Talak Setelah Shubuh
Aku duduk di balkon dengan ditemani secangkir teh hangat setelah solat shubuh pagi ini. Teh yang sedari tadi terletak di meja belum juga aku sentuh. Mata ku menerawang ke langit yang mulai menunjukkan semburat jingga di ufuk timur. Ada rasa aneh yang tiba-tiba menjalar di hatiku. Segera aku mengusap dadaku sembari beristighfar. Suara mengaji anak kedua ku yang kebetulan pulang cuti satu minggu dari dinas nya terdengar oleh telinga ku. Bagiku itu adalah suara termerdu sejagat raya seorang hafidz. Ahh iya, aku adalah seorang janda yang beruntung, aku dikarunia tiga orang anak yang kesemuanya adalah penghafal Al-Qur'an.
Untuk mengurangi rasa yang tiba-tiba mendung di hatiku, aku beranjak dari kursi dan berjalan kearah pembatas balkon. Aku menghirup udara dalam-dalam sembari terus beristighfar.
Aku tahu apa penyebab kegalauan hatiku ini. Hari ini adalah tanggal 25 Maret. itu artinya, tepat lima belas tahun yang lalu. yah, lima belas tahun yang lalu dulu suami ku, Andi menalak ku.
Tak terasa air mata ku mengalir, aku tergugu mengingat semua kenangan yang begitu menyakitkan buat ku. Airmata ku semakin deras mengalir, semua kenangan itu serasa dejavu, serasa baru terjadi pagi ini. Serasa baru pagi ini Andi menalak ku.
"Bunda"
Segera aku menghapus airmata ku dengan hijab sebelum menoleh kearah anak lelaki ku, Mikail.
Segera dia memeluk ku dari belakang dan mencium puncak kepalaku. Sepertinya tak bosan-bosan dia memeluk ku.
"Bunda kenapa? bunda menangis ya?"
Aku menggeleng dan segera menunjukkan senyum terbaik di wajahku yang mulai mengeriput.
Digenggamnya tangan ku dengan hangat, dan menatap manik mataku seakan tidak percaya dan menuntut jawaban.
"Apa yang harus ibu jawab kak"
"Stop menangis bunda. Bunda jangan menangis lagi. Bunda ingat kan apa kata kakak di malam perayaan kelulusan kakak jadi tentara kemarin?"
Deg, jantungku langsung berdetak kaget mengingat bagaimana marahnya anak ku dimalam perayaan itu.
"Bunda itu menangis karena saking bahagianya memiliki anak-anak seperti kalian, bunda bahagia akhirnya bisa berkumpul lagi dengan kalian Nak"
Terdengar suara gradak-gruduk dari arah tangga, aku dan anakku segera menoleh ke arah tangga. Tak lama muncul lah dua wajah yang sumringah. Anak perempuan ku, si sulung Naura dan si bungsu Adam.
"Nyerobot aja sih kak" si bungsu memasang wajah merajuk dan menggelendot manja di tangan ku.
"Heiii,,, akuuu" Naura si sulung ikut-ikutan nyerobot mengambil tangan ku yang sebelah kanan. Akhirnya si kakak mengalah dan menggumam tak jelas.
Si ayuk dan adek langsung terbahak-bahak melihat kakak yang manyun melihat saudaranya bermanja dengan bunda mereka.
"Sudah selesai ngaji nya?" tanya ku pada kedua anak ku yang barusan datang.
Dengan kompak mereka mengangguk.
"Walau kalian sudah hafal Al-Qur'an nya, tapi harus sering diulang-ulang biar ga lupa"
"siap bunda" jawab mereka kompak.
"Ayuk sudah selesai buat sarapannya?" si kakak bertanya.
Naura menggeleng dan menampilkan senyum kuda kepada adiknya itu.
"ya sudah, biar bunda saja yang masak buat sarapan kita".
"No bunda, biar kakak saja yang buatkan sarapannya. Bunda harus nyicip masakan kakak"
"adek bantu ya kak" Adam cepat menyela, dia begitu antusias.
Mikail hanya mengangguk kan kepala, tanpa komando, kedua anak lelaki ku bergegas menuruni anak tangga menuju ke dapur.
