Flo berjalan gontai dan membukakan pintu kamar Karen. Ia melihat wajah ibu Karen yang terlihat penyayang. Ia ingat, wanita ini yang paling merasa sedih, saat mengetahui Karen bunuh diri.
Ia ingin menuntut keadilan. Namun, pada siapa ia harus menuntut? Pada Farel? Itu tidak mungkin. Farel hanya meminta Karen pergi dan tidak muncul lagi di hadapannya. Pria itu merasa jijik pada Karen.
"Karen!" Astrid menjewer telinga Karen kencang.
"Sakit, Bun," ucap Karen manja.
Flo tersentak. Sifat alami Karen muncul begitu saja. Tidak masalah, toh ini ibunya sendiri, gumamnya.
"Mandi cepat sudah siang!" perintah Astrid.
Flo terdiam di tempatnya. Apa aku harus menerima takdir terjebak di tubuh si Karen ini? Astaga, jeritnya dalam hati.
"Hei, kenapa bengong. Cepat mandi," ucap Astrid.
"Iya, Bun," jawabnya cepat.
Flo segera mengunci pintu kamarnya dan berjalan mondar mandir. Ia akan memikirkan cara untuk kembali ke dunianya sendiri.
"Apa yang harus ku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.
Senyum Flo terbit. "Aku akan memikirkan kehidupan nyataku. Mungkin saja aku akan kembali."
Flo mulai mencoba memikirkan kedua orang tua, kekasih, pekerjaan, sahabat, bahkan semua yang berhubungan dengan dirinya. Tidak satupun terlewat.
Putus asa. Itulah yang Flo alami saat ini. "Ah, sial," pekik Flo. Ia memejamkan matanya, menghalau rasa frustasi itu.
***
Gadis itu menghela nafas kasar. Sudah satu minggu ini Flo mencoba untuk keluar dari tubuh Karen. Namun, tidak satupun yang berhasil.
"Sepertinya aku harus menolongnya. Argh." Flo mengacak-acak rambutnya.
Suara pintu mengalihkan perhatiannya. Ia mendekati pintu dan membuka pintu tersebut. Senyum manis Astrid, ibunda Karen, menyambutnya.
"Bunda, mau kemana?" tanya Flo.
"Bunda mau ke toko dulu ya, Sayang," jawabnya.
Toko? Ah, iya. Bundanya Karen kan punya toko kue, serunya dalam hati. "Oke, Bun." Flo mengacungkan ibu jarinya.
Astrid pun berlalu meninggalkan Karen. Flo menghela napas kasar dan menutup pintu kembali. Gadis itu kembali bercermin dan menatap wajah Karen.
"Beberapa hari ini, aku tidak terlalu memperhatikan wajah Karen. Ternyata dia cantik. Gisel bahkan kalah cantik darinya. Sayang, sifatmu terlalu kekanakan. Mana ada pria yang mau denganmu." Flo berbicara dengan pantulan Karen dari cermin.
Setelah puas mengamati Karen, Flo mulai beranjak menuju lemari pakaian. Beruntung, seminggu ini, ia dalam masa liburan semester hingga dirinya tak perlu menggunakan pakaian Karen yang begitu mini dan memamerkan lekuk tubuhnya. Belum lagi, kosmetik berlebihan yang Karen miliki.
Sejak Flo menguasai tubuh Karen, jiwa asli Karen tak pernah muncul ke permukaan, kecuali disaat genting. Flo mulai menyortir kosmetik dan pakaian yang Karen punya.
"Kamu tuh masih muda. Jangan gunakan make up berlebih seperti ini. Kulitmu bisa rusak nanti. Ini lagi, pakaianmu kenapa seksi begini sih?" Flo mendengus kesal.
Setelah menyortir pakaian milik Karen, lemari itu terlihat lebih lowong. Meja riasnya pun terlihat lebih luas. Flo tersenyum senang.
"Oke. Ini lebih baik." Flo menghela napas kasar.
Ia mulai bersiap untuk pergi ke kampus tempat Karen menimba ilmu. Ia akan merubah Karen. Merubah sifat antagonis dan juga takdir gadis ini.
"Kamu itu pintar mendesain kan? Ayo, aku bantu menyalurkan bakatmu itu. Sekarang, waktunya kamu kuliah," ucap Flo pada bayangan Karen di cermin. Ia mengenakan celana jeans dan kaos yang masih terbilang rapi.
Flo kini berada di kampus. Ia berusaha mengingat kejadian yang mungkin akan terjadi setelah ini. Pasalnya, ia tidak tahu, kini berada di bab mana dari novel itu.
Ini bagian yang mana ya? gumamnya.
