Kerumah Camer

Tak terasa sudah hampir lima bulan Andi dan Indah jadian. Selama perjalanan cinta mereka semuanya berjalan baik-baik saja, tidak pernah mereka berantem atau berselisih faham yang berarti, mungkin itu di sebabkan karena mereka jarang bertemu. Mereka bertemu paling dua kali seminggu atau sekali seminggu.

Kesibukan Andi pada pekerjaannya menuntutnya lebih fokus ke pekerjaannya dari pada dengan kehidupan pribadinya.

Begitupun dengan Indah dia juga sibuk dengan pekerjaannya. Bila rindu pada sang kekasih hati paling dia hanya mengingat momen-momen ketika mereka bertemu, mereka jalan atau ketika mereka mengobrol.

Jaman ketika mereka berpacaran adalah jaman ketika belum adanya alat komunikasi canggih seperti sekarang ini. Jaman mereka pacaran masih via surat atau via telepon.

++++++++++

Bulan ini adalah bulan puasa, itu artinya kesibukan Andi sebagai seorang audit makin banyak. Dia jarang berada di kantornya. Dia lebih sering keluar kota untuk mengecek setiap stok point di bawah naungan anak cabang tempatnya bernaung.

Jika Andi sangat sibuk, berbeda hal nya dengan Indah, dia lebih santai karena jam pelajaran di sekolah dikurangi.

Dua minggu sejak puasa mereka belum sama sekali bertemu. Indah sedikit khawatir tentang keberadaan Andi. Untuk mengiriminya surat Indah masih bingung harus mengirimkan kemana. Kealamat rumah atau kantor. Setelah ditimbang-timbang lagi Indah lebih memilih memendam perasaan rindunya pada Andi.

Hari telah beranjak sore, Indah mulai sibuk di dapur menyiapkan takjil buat keluarganya. Dengan menu sederhana berupa gorengan dan kolak pisang serta es sirup, dirasa sudah cukup buat menu berbuka mereka. Tak lupa Indah juga menyiapkan menu makan malam mereka.

Suara sirine di masjid telah berbunyi, Indah beserta kedua orang tua dan kakaknya, Andri mulai berbuka puasa. Dilanjutkan dengan sholat maghri berjamaah setelahnya.

Ketika waktu Tarawih, Indah memilih untuk tetap di rumah. Sejujurnya dia menunggu kedatangan Andi, karena kebetulan malam itu adalah malam minggu. Dia berharap Andi datang setelah cukup lama tidak bertemu.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, saat Indah duduk santai diruang keluarga sambil menonton tivi, di luar terdengar suara deru motor. Indah mengintip dari jendela kaca, dan benar saja sang pujaan hatilah yang datang. Indah bergegas masuk kekamarnya dan meraih jilbab lalu memasangkan kekepalanya.

Tak lama ada suara ketukan pintu dan salam dari luar.

"iya, waalaikumussalam, sebentar"

Indah segera berjalan dan membukakan pintu. Dan benar saja, Andi telah berdiri di muka pintu dengan senyum sumringahnya. Indah segera mencium punggung tangan lelaki itu dan Andi membalas dengan mengusap kepalanya.

Segera mereka duduk di tempat biasa mereka, yaitu di kursi di teras.

"Sehat kan kak?" tanya Indah setelah keduanya duduk

"Alhamdulillah, kamu sehat juga kan?"

Indah menjawab dengan mengangguk kan kepalanya.

"Maafin kakak yah karena lama gak datang. Kakak sibuk, tau sendiri kalo bulan puasa permintaan pasar terhadap barang itu bisa melonjak sampai berkali-kali lipat. Dan itu perlu di periksa barang-barang serta laporannya. Selisih sedikit perbedaan barang yang ada di gudang stok point dengan yang ada di catatan dari pusat bisa kacau"

Indah bisa melihat wajah lelah Andi. Pasti dia lelah sekali dengan pekerjaannya, bisiknya dalam hati. Indah lalu pergi ke dapur dan membuatkan teh untuk Andi dan juga menyajikan gorengan sisa berbuka tadi.

Sambil menyeruput teh dan bercengkrama, mereka melepas rindu yang terpendam di hati masing-masing.