Tinggal lah sekarang aku kini berdua dengan anak gadisku. Naura sekarang sudah mau berumur 22 tahun bulan november nanti. Tak terasa gadis kecil yang ku tinggalkan merantau keluar negeri itu telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Kulitnya putih hidungnya mancung, berambut panjang kecoklatan dan sekarang dia sudah tinggi. Tingginya jauh di atas ku. Mungkin itu karena dulu dia aku les kan berenang dengan teman sekantorku sewaktu aku masih menjadi honorer di sekolah swasta.
Wajahnya begitu mirip dengan ayahnya, Andi versi perempuan kalo kata tetangga kami dulu ketika Naura masih kecil.
"bunda kenapa liatin ayuk begitu?, ayuk cantik ya?" selorohnya sambil tertawa. Aku tersenyum kearahnya.
"Dan ayuk adalah satu-satunya anak bunda yang paling cantik di dunia"
Hahhahaa... suara tawa Naura begitu geli mendengar jawaban ku.
"Bunda tidak lupa ya dengan jawaban bunda dulu, dulu waktu kecil bunda selalu jawab itu kalo aku tanya"
Mataku berkabut, tiba-tiba terasa panas dan langsung mengalirlah air mataku.
"maafin bunda ya nak" bergetar suara ku saat mengucapkan itu.
Segara Naura merangkul ibunya. mengelus pundak perempuan yang sangat dikasihinya itu dengan hangat.
"jangan nangis lagi bunda, ayuk mohon"
Segera ku hapus airmata ku.
"hijabnya mana yuk?, jangan pernah dilepas kecuali saat mandi"
"kan di rumah bunda, ga ada orang"
Aku menggeleng mendengar jawabannya.
"iya, iya nanti ayuk pakai, sekarang juga ayuk bakal ambil hijabnya"
Aku tersenyum mendengar jawabannya. Lalu bergegas Naura turun.
Kembali aku duduk di kursi dan menyesap teh yang dari tadi terletak di meja. Satu persatu kenangan yang telah puluhan tahun berlalu berkelebat di mataku. Hancurnya pernikahan ku, perjuangan ku menghidupi anak-anak ku, sampai akhirnya mereka kutinggalkan merantau, mengadu nasib ke negeri orang.
Ya Rabb, sesak rasanya mengingat itu. Airmata ku deras mengalir.
"Bunda"
Dengan cepat kuhapus air mataku, aku tak ingin kali ini Adam yang melihatku menangis.
"yuk turun, kakak sudah selesai buat sarapannya"
Dengan penuh kasih di bimbingnya tangan ku menuruni anak tangga menuju meja makan. Semerbak aroma masakan begitu terasa setibanya aku di dapur. Diatas meja telah tersaji empat buah piring berisikan nasi goreng dan telur ceplok.
"Ini masakan chef ternama bunda, jarang-jarang loh ada seorang tentara masak di dapur" seloroh Adam.
Aku tersenyum bangga pada mereka berdua. Segera ku sendok nasi goreng tersebut kemulut, menikmatinya.
"Gimana bun?" tanya Mikail tak sabar
Aku mengangkat kedua jempol ku. Dan mereka bertiga bertepuk tangan.
Pagi ini, walau aku awali dengan tangisan karena mengingat masa lalu ku yang kelam, tapi akan aku jalani dengan bahagia karena ketiga buah hatiku yang sangat aku sayangi.
Aku berjanji dalam hati, aku tidak akan mengingat lagi luka-luka ku. Aku ingin mengisi hari tua ku dengan penuh kebahagian dengan cara ku sendiri.
Aku, aku Indah Yuliani, seorang janda mantan TKW Arab, yang meninggalkan anak nya ke negri orang, yang ditalak suami karena.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Tutik Yunia
kalau ini kenangan 15thn lalu, indah bukan janda lagi dong... karena sdh bersuamikan ozkan & punya anak kembar.
apa ozkan dan anak kembarnya mati?
2023-02-02
0
Muh Kamal
smsmsjzj
2022-10-15
0
Muh Kamal
wah
2022-10-15
0