Cinta Dalam Diam Bagian 5
Oleh Sept
"Fir, pernah ketemu Asha nggak? Gimana dia sekarang?" tanya Bimasena sembari fokus pada aspal hitam di depannya.
Mereka berdua sedang on the way menuju rumah Pak Han. Dan sepanjang jalan, Bima terus saja mengorek informasi dari Firman. Karena ternyata Firman malah akan menikah dengan Nia, kakak Asha. Sudah pasti Firman semakin dekat dengan keluarga Pak Han. Lumayan, sekarang firma bisa buat sumber informasi tentang Asha, pikir Bimasena.
"Asha? Ya seperti dulu, cantik dan makin cerdas."
"Sudah punya cowok dia?"
"Asha?" tanya Firman balik.
"Lah iya. Siapa lagi? Kan kita bahas Asha?"
Firman terkekeh, ia sengaja pura-pura lemot. Sengaja menggoda Bimasena yang dari dulu sampai sekarang sama saja.
Sudah menjadi rahasia umum diantara ketiganya. Antara Nia, Firman dan dengannya. Bahwa Bimasena menyimpan rasa sejak Asha remaja.
Mungkin takut disangka aneh-aneh, karena usia mereka yang terpaut sekitar 7 tahun. Jadi Bimasena menunggu sampai bunganya siap dipetik. Ia akan menunggu sampai Asha siap untuk dilamar. Sama seperti prinsip Firman. Kalau cocok, langsung halalin.
"Gimana? Kata Nia sudah punya pacar belum?" tanya Bimasena semakin kepo.
"Gak ada! Pacar apa. Dia sibuk kuliah. Lagian bocah itu kan masih seperti anak kecil. Mana tahu soal pacar-pacaran!" celetuk Firman dengan santainya.
"Masa? Dia sudah 20 tahun loh. Masa gadis secantik dia. Mahasiswi kedokteran, gak punya pacar. Gebetan ada, kan?"
"Ish ... Nanti! Nanti ya! Tanya sama anaknya sendiri!"
"Lah! Ngapain jadi emosi?" gerutu Bimasena. Kemudian membelokkan mobil. Mereka sudah akan sampai rumah Pak Han.
"Kalau suka bilang saja! Lagian dari dulu masa tidak ada perkembangan."
"Sudah mau sampai, sudah ... tidak usah dibahas!"
Firman hanya tersenyum kecut. Bimasena memang seperti itu. Suka sekali memendam rasa, ia malah takut. Lama-lama Bimasena kena bisulan. Gegara bertahun-tahun menahan sesuatu.
"Apa susahnya mengatakan cinta. Misal, mau gak jadi pacarku? Atau mau nggak jadi ibu dari anak-anakku kelak?"
Tiba-tiba Firman malah ngedumel tidak jelas. Membuat Bimasena menghela napas panjang.
***
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam!" Nia seketika sumringah ketika membuka gerbang. Malam minggu diapeli calon imam plus sebuah bucket bunga.
Sementara itu, Bimasena matanya melirik ke dalam. Mencari sosok Asha.
"Ayo masuk!" ajak Nia yang memperhatikan sikap konyol teman baiknya.
"Asha nggak ada! Dia ke toko buku sama temennya!" celetuk Nia lagi. Sambil tersenyum mengejek.
"Laki-laki atau perempuan?" pertanyaannya itu spontan keluar dari bibir Bimasena yang sudah ketar-ketir.
'Harusnya jangan diijinin keluar, sudah tahu aku mau ke sini!' gerutu Bimasena dalam hati.
"Sama temen kuliahnya, cewek. Tenang aja, Asha masih jomblo!" ujar Nia sambil memindai bucket mawar pemberian Firman.
"Makasih ya, aku suka bunganya," tambah Nia sembari tersenyum sumringah.
"Iya, sama-sama. Nanti kalau sudah nikah, aku jamin rumah kita kek toko kembang!"
Keduanya terkekeh, tapi tidak dengan Bimasena. Wajahnya tegang. Memikirkan Asha. Jauh-jauh dari sukabumi, padahal moment seperti ini jarang. Karena besok mungkin dia akan tugas lagi. Rasanya waktunya memang tidak pernah pas untuknya. Mendadak, ia jadi lemas.
"Mau pesen apa ke Asha? Nanti aku sampaikan," tanya Nia yang melihat wajah kusut Bimasena.
Bimasena hanya menggeleng, akhirnya malam minggu ia isi dengan menjadi obat nyamuk antara Firman dan Nia. Ya, salam. Gini amat nasib jomblo high quality.
***
Satu jam kemudian.
"Kok Asha belum pulang?" tanya Bimasena.
"Dia kalau baca buku atau ke toko buku bisa berjam-jam."
Bimasena pun menghela napas dalam-dalam. Dan tiba-tiba ponselnya berdering. Haris menelpon. Bertanya sedang di mana. Karena kata ibu mereka, kakaknya itu sudah pulang.
"Ya sudah. Aku pulang duluan. Masih ada urusan. Fir ... nanti naik taksi saja."
Bimasena pamit dengan lesu, sudah dandan cakep tapi semua sia-sia. Malah jadi obat nyamuk. Apes.
"Hemm ... hati-hati. Sudah tahu jalan pulang kan?" goda Firman.
Bimasena langsung menepuk bahu pria tersebut. Setelah itu ia menuju halaman dan menuju mobil. Bersiap meninggalkan kediaman Pak Han. Malam minggu yang kelabu.