"Gini Ndah, rencananya lebaran nanti kakak mau ajak kamu ke rumah orang tua kakak di kampung, itu pun kalo kamu ga keberatan"

Deg, jantung Indah langsung berdetak kencang. Dia bingung harus jawab apa. Di satu sisi dia memang sudah serius dengan Andi, tapi di sisi lain dia masih belum siap jika bertemu dengan calon mertuanya. Dia masih khawatir bila cerita temannya, Ria yang mengatakan kalau camernya begitu tidak ramah akan sama hal nya dengan yang akan dialaminya.

"Mau kan?" tanya Andi

"Ehm,, gimana ya kak?" Indah menjawab ragu.

"Orang tua kamu kan sudah kenal sama kakak, tapi orang tua kakak belum kenal loh sama kamu"

"iya juga sih"

"Mau ya?

"Insha Alloh"

Andi tersenyum mendengar jawaban Indah. Lalu dia melihat arloji ditangannya, jam memunjukkan hampir jam setengah sembilan malam. Andi berniat untuk pamit karena dia tidak enak dengan kata tetangga Indah nanti jika melihat dia ngapel di bulan puasa.

"Kakak pulang ya, ga enak kata tetangga nanti" ucapnya terkekeh. Indah pun ikutan terkekeh mendengarnya.

"Lebaran kedua nanti kakak jemput ya. Mungkin kakak ga bisa datang lagi. Pasti akan makin sibuk dan jarang pulang ke rumah"

"iya ga papa, hati-hati ya kak"

Indah lalu mencium punggung tangan Andi sebelum Andi menghidupkan motor dan pulang kerumahnya.

+++++++ +++++++++

Hari ini adalah hari yang dijanjikan Andi untuk mengajak Indah kerumah orang tuanya. Sudah sejak pagi dia telah rapih. Jika biasanya setiap ke rumah Indah dia selalu berpakaian kerja dengan kemeja dan celana dasar, itu dilakukannya karena tiap ngapelin Indah adalah disaat jam pulang kantor. Maka hari ini dia menggunakan celana jeans, dipadu padankan dengan baju kaos warna dongker serta memakai jaket kulit. Ketampanannya makin sempurna dengan penampilannya tersebut. Kulit putih dengan hidung mancung dan matanya yang sipit, membuat setiap perempuan manapun akan memuji ketampanannya tersebut.

Motor tiger sudah dia panaskan terlebih dahulu sebelum dia berpamitan dengan ibunya yang saat itu duduk santai.

"Buk, Andi pergi sebentar ya, nanti siang juga sudah di rumah kok"

Sang ibu menoleh dan memandangi anak lelakinya dari atas sampai kebawah

"Mau kemana pagi-pagi gini, belum lagi jam 8"

"Andi mau ke rumah teman buk"

"Perempuan apa lelaki?"

Andi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"jelas cewek lah buk buk..." sahut kakak perempuannya yang muncul dari belakang sambil membawa toples kacang bawang.

Andi tersenyum kearah kakak perempuannya.

"Benar?" kejar ibunya

Andi mengangguk. "Andi akan bawa Indah kesini buk, buat kenalan sama ibuk dan dan sama yang lain juga"

Kakak perempuan Andi, Laras, langsung melirik kearah ibunya. Mereka berdua langsung saling lirik.

"Dah ah kelamaan, Andi pamit ya buk"

Andi langsung meninggalkan kakak dan ibunya lalu segera menaiki motornya dan bergegas menyusuri jalan panjang untuk segera sampai ke rumah Indah.

Sementara di rumah Indah, Indah masih berjibaku di dapur. Rumahnya akan sangat ramai jika sudah lebaran kedua, ayahnya adalah anak tertua di keluarga, jadi otomatis adik-adik sang ayah akan datang mengunjungi rumah mereka. Untuk itulah sejak pagi buta, Indah telah masak nasi dan lauk pauk dengan banyak. sudah mirip seperti orang hajatan.

Tak terasa jam telah menunjukkan jam sepuluh pagi. Pekerjaan Indah dan sang ibu telah selesai. Indah segera mandi, dia tidak mau jika nanti ketika Andi datang dia masih terlihat sangat kucel. Bisa-bisa ilfeel nanti Andi jika melihat kekucelannya.

Jam sepuluh lewat, terdengar deru suara motor di depan. Sang ayah yang sedang duduk di ruang tamu segera menyongsong kedatangannya. Andi segera mencium punggung tangan pria paruh baya tersebut. Lalu duduk mengobrol dengan sang calon mertua.

"Minta izin mau ngajak Indah kerumah orang tua saya di kampung, Pak" pamitnya

"Jauh tidak?"

