Salah Menilai Orang

Cinta Dalam Diam Bagian 2

Oleh Sept

"Bagaimana? Enak kan masakan Asha, Pak?"

Asha begitu percaya diri, ketika rantang yang ia bawa kini isinya ludes dihabiskan oleh Pak Han. Bapak kesayangan Asha. Pria berusia 50 tahun itu merupakan karyawan senior di salah satu BUMN tersebut.

Pak Han salah satu karyawan senior yang sudah seperti sesepuh di sana. Beliau adalah pegawai paling tua usianya di sana. Hitungan tahun juga sudah mulai pensiun.

"Ya sudah ... Asha balik ya, Pak. Mau mampir ke toko buku. Ada buku baru yang baru saja terbit."

"Asha!" panggil Pak Han.

Asha menoleh, dilihatnya sang bapak malah mengulurkan tiga lembar uang merah seratus ribuan.

"Asha punya duit, Pak! Uang jajan Asha masih banyak."

Pak Han mengangguk pelan. "Ambil Asha, buat traktir temen Asha juga boleh!"

Bibir Asha langsung mengembang, dengan malu-malu ia raih yang dari bapaknya.

"Makasih, bapakku sayang!" ucapnya sambil memeluk pak Han.

Pak Han pun mengusap kepala Asha yang tertutup hijab tersebut. Dengan lembut, ia mengusap sayang kepala putri ketiganya itu. Asha anak terakhir, paling manja, paling manis, dan paling dekat dengan bapaknya.

Dari pada Ibu Weni, nama ibunya Asha. Ini karena ibu Weni sibuk. Beliau kepala sekolah di semua SMA ternama di kota itu. Jadwal ibu Weni sangat padat. Sering sekali Asha kurang waktu dengan ibunya itu.

Sebagai gantinya, Asha lebih dekat dengan bapaknya. Bapak yang sudah seperti temannya sendiri tersebut.

"Ya sudah. Asha balik ya, Pak!"

Asha mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup punggung tangan Pak Han. Keduanya terlihat dekat, saling tatap dengan tatapan penuh kasih. Membuat orang di seberang ruangan, yang mengamati sejak tadi ngedumel tidak jelas.

"Astaghfirullahaladzim ... masih muda sudah jadi istri simpanan!" gerutu Haris.

Ia lalu kembali mengintip, dilihatnya lagi Pak Han mengusap pipi Asha. Padahal Pak Han sedang merapikan sehelai rambut Asha yang keluar dari hijabnya.

Makin kekilah si Haris. Branch manager itu tiba-tiba gusar sendiri. Tidak suka kantor dijadikan tempat yang tidak pantas.

Haris ini Manager baru, dia tidak tahu siapa Asha. Ia hanya mengira bahwa Asha wanita gak bener. Malu sekali dengan hijabnya. Tapi kelakuan minus. Seperti pria julid, Haris komat-kamit mengatai Asha.

***

Esok harinya. Seperti kemarin, tapi kali ini agak sorean. Langit pun sudah mulai petang. Asha kembali datang ke Bank. Begitu Pak Han keluar bank tersebut, Asha langsung mendekati bapaknya. Asha menggelayut manja pada sosok pria yang tidak muda tersebut.

"Astaghfirullahaladzim!" pekik Haris yang kala itu ada dalam mobil. Ia hendak keluar untuk mencari sesuatu. Haris heran, mengapa keduanya bermesraan di depan umum.

"Dunia memang sudah terbalik. Rasa malu rasanya sudah tidak ada!" celetuk Haris sambil memundurkan mobilnya. Entah mengapa, dia menjadi kesal melihat perilaku yang ia anggap tidak pantas tersebut.

Kadang manusia mempercayai apa yang ia lihat. Seolah itu adalah fakta yang pasti sudah benar adanya. Padahal, yang terlihat kadang tidak seperti kelihatannya.

Seperti sekarang, Haris sudah mengambil kesimpulan yang salah. Ia mengira Asha adalah gadis yang suka uang. Makanya bergelendotan pada pria yang cocok jadi ayahnya.

"Astaga ... kenapa aku memikirkan gadis itu? Ish!"

