Cakra merenung di dalam kamarnya menatap foto dirinya dan kedua orangtuanya, tersenyum manis, penuh kebahagiaan terlihat didalam foto tersebut, hatinya sungguh sangat sakit melihatnya, dia langsung berlari keluar dari dalam kamarnya. Cakra jarang sekali pulang kesana, dia tidak ingin mengingat kenangan dirumah tersebut, hatinya sangat hancur bila mengingat kejadian yang sangat kejam tersebut.
Pelayan yang bertugas disana berbaris menundukkan kepalanya saat tuannya hendak keluar. Dengan penuh hormat mereka membukakan pintu untuk tuannya, tidak ada yang berani membuka suara sedikitpun, hanya terdengar langkah kaki laki-laki arogan.
“Dimana Hadi,?” tanya Cakra tanpa menoleh ke arah pelayan rumahnya.
“Sedang memasak tuan, kepala pelayan meminta untuk tinggal sebentar lagi, kepala pelayan ingin memasakkan untuk tuan” ucap salah satu dari mereka tanpa berani mengangkat kepalanya.
Hadi adalah kepala pelayan yang setia kepada keluarganya, Hadi adalah salah satu orang yang sudah dipercaya oleh Cakra. Semenjak ibu dan ayah nya menikah Pak Hadi sudah melayani keluarganya.
“Aku memanggilnya” ucapnya membuat salah satu pelayannya mengangguk dan pergi memanggil kepala pelayan mereka.
“Bubar” ucapnya yang seketika membuat mereka langsung bubar dengan cepat.
Cakra duduk di sofa menunggu kedatangan kepala pelayan, wajahnya terlihat sangat menakutkan dari sebelumnya, dirinya mengingat kembali kedua orangtuanya.
“Maaf tuan, membuat anda menunggu” ucapnya sopan.
“Aku akan melakukannya sekarang.” Ucap Cakra tanpa menoleh sedikitpun ke arah Hadi. Cakra kembali berdiri dan pergi begitu saja.
Saat sudah melihat Cakra pergi dengan cepat dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Asisten Elang.
“Awasi tuan, dia akan melakukan balas dendam, saya sudah tidak bisa menahannya lagi, wajahnya sungguh sangat menakutkan” ucap kepala pelayan, sedari dulu dia dan Elang lah yang selalu membujuk Cakra agar tidak melakukan hal gila tersebut, mereka mengatakan ‘Jika sudah dewasa tuan bisa melakukannya. Tuan masih belum bisa melakukan balas dendam saat umur yang masih sangat mudah, tunggu lah saat hari itu tiba’.
Sejujurnya Pak Hadi dan Elang sangat tidak ingin jika tuannya melakukan hal yang membuat Cakra bisa kehilangan nyawanya. Pak Hadi sangat merasa bersalah kepada Cakra karena saat malam itu dirinya tidak ada di rumah saat kejadian, dia tidak bisa melindungi tuan dan nyonya serta tuan mudahnya.
“Halo Bos, jangan lakukan sekarang, saat ini masih terlalu cepat, Bos juga belum memastikan dengan benar siapa yang membunuh kedua orang tua Bos.” Ucap Elang di sambungan telfon.
“Aku tidak butuh nasihat lagi, dan tidak butuh bantuan kalian, aku sudah tau tanpa menyelidi lagi, aku sudah tidak tahan” ucapnya dingin.
“Orang kita masih menyelidiki Bos, jadi....” ucapnya terhenti oleh Cakra yang berteriak di sana.
“AKU BISA MELAKUKANNYA....!” ucapnya dengan suara agak tinggi, Elang tau bagaimana reaksi wajah Bosnya saat ini, dia melihat ponselnya dan ternyata sudah dimatikan oleh Cakra.
Cakra dengan wajah penuh emosi melajukan mobilnya entah kemana, dirinya hanya bisa menancap gas dengan kecepatan tinggi. Mobilnya berhenti tepat di ruang mewah nan megah, dirinya menurunkan kacanya menatap rumah tersebut dengan mata yang sudah penuh dengan Api kemarahan yang membara.
“Maaf tuan, mobil saya ingin masuk, jadi bisakah anda tidak menghalangi jalan,?” ucap perempuan cantik tersebut.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Cakra menutup kacanya dan melajukan mobilnya lagi. Kaki panjangnya melangkah kedalam perusahaannya, semua orang menunduk saat dia lewat, tidak ada yang bersuara sedikitpun.
Saat sudah sampai dilantai dimana ruangannya berada, dia lebih dulu menatap Elang dengan tatapan mata dingin, tidak ada kehangatan yang terpancar di matanya hanya terlihat kebencian.
“Kenapa tidak memberitahu ku jika dia mempunyai anak,?” ucap Cakra.
“Bukankah saya sudah pernah mengatakannya Bos,?” Saut Elang.
“Lakukan sekarang” ucapnya langsung melangkah pergi, Elang yang mendengar nya mengerti apa yang dimaksud oleh Bosnya, dia hanya bisa pasrah dan melakukannya.
....
Alana dengan wajah sangat ceria memakan cilok, dia sangat menyukainya hingga membeli beberapa porsi, dia makan dengan sangat lahap. Tangan mungilnya mengelus perutnya yang sudah kenyang, saat hendak berdiri tiba-tiba tubuhnya melayang tanda seseorang sedang menggendongnya, mulutnya yang ingin teriak di tutupi menggunakan kain, kesadarannya seketika hilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments