Dokter ASHA And KOMPOL BIMASENA
Cinta Dalam Diam Bagian 1
Oleh Sept
Pengenalan tokoh
Bimasena, putra pertama dari tiga bersaudara. Menjadi seorang perwira polisi adalah impian bagi banyak orang. Dan itu juga impian dari seorang bernama Bimasena. Pria berbadan tegap dengan tinggi 180 cm lebih itu, terlihat gagah layaknya seorang prajurit perang.
Pria itu kini terlihat fokus pada target yang berada jauh di depannya. Ya, Bimasena sedang melakukan ancang-ancang untuk menembak sasaran. Selain jago menembak, ia juga ahli bela diri. Bima bahkan mampu melumpuhkan musuh dengan tangan kosong. Dia adalah salah satu perwira terbaik yang dimiliki oleh negeri ini.
Asha Farhana Permadi, seorang dokter. Cantik, berhati hangat. Kerja di sebuah rumah sakit besar di kota Jakarta. Untuk menjadi dokter, Asha hanya butuh waktu 5 tahun. Sering mengikuti program akselerasi sejak duduk di bangku SD. Membuat Asha di umurnya yang masih muda sudah menyandang gelar dokter. Dengan predikat lulusan terbaik pada saat itu.
Haris, seorang pegawai bank. Adik kandung Bimasena. Pria dingin dan selalu fokus pada pekerjaan. Namun, kehadiran Asha membuatnya bersikap berbeda. Bermula dari sebuah salah paham, akhirnya ia terjebak pada cinta segitiga dengan sang kakak.
***
Saat ini usia Asha baru 20 tahun, statusnya sebagai mahasiswi kedokteran di salah satu perguruan tinggi ternama di kota Jakarta, membuat Asha menjadi bahan incaran untuk teman-teman satu angkatan.
Siapa yang tidak tertarik dengan sosoknya yang cantik, manis dan kalem tersebut. Senyumnya seperti embun, menyegarkan bagi siapa yang melihat. Suaranya lembut, tutur bicaranya sopan. Sangat good attitude dan good looking.
Bahkan Asha sering tak segan-segan menolong temannya untuk sekedar memberikan endorse gratis di kolom IG gadis cantik dan cerdas tersebut. Karena sudah pasti, Asha memiliki banyak pengikut setia di sosial medianya.
Sayang, meski cantik dan idola kampus. Asha masih jomblo. Ya, dia belum punya pacar. Bahkan tidak pernah punya pacar.
Entah mengapa, gadis secantik dia sama sekali tidak tertarik pada lawan jenis. Asha lebih tertarik pada kegiatan baksos di kampus daripada kencan dengan pacar, nongkrong di kafe ala anak muda jaman sekarang.
Itulah Asha, gadis yang tumbuh di era milenial tapi tidak terpengaruh dengan dunia luar. Ia seperti anak pondok yang tersesat di tengah kota metropolitan.
***
Siang hari, udara di Jakarta saat itu terasa sangat panas. Asha turun dari sebuah taksi. Sambil membawa rantang makanan, Asha berjalan menuju sebuah gedung bank ternama. Iklan bank tersebut bahkan sering wara-wiri di televisi.
Karena udara panas, Asha pun buru-buru. Hingga tidak sengaja ia menabrak seorang. Untung saja rantangnya aman. Itu kan isinya makanan. Sayang kalau tumpah. Asha memasak itu khusus untuk pria yang akan ia temui di dalam bank tersebut.
"Hati-hati kalau jalan!" ucap pria yang ditabrak Asha.
Pria itu berjongkok memunguti berkas yang tercacar karena tabrakan barusan. Semua berkas yang berisi data penting nasabah, jatuh berserakan di lantai cor tersebut.
Bukannya membantu, Asha malah menyilangkan tangan sambil menatap ke arah pria yang sedang mengambil kertas-kertas itu. Kesal, pria itu lalu mendongak. Menatap jengkel ke arah Asha.