"Lumayan pak, kurang lebih dua jam perjalanan"

Pak Ahmad menganggukkan kepalanya mendengar keterangan Andi.

"Boleh, asal tidak pulang malam"

"Terima kasih pak"

Pak Ahmad menganggukkan kepala dan beranjak ketika dilihatnya Indah telah keluar dari kamarnya. Indah segera mencium punggung tangan Andi

"Minal aidin walfaidzin yah kak, maaf lahir bathin"

"Kakak juga minta maaf lahir bathin kalo banyak salah sama kamu"

Setelah mereka berbasa basi sebentar Andi pamit pada ayah dan ibunya Indah. Disaat dia menghidupkan motornya, Andri, kakak ketiga Indah keluar dari kamarnya.

"Jangan pulang malam" ucapnya denga suara berat

Indah terkikik kearah sang kakak.

"Iya kak" jawab Andi gugup

Segera Indah naik keboncengan dan Andi melajukan motornya dengan lega.

"Haduh, bikin spot jantung saja kakak kamu Ndah" ucapnya setelah agak jauh dari rumah Indah

"Maksudnya?" nada suara Indah terdengar tidak senang saat mendengar ucapan Andi.

"Kamu marah? iya maaf deh. Habisnya kakak kamu menakutkan"

"Kakak aku tu baik tau, sembarangan bilangin dia menakutkan. Emang kakak aku hantu" Indah masih bersungut kesal.

"Maaf" sesal Andi

Indah diam saja. Dia tidak suka jika ada orang yang mengatai kakaknya seram. Memang wajah kakaknya tidak lah ramah, tapi dia tahu, kakaknya itu sangat baik hatinya.

"Kakak aku tu over protectif sama aku, aku tu adik dia satu-satunya. Dan aku tu anak bungsu, perempuan lagi. jadi bisa dipastikan kalo dia begitu over sama orang yang dekat dengan aku.

Andi mengangguk mendengar penjelasan Indah. Dia pun bersikap yang sama kepada setiap teman lelaki adiknya. Walau dia jarang pulang ke kampung, tapi jika sekali waktu dia pulang ada teman cowok adiknya yang kerumah maka dia akan banyak bertanya pada cowok tersebut. Jadi dia faham betul apa yang dilakukan oleh Andri tadi.

Dua jam lebih perjalanan buat mereka sampai di rumah orang tua Andi. Indah sudah gelisah di atas motor. Sudah tak terhitung berapa kali dia bergerak-gerak di motor. Pinggangnya begitu pegal karena sedari tadi tak kunjung sampai juga.

Akhirnya, motor Andi berhenti di sebuah rumah besar. Walaupun di kampung dan jauh dari pusat kota tetapi rumah tersebut terbilang megah. Sebuah rumah dengan cat warna krem dan terdiri dari dua lantai. Berlantaikan keramik berwarna coklat dengan teras dan balkon yang makin menambah manis rumah tersebut. Halaman luas khas kampung dan banyak ditumbuhi oleh tanaman buah.

Indah segera mengikuti langkah kaki Andi dari belakang. Jantungnya berdetak kencang saat Andi mengajaknya masuk.

"Assalamualaikum" Andi dan Indah mengucapkan salam berbarengan. Tanpa menunggu ada yang keluar dari dalam Andi segera menarik tangan indah untuk masuk.

"waalaikumussalam" Nina, adik bungsu Andi keluar dari kamar dan menemui mereka. Segera dia menyalami Indah. Indah tersenyum kaku kearahnya.

Tak lama, muncullah ibu, ayah serta mbak Laras menemui mereka berdua. Indah segera beranjak dari kursinya dan menyalami dan mencium mereka semua.

"Kenalkan, ini Indah" ucap Andi setelah Indah duduk kembali

Sang ibu menatap Indah tanpa bersuara, begitu juga sang kakak. Indah makin dag dig dug jantungnya.

Menyadari kalau sang istri diam saja, Pak Hermawan, ayah Andi mencoba mencairkan suasana.

"Indah pasti capek, rumah bapak jauh ya Ndah" ucapnya ramah

Indah tersenyum lalu menjawab "Lumayan pak"

"Minumnya mana buk buat tamu kita" ucapnya pada sang istri.

Laras beranjak ke dapur dan kembali dengan minuman ringan di nampan dan meletakkan di meja.

"Diminum mbak" tawar Nina pada Indah. Andi segera meraih sebotol minuman lalu menuangkan kedalam gelas dan memberikan pada Indah.

