Pertengkaran di Toko

Flo mulai menggunakan keahliannya dengan menggunakan sosmed. Kemarin, ia sudah melakukan dokumentasi pada banyak jenis kue buatan Astrid.

"Banner udah, brosur juga udah. Dokumentasi juga udah siap. Oke, mari kita eksekusi," ucap Flo dengan penuh semangat.

Saat ini, gadis itu juga membawa banyak sample kue dan meminta teman-teman

kampusnya mencicipi. Banyak di antara mereka yang menyukai roti dan cake yang Karen bawa.

"Enak banget, beli dimana?" tanya salah seorang mahasiswi.

"Di toko Family cake and bakery," jawab Flo.

Dari kejauhan, Farel memperhatikan Karen. Senyum tipis mengembang di wajahnya. Gisel sampai harus menyenggol lengan Farel. Pria itu baru menoleh dan mengangkat kedua alisnya.

"Dari tadi aku panggil kamu loh, Yang," ucap Gisel.

Farel menyengir dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Maaf, kenapa?" tanya Farel.

Gisel menggelengkan kepala. Gadis itu mulai merasakan ada yang berbeda dari diri farel. Gisel menundukkan pandangan dan menatap buku di tangannya.

***

Setelah bekerja keras selama hampir dua minggu, toko kue milik ibunya, kini mulai ramai pembeli. Selain karena harga yang relatif terjangkau, rasanya pun tak kalah dengan toko kue yang cukup besar dan mahal.

Flo, bahkan membantu Astrid menciptakan berbagai jenis kue lainnya. Hal itu membuat kue yang dijual semakin bervariasi. Astrid bahkan mulai menambah karyawan lagi.

Siang ini, Flo tengah berada di toko kue milik Astrid, ibu dari Karen. Flo duduk dan membuka laptopnya. Mencoba berselancar di dunia maya. Suara bel yang dipasang di pintu masuk berbunyi. Membuat Flo mengangkat kepala dan melihat siapa yang masuk.

Seorang pria berperawakan tinggi besar masuk dan melihat ke etalase. Flo menatapnya sebentar, mencoba mengingat bagian dari novel ini. Meski Flo sudah mengubah banyak alur cerita novel, tetapi belum semua bab di novel ini ia jalani.

Ia membelalakkan mata saat teringat dengan bagian novel yang menceritakan tentang pria ini. Pria ini bernama Damian, seorang lelaki yang akan berbuat keributan. Tak berselang lama, Farel akan melalui tempat ini bersama Gisel. Kemudian, Karen yang tengah berada di toko ibunya, meminta pertolongan Farel.

Saat Flo membaca novel ini, Karen datang untuk meminta uang pada ibunya. Namun, kedatangan pria ini, membuatnya marah.

Saat itu, kau marah pada pria ini karena membela ibumu kan? Bahkan, saat Farel datang, kau memfitnah dia. Karena hal itulah, toko kue ibumu hancur. Sekarang, akan ku ubah jalan hidupmu.

Flo bangkit berdiri dan menyapa pelanggan toko Astrid dengan ramah. Ia berkata, "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"

Pria itu menoleh dan tersenyum. "Boleh saya lihat-lihat dulu," ucapnya.

"Silahkan."

Pria itu mulai menatap isi dari setiap etalase. Tak lama, pintu kembali terbuka. Menampakkan dua sejoli yang sudah Flo kenal. Sejenak, Flo terdiam dan tak bereaksi. Mungkin, gadis itu ingin melihat reaksi yang akan Karen tunjukkan.

Beberapa menit berlalu tanpa interaksi yang berarti. Farel dan Gisel hanya menatap Karen. Sementara Flo, tersenyum tipis saat Karen sendiri tak bereaksi. Oke! Kalau begitu, mari kita ubah alur yang kau buat. Dimana Farel semakin illfeel padamu dulu.

"Selamat datang. Ada yang bisa dibantu?" tanya Flo ramah.

"Kami ingin membeli kue. Kemarin, kamu merekomendasikan toko ini ke teman-teman 'kan?" Gisel memulai pembicaraan.

Flo menganggukkan kepalanya. Dari isyarat tangannya, ia mempersilahkan dua sejoli itu untuk melihat kue yang mereka inginkan.

"Mbak, saya ingin kue ini." Flo melihat kue yang ditunjuk oleh pria itu.

"Sponge cake," ucap Flo.

Pria itu terlihat berbinar menatap kue itu. Flo ikut tersenyum dan mengambilnya. "Mau dibuat tulisan juga," tawar Flo.