***
Bimasena akhirnya pulang ke rumah, berkumpul dengan kedua adik-adiknya. Haris adik pertama dan Ardi adik kedua. Yang satu pegawai bank dengan jabatan yang lumayan, yang satu pemilik apotik. Tidak tanggung-tangung, apotik Ardi ternyata lebih dari satu. Lain dengan kedua kakaknya yang sibuk berkarir. Ardi ini semacam Casanova teladan.
Dari remaja ceweknya sudah banyak, laksana jajanan ciki. Direnceng dalam sekali waktu. Di antara mereka bertiga, hanya Ardi yang banyak pengalaman. Lebih mahil dalam menaklukhan hati para gadis-gadis di luar sana. Tinggal tunjuk kunci mobil, wussh ... banyak yang antri sembako di belakang adik Bimasena tersebut.
Tapi kalau masalah rupa, tetep Bimasena yang paling tampan. Nomor dua baru Haris. Dan ketiga adalah Ardi. Ganteng sih, tapi jelek sendiri di antara ketiganya. Jelek, banyak gaya. Itulah Ardi. Entah sudah berapakali kakak-kakaknya protes karena Ardi suka ganti cewek.
Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Itulah karakter pemuda berusia 21 tahun tersebut.
Ruang tamu kediaman keluarga Riyadi.
Rumah keluarga besar Bimasena terhitung luas dan besar. Ini karena memang mereka pengusaha dari turun temurun. Mereka mempunyai banyak market yang tersebar di kota-kota besar. Seperti indoapril misalnya.
Sudah kaya raya, punya anak yang mapan. Tapi salah satu dari ketiganya belum ada yang melepaskan masa lajang.
Ibu Riyadi sampai meminta anaknya yang pertama itu segera membawa calon mantu. Malam ini, mereka sibuk membicarakan masalah jodoh.
"Sudah 27, karir bagus, cari apa lagi? Nggak mau nikah?" tanya ibu.
"Nanti, Bu."
"Masih 27, Bu ... masih aman," celetuk Haris membela sang kakak.
"Kamu juga, Ris. Sudah 24 ... nggak mau nikah?" Ibu malah menodong anak keduanya.
"Aduh, ibu. Ish ... Haris nggak mikirin jodoh. Saat ini hanya mikirin karir."
"Kalian sama saja! Lalu kapan ibu punya cucu?"
Ardi malah terkekeh paling kenceng.
"Jangan macan-macam, fokus sama apotik dan fokus kuliahmu!" celetuk Haris yang kesal karena Ardi seolah senang sang kakak diceramahi suruh nikah sama Ibu.
"Hemmm!"
"Tahun depan, ya?" bujuk ibu.
Bimasena hanya bisa mengaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Doain saja, Bu."
"Pasti!" jawab ibu spontan. Dan Bimasena hanya bisa tersenyum tipis. Apakah Allah akan mengabulkan doa ibunya dulu? Atau mengabukkan doa-doanya sendiri? Entahlah.
***
Beberapa minggu kemudian
Bimasena sudah kembali aktif bertugas. Begitu juga dengan Haris. Semua kembali ke rutinitas masing-masing. Ketika Bimasena fokus pada para penjaga, mengejar dari pulai satu ke pulau yang lain. Dari negara satu ke negara yang lain.
Beda sekali dengan Haris. Seperti mendapat kesempatan emas, gayung pun seolah bersambut. Selama beberapa minggu ini Haris sibuk PDKT dengan Asha. Hampir setiap hari ia WA gak penting. Sekedar tanya sudah makan atau belum.
Mulanya Asha kesel juga. Jengkel dan malas meladeni. Tapi pas diajak ngobrol, lama-lama kok Asha mulai terkena rayuan kumbang jantan tersebut.
Semakin lama intensitas obrolan mereka semakin seru. Hingga akhirnya mereka memutuskan jalan bareng. Nonton bareng, makan di kafe saat hari libur dan banyak hal lain yang keduanya lakukan bersama.
Pada akhirnya, yang menang saat itu adalah yang gencar memberikan serangan dan umpan. Hingga akhirnya Asha diwisuda.
***
Satu tahun kemudian
Hari ini Asha sangat senang, akhirnya ia akan diwisuda. Ditemani Haris, yang kini statusnya sudah menjadi pacar Asha. Horee ... berkurang satu jomblo high quality. Jomblo premium kualitas super.
Asha menoleh ke sana kemari, kenapa Haris datang dengan tangan kosong? Dan tiba-tiba muncul sosok pria yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Mas Bimasena, sudah lama dia tidak bertemu dengan teman kakaknya.
Tapi kenapa pria itu datang ke tempat wisudanya. Dan membawa bucket bunga yang cantik sekali. Andai Haris membawakan bunga seperti itu. Pasti lengkap sudah rasa bahagianya.
"Selamat, Asha ...!"
Asha mendongak. Bunga itu untuk dirinya?
"Eh ... terima kasih Mas," ucap Asha aneh.
"Kenalin Asha, ini Mas Bima ... abang aku. Yang kadang aku ceritain ke kamu. Jarang pulang karena nangkap penjahat!" canda Haris.
Sedangkan hati pria yang dicandai, hancur berkeping-keping.
'Asha, semoga kamu bahagia!' batin Bimasena melihat Asha berdiri di samping Haris. Ini adalah benar-benar pemandangan yang menyayat hati. Mana pernah dia tahu, kalau Asha jadian dengan Haris.
Bagaimana kisah Asha, Haris dan Bimasena? Sebenarnya siapa yang nanti akan bisa memasang cincin di jari manis Asha. Jangan lewatkan keseruan kisah cinta manis dokter Asha ya.
IG Sept_September2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Siti Zamarah
kok aku deg deg an yaaa bacanya
2023-11-02
0
dyul
yah... di tikung adiknya...
2023-08-17
0
devaloka
salah sendiri
2023-02-01
0