Haris pun memacu pajeronya lagi. Meninggalkan kawasan bank.

***

Di tempat yang lain.

Sukabumi, malam sudah semakin gelap. Bimasena baru kembali dari markas. Sepanjang malam, ia tidak bisa tidur. Ia terbaring dengan mata yang masih terjaga. Menatap langit-langit kamar dengan gelisah.

Sudah beberapa malam ini ia merasa tidak tenang. Seolah sesuatu sedang mengusik hatinya. Tanpa sadar, ia akhirnya lama-lama terpejam.

Pukul 3 pagi. Bimasena, atau Bima panggilan akrabnya terbangun. Ia melihat sekitar. Hanya ada suara jangkrik dan binatang malam lainnya.

Pria itu pun turun dari ranjang, sempat terdiam untuk sesaat. Kemudian pergi mengambil air wudhu. Bima yang resah hatinya. Gundah gulana karena merasa hampa, memilih mengadu pada Rab-nya.

Di sepertiga malam, sosok pria berbadan tegap dan jangkung itu pun menggelar sajadah. Bima hendak bercerita pada sang Pencipta. Tentang hatinya yang risau, tentang perasaan yang tiba-tiba terasa kosong.

Begitulah keseharian Bimasena, di sela-sela tugasnya sebagai abdi negara. Pria muda, gagah, dan perkasa itu tidak lupa dengan Penciptanya.

***

Jakarta

Sudah beberapa kali Asha bolak-balik ke bank. Dan ketika ia makan bersama bapaknya, Haris juga selalu mengamati dari jendela dari ruang kerjanya.

"Gak nyangka banget, Pak Han tega sekali sedang istri tuanya!"

Haris masih saja suudzon. Ia marah-marah tidak jelas. Dengan sinis kemudian menutup tirai jendelanya.

Hingga beberapa minggu kemudian. Asha sama sekali tidak pernah kelihatan di bank. Penasaran, tiap jam makan siang, Haris selalu mengintip.

"Ke mana gadis itu?"

Penasaran, ketika sudah sore. Saat waktu pulang, Haris sengaja bertanya pada satpam di bank itu.

"Pak, istri mudanya Pak Han sudah lama tidak ke sini?"

Dahi satpam bank itu pun mengkerut. Sejak kapan manajer mereka jadi suka ghibah. Pakai bertanya istri muda Pak Han. Istri muda yang mana pula. Sejak kapan Pak Han menikah lagi?

'Masa Pak Han nikah lagi?' pikir satpam tersebut.

"Maaf Pak Haris. Pak Han yang mana yang bapak maksud?"

"Ya Salam! Di sini kan cuma ada satu yang namanya Han!" cetus Haris tiba-tiba naik darah.

"Tapi Pak Han kan tidak pernah menikah lagi? Setahu saya istrinya cuma satu."

Ganti dahi dan alis Haris yang menyatu.

"Masa bapak nggak tahu? Istri mudanya yang itu ... yang sering mesra-mesraan dengan Pak Han!"

"Apa jangan-jangan selingkuhan? Astaghfirullahaladzim!" tambah Hari sambil geleng-geleng kepala.

"Hah? Mbak Asha? Yang sering datang bawa rantang makanan?"

"Nah itu!" sela Haris antusias.

Satpam tersebut langsung tersenyum.

"Bukan istrinya, Pak."

"Hah? Bukan istri .... Selingkuhan? Lalu ... apanya?"

Pak satpam hanya bisa geleng-geleng kepala melihat bagaimana Haris yang sudah salah paham pada Asha dan Pak Han.

"Bukan, Pak! Itu Mbak Asha. Putri ketiga Pak Han."

JLEB ...

Mak nyess ...

Entah mengapa, ada yang tiba-tiba menyeruak masuk merambat melalui pembuluh darah dan langsung masuk dalam jantungnya.

Terpopuler

Comments

Frisky Silalahi

Frisky Silalahi

asyik nih ceritanya

2023-05-01

1

Hafsah Laily

Hafsah Laily

kapok loe

2022-10-25

0

Hafsah Laily

Hafsah Laily

kapok

2022-10-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!