Suasana masih belum kondusif. Andi menyadari ketidak sukaan ibunya pada Indah. Andi jadi merasa tidak enak hati pada Indah. Menit-menit yang dilalui Indah terasa begitu lama Dia makin gelisah dan gugup. Tapi dia berusaha tenang.

"Kamu orang apa?" Akhirnya sang ibu bersuara juga

"ehm maksudnya buk?" jawab Indah gugup

Sang ibu melengos mendengar jawaban Indah.

"Maksud ibuk tu kamu orang apa, suku apa?" kali ini mbak Laras yang bersuara.

"Ibuk apaan sih" sela Andi

"Saya asli orang su*****a buk" jawab Indah pelan

"ohhh" jawab Bu Mira panjang

"Sudah lama kenal Andi?"

Indah mengangguk pelan, hatinya makin tidak tenang.

"Andi itu anak ketiga saya, dia itu pekerja keras, kamu tau kan kalau dia itu kepala audit di kantornya?

Lagi-lagi Indah mengangguk. Dia merasa seperti sedang di interogasi di kantor polisi.

"Kamu udah kerja belum, atau masih kuliah?" kali ini mbak Laras yang bertanya. Andi menghela nafas panjang menyaksikan perlakuan ibu dan kakak perempuannya pada Indah.

"sudah kerja mbak, saya seorang pendidik"

"ohh guru rupanya" kali ini suara sang kakak seperti mencibir

"Sudah pns atau masih honorer?

"masih honorer mbak"

Anak dan ibu itu lalu mengangguk-angguk kan kepala mereka.

"Sudah deh, tamu datang bukannya di jamu malah di introgasi" sela Andi.

Nani tertawa, setuju dengan ucapan sang kakak.

Akhirnya Andi mengajak Indah untuk makan siang. Dia tahu, Indah tadi belum makan di rumahnya. Dengan tidak enak hati akhirnya Indah mengikuti Andi menuju meja makan.

Bu Mira dan Laras diam saja ketika melihat Andi menarik tangan Indah menuju meja makan. Hanya Nani yang segera beranjak kedapur untuk mengambilkan piring