"Kalau sudah menabrak orang, harusnya minta maaf. Dan minimal bantu ambilkan barang yang kamu jatuhkan!" celetuk Haris.
Wajahnya yang tampan, terlihat ditekuk seperti cucian yang kusut. Panas-panas ditabrak seorang wanita. Cantik sih, tapi gak sopan. Sudah nabrak malah belagu. Dia mematung, hanya memperhatikan dirinya yang sibuk memulung berkas-berkas miliknya yang berantakan di lantai.
"Kau tidak dengar aku bilang apa?"
Haris mungkin kesal, karena berkasnya malah tersapu angin lari ke sana-kemari. Bukannya ikut menolong, Asha benar-benar hanya diam mengamati seperti juri.
"Astaga!" desis Haris yang menahan rasa kesal.
"Maaf ya, aku gak mau kaya di film-film! Tidak sengaja tabrakan, ngambil barang bareng-bareng, terus tangan gak sengaja bersentuhan. Lalu tukar nomor dan jadian!" celetuk Asha dengan sangat lancar dan mengangkat dagunya tinggi.
'Astaghfirullahaladzim! Salah makan apa gadis ini?' batin Haris menatap Asha. Ia sama sekali tidak habis pikir. Apa yang ada dalam kepala Asha membuatnya geleng-geleng. Kok ada gadis model begini.
Yang ada, Haris malah tidak tertarik. Kalau begini, ceritanya seolah-olah ini adalah skenario Haris. Sengaja menabrak, biar mereka mengalami momen yang Asha halukan barusan.
'Gadis aneh!' gumam Haris.
"Ya sudah! Pergilah! Kenapa kau tetap berdiri di sini?" cetus Harus sambil memungut kertas yang terakhir.
Asha yang biasanya sangat ramah pada semua orang, entah mengapa saat itu sangat jengkel saat melihat Haris. Padahal, ini adalah pertemuan mereka yang pertama.
Dengan langkah percaya diri, Asha berbalik. Sambil tangannya membawa rantang. Asha berjalan masuk ke dalam Bank.
"Siang, Pak!" sapa Asha pada petugas keamanan yang membuka pintu untuknya.
"Siang Mbak Asha."
"Ini buat Bapak!" Asha mengeluarkan sesuatu dalam tasnya. Sepertinya makanan ringan. Sedangkan rantang miliknya, tidak boleh buat siapapun. khusus untuk someone special di hati Asha.
"Permisi, Pak!"
"Silahkan, Mbak."
Di belakang Asha, Haris berjalan sambil mendekap berkas. Pria itu memasang muka serius tak kala memasukkan gedung bank yang cukup bergengsi tersebut.
Haris sendiri adalah branch manager di bank tersebut. Saat ia berjalan, semua pegawai melempar senyum padanya dengan ramah. Haris hanya mengangguk sedikit, kemudian masuk ke dalam ruangannya sendiri.
***
Di belahan kota yang lain. Sukabumi, di salah satu pusat pendidikan kepolisian terbaik di negeri ini. Seorang pria nampak fokus dengan benda yang ia pegang. Siap menembus apa saja yang ia bidik.
Dooorrr ...
Tembakan pas mengenai sasaran. Sekali lagi ia mencoba, hasilnya sama. Dia adalah perwira terbaik. Sepertinya calon komandan masa depan.
Tidak hanya itu, selain menguasai dunia pertembakan, sosok tersebut juga terkenal sangat disiplin. Kaya akan prestasi. Cintanya pada tanah air pun tidak diragukan lagi. Bagi pria berbadan tegap dan atletis itu, cintanya sekarang ini adalah negaranya. Hanya negara, karena dia masih betah jomblo.
Perwira tampan itu sibuk dengan urusan negara. Hingga tidak mau memikirkan masalah asmara. Dia adalah Bimasena, pria 27 tahun, salah satu perwira terbaik di negeri ini.
