Dengan canggung Indah mulai menyuapkan nasi kemulutnya. Dan Andi memahami itu, di genggamnya tangan Indah untuk menguatkan. Indah hanya tersenyum samar.
Sementara di ruang keluarga Pak Hermawan menegur istrinya.
"Ga boleh gitu buk, hargai tamu kita"
"Ibu ga suka pak sama perempuan itu. Suku dia saja berbeda dengan kita. Bagaimana kita tahu bebet bobotnya"
"Kan kita baru ketemu dengan Indah, jadi kita belum tahu bagaimana sifatnya. Janganlah menjudge orang di awal, kasihan Andi. Harus berapa lama lagi dia melajang. Umurnya sudah pantas untuk berkeluarga"
"Lagian heran aku sama si Andi, dari dulu punya pacar kok orang dusun" Laras menimpali.
"Kita tidak bisa memaksakan Andi harus dekat dengan siapa dan suku apa. Itu adalah haknya. Sebagai orang tua kita hanya mengarahkan yang terbaik" Pak Hermawan menambahkan
"Dan yang terbaik itu yang sukunya sama seperti kita pak" Bu Mira masih ngeyel.
Tak mau ribut, Pak Hermawan diam saja.
Setelah selesai makan, Andi kembali mengajak Indah ke depan. Tapi kali ini tidak untuk duduk bersama keluarganya seperti tadi. Melainkan dia berencana mengajak Indah untuk main ke rumah temannya di lingkungan tempat tinggal mereka.
"Aku mau ajak Indah keliling dulu Pak, biar dia kenal juga sama lingkungan sini"
Pak Hermawan mengangguk. Laras dan ibunya tak bergeming.
Andi mengajak Indah bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangga dan temannya. Rata-rata mereka menggoda Andi. "Calon nih Ndi?" goda mereka. Andi mengaminkan ucapan mereka, sementara Indah tersipu malu.
Selesai dengan silaturahminya, Andi mengajak Indah pulang kerumah.
"Langsung pulang ya kak, aku ga enak di rumah kakak" ujarnya pelan
"Iya" jawab Andi seraya mengelus kepala Indah.
Sesampainya dirumah, Andi segera memanggil orangtua nya dan berpamitan
"Andi anter Indah pulang dulu pak, buk"
Pak Hermawan mengangguk, sementara Bu Mira diam dengan wajah masam.
"Nanti pulang kerumah lagi, atau kamu langsung pulang kerumah kita yang di Merasi?
Merasi adalah nama kecamatan tempat Andi dan Indah tinggal. Mereka tinggal di kecamatan yang sama cuma di desa yang berbeda
"Langsung di Merasi saja pak, lusa kan Andi sudah kerja lagi" jawabnya
Pak Hermawan cuma menganggukkan kepalanya. Lalu Andi dan Indah mencium punggung tangan kedua orang tua itu sebelum mereka naik kemotor.
Laras dan Nani melambaikan tangan mereka yang di balas lambaian juga oleh Indah.
Motor kian menjauh dari rumah orang tua Andi. Di motor Indah diam saja, hal itu mengundang tanya Andi padanya.
"Dari tadi diam saja, kenapa?"
"Ga papa kak"
"Maafin sikap ibu dan mbak Laras ya Ndah, mereka itu sebenarnya baik kok. Tapi ya itu, sama kaya kak Andri mereka over protectif sama cewek-cewek yang dekat dengan kakak"
Indah menganggukkan kepalanya mencoba memahami. Tapi jujur saja, dalam hatinya dia sedih, kesan pertama bertemu calon mertua dan iparnya begitu tidak berkesan. Dia tahu bahwa ibu dan mbak nya Andi tidak menyukainya.
Tapi perasaan itu buru-buru ditepisnya, dia tidak mau gara-gara hal ini hubungan mereka jadi terganggu.
Andi meraih tangan Indah dan menggenggamnya. Jadilah dia membawa motor dengan satu tangan kanan saja.
"Kita harus optimis ya, kita akan hadapi bersama semua ini. Kamu harus tunjukkan pada keluarga ku kalau kamu itu layak menjadi bagian hidup ku" Andi memotivasi Indah.
Indah hanya menjawab dengan gumaman saja.
...+++++++++...
H+3 lebaran, Andi masih santai di rumahnya dengan menonton tivi ketika ada suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Klakson dari mobil memaksanya untuk bangkit dan membukakan pintu.