Episodes
1 Kenangan
2 Ketemu Lagi
3 Jadian
4 Kerumah Camer
5 Tidak Suka
6 Bimbang Ragu
7 Lamaran
8 Menikah
9 Malam Pertama
10 Kerumah Mertua
11 Ngontrak
12 Hamil
13 Dinda Naura
14 Syukuran
15 Joni Mau Menikah
16 Murtad
17 Uang 20 Juta
18 Anggota Keluarga Baru
19 Makin Tersisih
20 Mikail Lahir
21 Rumah Baru
22 Hamil lagi
23 Jujur kalau aku hamil
24 Kucing Beranak
25 Ribut dengan Ibu Mertua
26 Adu Argumen
27 Fokusnya Kehandphone Saja
28 Suara di Tengah Malam
29 Lagi dan Lagi
30 Isi sms
31 Aku Tahu, Tapi Aku Diam
32 Tanda Merah
33 Kau Berbohongpun Aku Percaya
34 Seribu Alasan
35 Jaga Jarak
36 Jalan-Jalan
37 Andi Berubah
38 Menguak Cerita Tersembunyi
39 Di Rumah Mbak Ningsih
40 Mbak Laras dan Maria Si Kompor Meleduk
41 Kok Adam Hitam?
42 Perang Kembali Dimulai
43 Bertemu Rian
44 Bukti Dari Rian
45 Jadi Detektif Dadakan
46 Undangan Dari Kantor Pusat
47 Berangkat ke Pekanbaru
48 Tiba Di Pekanbaru
49 Orang-Orang Baik
50 Bertemu Bang Ariadi
51 Kejutan dari Jennifer
52 Malam Meet and Great
53 Jadi MC
54 Kesalon Jennifer
55 Menikmati Pelayanan di Salon Jennifer
56 Hang out Sama Jennifer
57 Disiksa Andi
58 Dijagain Jennifer
59 Siapa Ariadi
60 Balasan Untuk Andi
61 Seharian Bersama Jennifer
62 Malam Tahun Baru
63 Berdua Sama Abang
64 Semalam Dengan Bang Ariadi
65 Bersama Abang Part 2
66 Menunggui Andi Di Rumah Sakit
67 Pulang
68 Bentrok
69 Prank Untuk Andi
70 Kerusuhan Dipagi Hari Oleh Jennifer
71 Paket Sampai
72 Andi Kepergok
73 Aku Mengamuk
74 Andi Tak Berubah
75 Menemui Tina
76 Talak Setelah Shubuh
77 Pergi Dari Rumah
78 Hidup Baru
79 Aku Kembalikan Hp Kamu Andi
80 Sujud Syukur
81 Tidak Mempan
82 Dijemput Pak Tobias
83 Rindu dimataku
84 Hp Baru
85 Pak Abraham Ke Kontrakan
86 Mertuaku Datang
87 Kak Andri Mengamuk
88 Sidang di Rumah Orangtuaku
89 Surat Dari Pengadilan
90 Naura Sakit
91 Ke Pengadilan
92 Mediasi
93 Sidang Kedua
94 Bukti Disidang Kedua
95 Ketemu Kak Jen Lagi
96 Sah Jadi Janda
97 Mimpi Anak-Anakku
98 Keluarga Andi Datang
99 Pak Abraham Pulang
100 Brosur
101 Pergi Kepusat Pelatihan
102 Sebelum Berangkat ke Arab
103 Andi Dipecat Dan Dipenjara
104 Jadi Tahanan Polres
105 Hukuman Penjara
106 First Kiss With Abang
107 Hatice Kaderimin
108 Akhirnya Aku Tahu Siapa Abang
109 Aku Pergi
110 Ada Abang Di Sebelahku
111 Tiba Di Arab
112 Keluarga 'Ummi Afsha
113 Hari Pertama Kerja
114 Syarat Dari Hatice
115 Tiga Tuan Muda
116 Abraham Cs Di Turki
117 Arahan Kerja Untuk Abraham cs
118 Tertangkapnya Murat
119 Berpisahnya Ozkan dan Hatice
120 Ke Swiss
121 Mencari Indah
122 Aku Harus Pergi
123 Tiga Tahun Pertama
124 Karma Mulai Datang
125 Apa Yang Kau Tabur, Itu Yang Akan Kau Tuai
126 Andi Bebas
127 Pergi Jalan Sama Ayah
128 Laptop Baru Dari Ummi
129 Bercerita Dengan Nona Alima
130 Jadi Pasien Nona Alima
131 Investor Baru
132 Kerja Sama Dengan Tuan Yilmaz
133 Siasat Tuan Yilmaz
134 Penjelasan Ozkan
135 Menemui Nona Alima
136 Ke Kingdom Center
137 I'm Jealous
138 Sky Bridge
139 Tidur Berdua
140 Pulang Ketanah Air
141 Sampai Di Rumah
142 Kehebohan Tetanggaku
143 Berkumpul Dengan Ketiga Anakku
144 Syukuran
145 Kekebun Sawit
146 Balas Dendam Dimulai
147 Tamu Tak Diundang
148 Andi Mendekati Anak-anaknya