Hari-harinya hanya ia habiskan untuk negara, tidak ada yang lain. Sebenarnya ia sedang mengincar seorang gadis. Sudah lama, lama sekali. Sejak gadis itu masih belia.
Bima bukannya tidak normal. Karena menyukai seorang gadis kecil saat dia duduk di bangku SMA. Pertemuan pertama di rumah temannya saat SMA dulu, cukup membuatnya terkesima.
"Bagaimana kabarmu Asha?" gumam Bima tersenyum getir.
Sudah lama ia tidak mendengar kabar gadis kecilnya itu. Adik dari sahabatnya sendiri semasa sekolah menengah atas. Dulu, sering sekali ia pura-pura belajar kelompok. Hanya sekedar melihat Asha bermain.
Tidak lupa, selalu membawa coklat saat belajar kelompok. Ia memang terkesima dengan kepandain Asha. Di usia yang baru 10 tahun Asha sudah duduk di bangku SMP.
Kecerdasan Asha membuat Bima kagum. Hingga semasa SMA, ia iseng ke sana. Sampai Asha lulus SMP. Ya, Asha hanya 2 tahun SMP. Dan begitu juga dengan SMA. Semua sangat singkat, karena IQ Asha yang luar biasa.
Mungkin itu pertama yang membuat Bima terkesan. Hingga sampai sekarang. Tapi, sejak memutuskan menjadi perwira polisi. Mereka sudah tidak bertemu. Asha sibuk kuliah kedokteran, sedangkan ia sendiri sibuk keliling Indonesia.
Iseng, di kala jam istirahat. Ia menghubungi temannya. Kakak perempuan Asha. Nia Eka Permadi. Tidak kalah dengan Asha. Terpaut 7 tahun, tapi Nia terlihat sangat cantik.
"Assalamu'alaikum ... hallo? Bima? Tumben telpon? Apa kabar? Sekarang sibuk apa?"
"Waalaikumsalam ... pertanyaannya satu-satu, Nia!" protes Bima.
Meski jarang komunikasi, keduanya tetap terlihat dekat. Itu karena semenjak SMA mereka satu sekolahan, dan selalu satu kelas. Sering belajar bareng, pas lulus SMA pun kalau ada waktu mereka bertemu. Bersama teman satu geng mereka.
Nia, Bima dan Firman. Trio wek-wek, sahabat saat muda sampai mereka sudah menginjak usia dewasa.
"Eh tumben telpon? Ada apa? Aku dengar kamu baru tugas dari Aceh."
"Alhamdulillah kabar baik. Sekarang sudah di Sukabumi."
"Oh, terus ada apa ini? Gak biasanya kamu telpon?"
Bima tersenyum tipis, kemudian dengan ragu menanyakan sesuatu.
"Bagaimana kabar Asha?"
Di seberang telpon, Nia langsung terkekeh.
Sementara orang yang dibicarakan, sedang berada di sebuah ruangan bersuhu dingin karena AC.
"Makan yang banyak, ya. Ini masakan Asha. Dibuat penuh cinta!" seru Asha tersenyum manis dengan mata berbinar-binar pada sosok pria di depannya yang menatap dengan tatapan sayang.
BERSAMBUNG
Baca juga novel Sept yang lain
Dinikahi Milyader
suami Satu Malam
Dipaksa Menikah
Wanita Pilihan CEO
Dea I love you
Kanina Yang Ternoda
cinta yang terbelah
menikahi pria dewasa
Pernikahan Tanpa rasa
The Lost Mafia Boy
Menikahi pria Cacat
suamiku Pria Tulen
dokter Asha and KOMPOL Bimasena
crazy Rich
selengkapnya kalian bisa klik profile Sept
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
komalia komalia
lanjut
2024-02-23
1
Siti Zamarah
mampir ...
2023-11-02
0
Supi
mampir
2023-03-20
0