Benar dugaannya, itu adalah keluarganya yang datang. Orang tuanya, Mbak laras beserta suaminya dan anak mereka, serta Joni dan Nani adiknya. Sementara kakak perempuannya yang pertama berlebaran di rumah mertuanya di Palembang.
Mereka semua masuk ke rumah. Andi segera menggendong keponakannya, Raffa yang baru berumur dua tahun.
Tanpa babibu, Bu Mira langsung pada inti tujuan mereka datang. Selain ingin bersilaturahmi dengan keluarga besar mereka yang ada di Merasi, tujuan lainnya adalah Andi.
"Kamu serius sama Indah?"
Andi spontan menoleh kearah ibunya. Dia tahu arah omongan ibunya. Dia diam saja.
"Ibu ndak suka sama dia Ndi. Lihat saja penampilannya kemarin, biasa saja, tidak ada perhiasan yang menempel di tubuhnya, dan itu lagi, suku dia. Ibu ndak suka itu"
"Cari itu yang sama derajatnya kaya kita, yang sama sukunya kaya kita, dan juga yang selevel sama kita. Dia loh honorer, berapalah gajinya. Jauh banget dengan kamu" Laras menimpali.
Andi menghela nafas dalam, tangannya masih asyik bermain dengan keponakannya.
"Memangnya kalau dia hanya seorang honorer, dan sukunya berbeda sama kita apa salahnya buk?" jawabnya
"Ya salah dong, pokoknya kamu putusin perempuan itu. Kami cari perempuan yang sesuku dengan kita yang sudah jelas bebet bobotnya"
"Buk, kalau tujuan ibuk kesini itu cuma buat ngomongin ini. Andi mohon maaf, Andi tidak bisa mutusin Indah begitu saja buk, Andi sayang sama Indah"
"Halah prett" cibir ibunya.
"Dari dulu tiap punya pacar kok ya orang dusun terus. Ga bosen apa sama orang dusun terus. Cari dong orang J**a" kali ini Joni sang adik menimpali.
Andi meninju lengan adiknya sambil tertawa.
Pak Hermawan dan Bu Mira mulai menasehati Andi. Terutama sang ibu, beliau yang lebih banyak ngomong. Sesekali sang kakak juga menimpali. Andi diam saja mendengarkan nasehat mereka. Sejujurnya dia ingin menyangkal semua tuduhan keluarganya tentang Indah, tapi dia tidak mau di cap anak durhaka karena lebih membela pacarnya ketimbang omongan kedua orang tuanya.
"Pasti dia nanti jadi parasit dalam hidup kamu kalau kalian menikah" Sang ibu kembali menyudutkan Indah.
"Astaghfirullah ibuk. Indah tidak seperti itu buk. Selama pacaran sama Andi sekalipun dia tidak pernah minta dibelikan ini itu" akhirnya Andi menjawab juga saking kesalnya
"Tuh buk, udah berani jawab omongan ibuk dia" Laras mengompori ibunya.
Andi meremas rambutnya dengan kesal. Diberikannya keponakannya pada Kakak iparnya. Dia menunduk menahan amarah yang membuncah dihatinya.
Dia tahu bagaimana Indah, Indah adalah gadis mandiri, dia tidak bergantung pada siapapun. Dan Indah juga gadis yang sangat menjunjung prinsipnya. Walau terkadang dia keras kepala, tetapi hati Indah begitu baik. Dia rela berkorban apapun untuk orang yang disayanginya.
Indah juga gadis yang pintar walau terkadang dia juga berbicara blak-blakan, tapi tindakannya akan membuktikan bahwa tidak ada yang akan memiliki hati yang lebih murah dari pada miliknya.
Andi sangat mengetahui dan mengagumi itu.
"Maaf pak buk, kalau kalian ingin saya memutuskan Indah, saya mohon maaf, itu tidak bisa saya lakukan. Saya tetap akan menikahi Indah walau bapak sama ibu menentangnya"
"Ohh,, mulai berani membantah kamu ya, hebat. Hebat kamu sekarang ya" Bu Mira menjawab dengan menahan emosinya.
"Andi minta maaf buk" jawab Andi sambil berdiri dan beranjak keluar dari rumah.
Notes:
Dusun : sebutan suku yang ada di daerah Sumatera Selatan. Walau ada banyak suku di Sumatera Selatan, tetapi umumnya orang-orang menyebutnya dengan suku Dusun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Nyimas Raudloh
belum apa apa udah banyak duri 😔😔
2022-08-31
1