149 Bicara Empat Mata
150 Ketegasan Untuk Naura
151 Naura Keras Kepala
152 Bertemu Kak Jen
153 Kak Jen Yang Ambil Alih
154 Kembali Lagi Ke Jeddah
155 Hadiah Dari Ummi
156 Ozkan Gugup
157 Melamar
158 Ozkan Belajar Bohong
159 Tuan Malik Ibrahim
160 Nonton Bioskop
161 Permintaan Tersulit Ummi
162 Alima Vs Ummi
163 Ozkan Tertembak
164 Terbang ke Turki
165 Bertahanlah, Please...
166 Ozkan Sadar
167 Di Rumah Tuan Yilmaz
168 Menghadap Ummi
169 Sah!!!
170 Resepsi
171 Hari Pertama Jadi Nyonya Ozkan
172 Resepsi di Turki
173 Honeymoon
174 Positif
175 Mertua Idaman
176 Twins
177 Ngidamnya Aneh
178 Orang Dimasa Lalu Andi
179 Lena
180 Terbongkar
181 Keikhlasan Naura
182 Kebaikan Ummi
183 Kontraksi
184 Twins Baby
185 Mansion dari Tuan Yilmaz
186 Serkan dan Defne
187 Postingan Naura
188 Penyesalan Tiada Guna
189 Model Dadakan
190 Cemburunya Tuan Muda Fadh
191 Anak-Anakku Pulang
192 Wisuda Kelulusan Naura
193 Acara Wisuda Naura
194 Canggungnya Naura dan Emir
195 Keluarga Akmar
196 Naura, Ta'aruf yuk!!
197 Menemui Mikail
198 Pulang Kampung
199 Kembali Lagi ke Jeddah (2)
200 Naura Kuliah
201 Hadiah Untukikail
202 Mikail Lulus TNI
203 Kemarahan Mikail
204 Ketegaran Adam
205 Menolong Andi
206 Hari Pelantikan
207 Rumah Baru
208 Ku Wujudkan Mimpi Ketiga Anakku
209 Ku Usir Kamu Seperti Kamu Dulu Mengusir Kami
210 Sindiran
211 Mikail Kembali Ke Jawa
212 Kejutan dari Twins
213 Kedatangan Dimas
214 Lebaran Pertama Twins di Indonesia
215 Suamiku Cemburu
216 Bertemunya Abang Dengan Andi
217 Nina
218 Janji Kami Untuk Nina
219 Laras Ingin Melihat Rumah Indah
220 Psikoterapi Untuk Nina
221 Ku Bawa Nina Ke Jawa
222 Nina Bertemu Dengan Anak-Anaknya
223 Wisuda Naura
224 Pulang Dari Jawa Tengah
225 Penyakit Bu Mira Makin Parah
226 Suara Merdu Emir
227 Grand Opening Klinik Naura
228 Memarahi Andi
229 Pulang
230 Sampai Di Jeddah
231 Bu Mira Dibawa Ke Palembang
232 Adam Galau
233 Menjawab Pertanyaan Adam
234 Adam Menemui Andi
235 Kecelakaan
236 Darah Untuk Andi
237 Pengumuman Novel Baru
238 Pemakaman
239 Sadarlah Ayah...
240 Sakaratul Maut
241 Pemakaman Kedua
242 Memarahi Naura
243 Kecewa
244 Rembukan Keluarga Pak Hermawan
245 Di Blokir
246 Buah Bibir Orang Sekampung
247 Andi Sadar
248 Khawatirnya Adam
249 Menelpon Nina
250 Rahasia Indah
251 Terbukanya Kelakuan Maria
252 Andi Kembali Koleps
253 Adam Lagi
254 Sakaratul Maut
255 Tolong, Maafkan Ayah Saya
256 Terbang Ke Indonesia
257 Sampai Di Indonesia (Lagi)
258 Aku Memaafkan Mu Andi....
259 Pergilah Dengan Tenang Ayah
260 Pelukan Pertama Pak Hermawan
261 Selamat Jalan Ayah
262 Shock Terapi Untuk Pak Hermawan
263 Support Akmar
264 Acara 3 Hari Andi
265 Akmar Minta Restu
266 Hanya Anak Singkong
267 Kedatangan Emir
268 Pertanyaan Emir
269 Melihat Pekerjaan Naura
270 Emir Pulang
271 Wakaf
272 Memarahi Maria
273 Bagian Maria
274 Bagian pak Hermawan
275 Kata Terakhir Untuk Pak Hermawan
276 Pergilah Kalian Semua
277 Rasa Cinta Kami
278 Sebelum Pulang
279 Sesekali Nakal Tak Apa
280 Menggoda Abang
281 Kembali Menitipkan Anak-Anakku
282 Hampanya Hatiku
283 Kuatkan Aku Ya Rabb
284 Aku Ikhlas Ya Rabb
285 Syukur Ku
286 Jiwaku Makin Tenang
287 Indah Yang Baru
Episodes