Saat masih berpikir, matanya menangkap pemandangan dua sejoli yang berjalan mesra. Mereka bergandengan tangan dan tak mempedulikan mata yang menatap mereka. Seketika, ada amarah yang menggelegak dalam dada Flo.
Tunggu! Ini adalah bab dimana Karen akan menjebak Gisel. Dia akan membuat Farel dan Gisel berpisah. Flo, ini saatnya kita rubah dia.
Flo yang ada di tubuh Karen pun bertekad. Ia akan mencoba melawan sifat Karen yang masih ada di diri Karen sendiri.
Karen pun berjalan ke arah dua sejoli itu. Banyak pasang mata yang mulai memperhatikan langkah Karen.
Mereka tahu siapa Karen. Gadis yang selalu mengekori Farel kemanapun pria itu pergi. Tak peduli dengan Gisel, yang notabene kekasihnya.
Menurut mereka, Karen adalah gadis paling tidak tahu malu yang pernah ada. Dia selalu bergelayut manja pada Farel dan selalu seenaknya.
Tak sampai di situ, Karen juga selalu membuat gadis yang menaruh hati pada Farel menjauh. Hanya Gisel yang berhasil mendekati pria itu dan menjadi kekasihnya.
Langkah Karen semakin mendekat dengan pasangan itu. Mereka seakan menarik napas dalam saat menunggu adegan yang akan terjadi.
"Selamat pagi," sapanya pada pasangan itu.
Senyum Karen mengembang sangat manis. Setelahnya, ia berlalu begitu saja meninggalkan kedua sejoli itu. Semua mata terkejut melihat perubahan sikap Karen itu. Flo melangkah acuh dan tak memperdulikan sekitarnya. Ini, adalah diri Flo yang sebenarnya.
Farel dan Gisel bahkan saling bertukar pandang. Gisel pun tersenyum manis melihat perubahan Karen.
"Sepertinya Karen sudah berubah," ucapnya lembut.
"Kau benar. Baguslah jika dia tak lagi menggangguku," timpal farel.
Pria itu kembali menggenggam jemari Gisel. Mereka menuju kelas yang sama dengan Karen.
***
Di dalam kelas, Flo memilih kursi yang ada di tengah. Ia tahu, gadis bernama Karen ini akan selalu berada di samping Farel dan mengusik pria itu.
Kali ini, Flo akan membuat perbedaan besar dalam diri Karen. Dia akan membuat Karen menjadi pribadi yang lebih menyenangkan. Mungkin, seperti dirinya.
Jangan malas. Kau tau tidak, jika pria yang kau kejar itu tidak menyukaimu? Jangan gantungkan hidupmu pada orang lain. Lihat bundamu saja.
Flo bicara pada Karen yang tubuhnya ia masuki. Farel dan Gisel pun duduk di bangku paling atas. Kali ini, bisik-bisik mulai terdengar. Seisi kelas melihat hal berbeda dari Karen. Tidak pernah mereka membayangkan jika Karen akan berubah.
Dosen masuk, dan memulai pelajaran. Membuat mereka segera terdiam. Karen yang pada dasarnya malas belajar, di paksa berpikir oleh jiwa Flo. Gadis itu kini terlihat memperhatikan setiap pelajaran dengan seksama. Hal itu membuat Farel sedikit bingung. Cepat-cepat pria itu mengalihkan pikirannya.
***
Jam pelajaran pun usai. Karen membereskan bukunya dan bersiap menuju kantin. Perutnya terasa lapar setelah belajar.
Jadi ingat masa kuliah. Flo tertawa dalam hati.
Ia melangkahkan kakinya masuk ke kantin. Mengedarkan pandangan dan tak menemukan tempat kosong.
Penuh, ya, gumamnya.
"Karen," panggil seseorang.
Flo menoleh dan melihat Gisel yang melambai. Gadis itu memintanya untuk duduk dengan dia dan Farel. Flo menggigit bibirnya. Sedetik kemudian, ia melangkah mendekati mereka. Ia mengambil posisi di depan Farel. Pria itu tersenyum menatap Karen. Flo mengangguk kecil dan tersenyum tipis.
"Mau makan apa?" tanya Farel pada Gisel.
"Aku pesan pasta saja," jawab Gisel. Sementara Flo tak menjawab.
Farel mengangguk. Pria itu berjalan ke arah stan yang menyediakan pasta. Flo pun beralih menatap setiap stan yang ada. Mencari menu yang mungkin akan menarik hatinya. Pandangan Flo tertuju pada satu stan yang menarik hatinya.
Hah, rupanya aku bisa tergugah juga. Udah lama gak makan siomay. Siapa tahu, rasanya sama dengan kampusku dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Eka Priyanti
lanjut
2022-05-09
1
KooKie💜🐰
lanjut lagi ya thor
ttp semangat
2022-04-09
2