berat. "Ngapain juga, aku mikirin novel itu. Toh, ceritanya udah tamat. Dengan akhir, si Karen meninggal bunuh diri akibat ulah si Gisel yang membongkar aibnya. Hah, tidur aja deh."

Flo pun memejamkan matanya. Berharap mimpi indah akan menghampiri. Beberapa detik kemudian, ia kembali membuka matanya.

"Mas Adri kok gak ada kabar ya," gumamnya.

Flo mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Tidak ada notifikasi apapun di sana. "Sibuk kali," ucapnya acuh.

Flo kembali meletakkan ponselnya dan memejamkan mata. Tak butuh waktu lama, ia pun terbuai dalam mimpinya.

***

Pagi hari, Flo bangun dengan tubuh yang segar. Ia membuka matanya perlahan dan menatap jam di atas nakas. Ia melihat sekeliling dan merasa ada yang aneh. Gadis itu tidak mengenal kamar itu.

"Ini kamar siapa?" gumamnya.

Ia bangun dari ranjang dan melihat pakaian yang digunakan. Kembali, dahinya berkerut saat mendapati hal ini.

"Aku gak pake baju ini semalam. Aku ada dimana? Apa aku diculik? Gak mungkin. Rumah papa itu aman. Bodyguard dimana-mana. Siapa yang berani masuk kamar ku dan menculik aku?"

Pertanyaan demi pertanyaan bergulir cepat dalam benak Flo. Gadis itu menoleh pada cermin yang ada di meja rias.

Seketika ia membelalakkan matanya. Ia berusaha menggali ingatannya. Saat itu, yang ada dalam ingatannya adalah si tokoh Karen.

"Dia kan visualisasinya si Karen! Apa aku ada di dunia novel?" pekiknya tertahan.

Flo terkejut mendapati dirinya berada di dunia novel. Ia bahkan tidak mengerti, bagaimana bisa dia terjebak di dunia fiksi tersebut.

"Kok aku bisa ada di sini ya? Aku coba tidur lagi deh." Flo kembali merebahkan dirinya ke atas ranjang.

Gadis itu mulai memejamkan matanya. Berharap ia bisa kembali ke tubuhnya sendri. Baru beberapa menit ia terpejam, ia harus terbangun karena teriakan dari Astrid, ibunda Karen dalam novel.

"Karen!" pekiknya dari luar kamar.

***

Hai semua.... jangan lupa favoritkan, like, komen, vote dan hadiahnya ya. terimakasih semuanya😘

Terpopuler

Comments

Eka Priyanti

Eka Priyanti

seru

2022-05-09

1

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣 Jejak 💪💪💪😗😗😗

2022-04-25

3

Lidiawati06

Lidiawati06

Legenda sang dewi alam Luxia mampir yu, tetp semangat dlm berya thor🤗

2022-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!