Updated 287 Episodes

1
Kenangan
2
Ketemu Lagi
3
Jadian
4
Kerumah Camer
5
Tidak Suka
6
Bimbang Ragu
7
Lamaran
8
Menikah
9
Malam Pertama
10
Kerumah Mertua
11
Ngontrak
12
Hamil
13
Dinda Naura
14
Syukuran
15
Joni Mau Menikah
16
Murtad
17
Uang 20 Juta
18
Anggota Keluarga Baru
19
Makin Tersisih
20
Mikail Lahir
21
Rumah Baru
22
Hamil lagi
23
Jujur kalau aku hamil
24
Kucing Beranak
25
Ribut dengan Ibu Mertua
26
Adu Argumen
27
Fokusnya Kehandphone Saja
28
Suara di Tengah Malam
29
Lagi dan Lagi
30
Isi sms
31
Aku Tahu, Tapi Aku Diam
32
Tanda Merah
33
Kau Berbohongpun Aku Percaya
34
Seribu Alasan
35
Jaga Jarak
36
Jalan-Jalan
37
Andi Berubah
38
Menguak Cerita Tersembunyi
39
Di Rumah Mbak Ningsih
40
Mbak Laras dan Maria Si Kompor Meleduk
41
Kok Adam Hitam?
42
Perang Kembali Dimulai
43
Bertemu Rian
44
Bukti Dari Rian
45
Jadi Detektif Dadakan
46
Undangan Dari Kantor Pusat
47
Berangkat ke Pekanbaru
48
Tiba Di Pekanbaru
49
Orang-Orang Baik
50
Bertemu Bang Ariadi
51
Kejutan dari Jennifer
52
Malam Meet and Great
53
Jadi MC
54
Kesalon Jennifer
55
Menikmati Pelayanan di Salon Jennifer
56
Hang out Sama Jennifer
57
Disiksa Andi
58
Dijagain Jennifer
59
Siapa Ariadi
60
Balasan Untuk Andi
61
Seharian Bersama Jennifer
62
Malam Tahun Baru
63
Berdua Sama Abang
64
Semalam Dengan Bang Ariadi
65
Bersama Abang Part 2
66
Menunggui Andi Di Rumah Sakit
67
Pulang
68
Bentrok
69
Prank Untuk Andi
70
Kerusuhan Dipagi Hari Oleh Jennifer
71
Paket Sampai
72
Andi Kepergok
73
Aku Mengamuk
74
Andi Tak Berubah
75
Menemui Tina
76
Talak Setelah Shubuh
77
Pergi Dari Rumah
78
Hidup Baru
79
Aku Kembalikan Hp Kamu Andi
80
Sujud Syukur
81
Tidak Mempan
82
Dijemput Pak Tobias
83
Rindu dimataku
84
Hp Baru
85
Pak Abraham Ke Kontrakan
86
Mertuaku Datang
87
Kak Andri Mengamuk
88
Sidang di Rumah Orangtuaku
89
Surat Dari Pengadilan
90
Naura Sakit
91
Ke Pengadilan
92
Mediasi
93
Sidang Kedua
94
Bukti Disidang Kedua
95
Ketemu Kak Jen Lagi
96
Sah Jadi Janda
97
Mimpi Anak-Anakku
98
Keluarga Andi Datang
99
Pak Abraham Pulang
100
Brosur
101
Pergi Kepusat Pelatihan
102
Sebelum Berangkat ke Arab
103
Andi Dipecat Dan Dipenjara
104
Jadi Tahanan Polres
105
Hukuman Penjara
106
First Kiss With Abang
107
Hatice Kaderimin
108
Akhirnya Aku Tahu Siapa Abang
109
Aku Pergi
110
Ada Abang Di Sebelahku
111
Tiba Di Arab
112
Keluarga 'Ummi Afsha
113
Hari Pertama Kerja
114
Syarat Dari Hatice
115
Tiga Tuan Muda
116
Abraham Cs Di Turki
117
Arahan Kerja Untuk Abraham cs
118
Tertangkapnya Murat
119
Berpisahnya Ozkan dan Hatice
120
Ke Swiss
121
Mencari Indah
122
Aku Harus Pergi
123
Tiga Tahun Pertama
124
Karma Mulai Datang
125
Apa Yang Kau Tabur, Itu Yang Akan Kau Tuai
126
Andi Bebas
127
Pergi Jalan Sama Ayah
128
Laptop Baru Dari Ummi
129
Bercerita Dengan Nona Alima
130
Jadi Pasien Nona Alima
131
Investor Baru
132
Kerja Sama Dengan Tuan Yilmaz
133
Siasat Tuan Yilmaz
134
Penjelasan Ozkan
135
Menemui Nona Alima
136
Ke Kingdom Center
137
I'm Jealous
138
Sky Bridge
139
Tidur Berdua
140
Pulang Ketanah Air
141
Sampai Di Rumah
142
Kehebohan Tetanggaku
143
Berkumpul Dengan Ketiga Anakku
144
Syukuran
145
Kekebun Sawit
146
Balas Dendam Dimulai
147
Tamu Tak Diundang
148
Andi Mendekati Anak-anaknya
149