"Apa boleh?" tanya pria itu.

"Tentu," jawabnya.

"Ah, tolong tuliskan 'happy anniversary' saja," ucapnya.

"Oh, ok. Sebentar." Flo berjalan ke dalam dan memanggil salah seorang karyawannya.

Setelah mengarahkan karyawannya, Flo menghampiri dua sejoli yang masih berdiri di tempatnya. Lebih tepatnya, hanya diam menatap gerakan Flo. Sebelah alis gadis itu terangkat melihat sikap pasangan di depannya.

"Sudah memilih?" tanya Flo.

"Kamu sekarang terlihat sangat mempesona." Gisel dan Flo menatap Farel.

Flo seakan tak percaya melihat tatapan Farel yang mulai berbeda pada Karen. Sebelumnya, tatapan pria ini sangat tidak bersahabat. Lebih tepatnya, Farel akan menatap jijik pada Karen.

Flo pun mulai tersenyum muak pada pria itu. "Jika kalian tidak ingin membeli sesuatu, silahkan pergi dari sini. Aku sedang tidak ingin mencari keributan," desis Flo.

Gadis itu segera berbalik dan tersenyum ramah pada pria yang menjadi pelanggan di toko ibunya tadi. Namun, ucapan Farel membuatnya menoleh.

"Kamu berubah. Seperti bukan dirimu."

Flo menatap Farel, dan terkejut melihat tatapan penuh luka di mata pria itu. Bahkan, wajahnya terlihat menaruh kecewa yang teramat dalam. Entah mengapa, air mata Karen menetes. Flo sampai mengernyitkan dahi merasa air mata itu tak ingin berhenti.

Karen sialan! Kenapa dia harus menangis saat mendengar ucapan Farel. Tidak bisakah kau move on darinya? Flo mengumpat pada gadis yang tubuhnya ia tempati.

"Mbak, baik-baik saja?" tanya pria di depannya.

Flo menaikkan pandangan dan mencoba tersenyum padanya. Ia menggeleng kuat. Sayang, Farel melihat air mata Karen dan segera menghampiri. Pria itu bahkan tidak terima, saat pria yang menjadi pelanggan tokonya menyentuh pundak Karen.

"Brengsek! Jangan sentuh dia!" Farel menghempaskan tangan pria itu.

Flo melebarkan matanya saat melihat tindakan Farel. Apakan ia tak mampu mengubah alur cerita ini. Meski dirinya tahu, kini penyebab pertengkaran mereka berbeda. Namun fokusnya, tetap pada Karen.

"Aku hanya bertanya," ucap pria tadi.

"Jangan coba-coba sentuh dia!" ancam Farel.

"Hentikan!" bentak Flo.

Gisel sampai mengangakan mulut tak percaya, melihat hal di depannya. Sungguh, ia tak mengerti dengan apa yang terjadi. Tidak ada yang salah dengan perbuatan pria tadi. Namun, melihat Farel yang tiba-tiba mengamuk, membuatnya tidak mengerti.

"Farel, sudah. Ayo kita pergi!" ajak Gisel.

"Pergilah lebih dulu. Karen sedang membutuhkanku," ucap Farel.

Flo ingin tertawa mendengar ucapan Farel. "Kau bahkan tidak pernah menaruh simpati padaku. Ini kali pertama, kau melakukannya, tapi sayang, aku ingin kau pergi dari sini!" usir Flo.

"Sudah, Mbak. Saya saja yang pergi. Lagi pula, urusan saya sudah selesai." Flo menoleh dan tersenyum.

"Ah, iya. Terima kasih, silahkan datang lagi lain kali," ucap Flo.

Pria itu tersenyum dan melangkah keluar. Gisel pun segera menarik lengan Farel agar segera keluar dari sana. Namun, Farel masih saja menatap Karen. Flo pun menatap berbalik menatap mereka.

"Kenapa?" tanyanya.

Farel melepas pegangan Gisel dan mendekati Karen. Flo tidak takut dan membiarkan Farel mendatanginya. Namun, ia membelalakkan mata saat Farel melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan.

***

Aku hanya sanggup menulis satu bab sehari ya guys. karena ada Morgan and Lost Time yang harus aku tulis juga. Untuk BCB S2, dicicil ya 😁 gak tiap hari up. maafkan diriku. konsentrasi ku pecah. kalau ku paksa, nama mereka akan tertukar. Bahayanya, feelnya gak akan dapat

Terpopuler

Comments

itha Nurhayati 😎

itha Nurhayati 😎

lanjut Kaka 🥰🥰

2022-04-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!