Bicara Empat Mata
150
Ketegasan Untuk Naura
151
Naura Keras Kepala
152
Bertemu Kak Jen
153
Kak Jen Yang Ambil Alih
154
Kembali Lagi Ke Jeddah
155
Hadiah Dari Ummi
156
Ozkan Gugup
157
Melamar
158
Ozkan Belajar Bohong
159
Tuan Malik Ibrahim
160
Nonton Bioskop
161
Permintaan Tersulit Ummi
162
Alima Vs Ummi
163
Ozkan Tertembak
164
Terbang ke Turki
165
Bertahanlah, Please...
166
Ozkan Sadar
167
Di Rumah Tuan Yilmaz
168
Menghadap Ummi
169
Sah!!!
170
Resepsi
171
Hari Pertama Jadi Nyonya Ozkan
172
Resepsi di Turki
173
Honeymoon
174
Positif
175
Mertua Idaman
176
Twins
177
Ngidamnya Aneh
178
Orang Dimasa Lalu Andi
179
Lena
180
Terbongkar
181
Keikhlasan Naura
182
Kebaikan Ummi
183
Kontraksi
184
Twins Baby
185
Mansion dari Tuan Yilmaz
186
Serkan dan Defne
187
Postingan Naura
188
Penyesalan Tiada Guna
189
Model Dadakan
190
Cemburunya Tuan Muda Fadh
191
Anak-Anakku Pulang
192
Wisuda Kelulusan Naura
193
Acara Wisuda Naura
194
Canggungnya Naura dan Emir
195
Keluarga Akmar
196
Naura, Ta'aruf yuk!!
197
Menemui Mikail
198
Pulang Kampung
199
Kembali Lagi ke Jeddah (2)
200
Naura Kuliah
201
Hadiah Untukikail
202
Mikail Lulus TNI
203
Kemarahan Mikail
204
Ketegaran Adam
205
Menolong Andi
206
Hari Pelantikan
207
Rumah Baru
208
Ku Wujudkan Mimpi Ketiga Anakku
209
Ku Usir Kamu Seperti Kamu Dulu Mengusir Kami
210
Sindiran
211
Mikail Kembali Ke Jawa
212
Kejutan dari Twins
213
Kedatangan Dimas
214
Lebaran Pertama Twins di Indonesia
215
Suamiku Cemburu
216
Bertemunya Abang Dengan Andi
217
Nina
218
Janji Kami Untuk Nina
219
Laras Ingin Melihat Rumah Indah
220
Psikoterapi Untuk Nina
221
Ku Bawa Nina Ke Jawa
222
Nina Bertemu Dengan Anak-Anaknya
223
Wisuda Naura
224
Pulang Dari Jawa Tengah
225
Penyakit Bu Mira Makin Parah
226
Suara Merdu Emir
227
Grand Opening Klinik Naura
228
Memarahi Andi
229
Pulang
230
Sampai Di Jeddah
231
Bu Mira Dibawa Ke Palembang
232
Adam Galau
233
Menjawab Pertanyaan Adam
234
Adam Menemui Andi
235
Kecelakaan
236
Darah Untuk Andi
237
Pengumuman Novel Baru
238
Pemakaman
239
Sadarlah Ayah...
240
Sakaratul Maut
241
Pemakaman Kedua
242
Memarahi Naura
243
Kecewa
244
Rembukan Keluarga Pak Hermawan
245
Di Blokir
246
Buah Bibir Orang Sekampung
247
Andi Sadar
248
Khawatirnya Adam
249
Menelpon Nina
250
Rahasia Indah
251
Terbukanya Kelakuan Maria
252
Andi Kembali Koleps
253
Adam Lagi
254
Sakaratul Maut
255
Tolong, Maafkan Ayah Saya
256
Terbang Ke Indonesia
257
Sampai Di Indonesia (Lagi)
258
Aku Memaafkan Mu Andi....
259
Pergilah Dengan Tenang Ayah
260
Pelukan Pertama Pak Hermawan
261
Selamat Jalan Ayah
262
Shock Terapi Untuk Pak Hermawan
263
Support Akmar
264
Acara 3 Hari Andi
265
Akmar Minta Restu
266
Hanya Anak Singkong
267
Kedatangan Emir
268
Pertanyaan Emir
269
Melihat Pekerjaan Naura
270
Emir Pulang
271
Wakaf
272
Memarahi Maria
273
Bagian Maria
274
Bagian pak Hermawan
275
Kata Terakhir Untuk Pak Hermawan
276
Pergilah Kalian Semua
277
Rasa Cinta Kami
278
Sebelum Pulang
279
Sesekali Nakal Tak Apa
280
Menggoda Abang
281
Kembali Menitipkan Anak-Anakku
282
Hampanya Hatiku
283
Kuatkan Aku Ya Rabb
284
Aku Ikhlas Ya Rabb
285
Syukur Ku
286
Jiwaku Makin Tenang
287
Indah Yang Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!