"Oh, jadi ini bocah Asir yang masuk sembarangan ke Perpustakaan Ilmiah itu?" tanya seorang pria berwajah garang yang terlihat galak.
Ats pernah bertemu langsung dengan pria itu sekali. Ia juga sudah sering melihatnya dari jauh. Pria itu adalah salah satu sosok yang paling disegani di Akademi Altair. Namanya Master Khaled, Kepala Dewan Pengasuhan Akademi Altair.
"Itu salahku," bela Profesor Han, "Aku yang menyuruhnya untuk masuk ke Perpustakaan Ilmiah dan malah lupa memberinya kartu identitas."
"Ck, Anda selalu ceroboh seperti biasa," ejek Master Khaled. Usianya jauh lebih muda dari Profesor Han, tapi mereka cukup dekat seperti teman akrab. Profesor Han bilang, ia pernah berada dalam satu regu dengan master itu.
"Aku hanya ingin dia mencari sebuah informasi," sanggah Profesor Han sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Yah, untung saja dia mendapatkannya."
"Informasi apa?" tanya Master Khaled curiga. Sebagai Kepala Dewan Pengasuhan, ia tak bisa membiarkan pelanggaran sekecil apa pun, apalagi kalau sampai ada informasi rahasia akademi yang bocor.
"Informasi level tiga yang seharusnya belum bisa ia dapatkan sekarang, tapi itu bukan informasi yang terlalu dalam dan mendetail," jawab Profesor Han, "Paling tidak, ia sudah tahu dasar-dasar mengenai Departemen Jasus."
"Departemen Jasus, hah?" Master Khaled terlihat kesal. Meski ada senyum aneh di wajah, terlihat jelas urat nadinya yang menegang di pelipis. Tampaknya, keakrabannya dengan Profesor Han cukup unik. "Anda peminta seorang murid akademi tahun pertama untuk mencari informasi seperti itu?"
"Apa masalahnya? Itu masihlah informasi umum level tiga yang bisa diakses oleh para sarjana yang mau mencarinya," balas Profesor Han dengan wajah tak berdosa sama sekali, "Lagi pula, ini bukan kehendakku semata. Anggaplah ini sebagai tes yang memang harus ia lakukan."
"Hais ... tes apanya? Mana mungkin tes Departemen Jasus serendah itu?" protes Master Khaled. Profesor Han pun tertawa kecil, "Siapa yang bilang dia akan masuk ke Departemen Jasus? Aku tak pernah mengatakannya."
"Hmph! Lalu, apa maksud Anda?" Master Khaled menyatukan kedua tangannya di dada dan bersandar pada kursinya yang empuk. Ia menaruh kaki kirinya di atas kaki kanan. Andai tak ada meja yang menutupinya, jelas itu adalah perbuatan tidak sopan di hadapan seorang anggota keluarga kekaisaran.
"Sebenarnya bukannya tidak, tapi belum," lanjut Profesor Han, "Dia harus masuk ke Departemen Jasus suatu hari nanti. Aku berencana—"
"Tunggu, Profesor," Ats pun angkat bicara setelah sekian lama terdiam mendengarkan perdebatan Profesor Han dan Master Khaled, "Saya sama sekali tidak pernah mendengar hal ini. Saya tidak ada niatan untuk masuk ke Departemen Jasus tidak saya kenal dengan baik."
"Aku mengerti," Profesor Han mengerutkan kening, "Kamu mau jadi ilmuan, bukan? Ada satu divisi khusus yang beranggotakan para ilmuan di Departemen Jasus. Aku harap kamu mau belajar di sana."
"Divisi khusus?" informasi itu membuat Ats berpikir ulang. Ia memang bercita-cita untuk bisa menjadi seorang ilmuan di masa depan.
"Hah ... jadi begitu," Master Khaled akhirnya paham, "Apa ini perintah beliau?"
"Hm, begitulah," jawaban Profesor Han membuat Ats kebingungan. Siapakah yang keduanya maksud? Yah, pokoknya, orang itu pasti memiliki kuasa yang tinggi sampai bisa memerintahkan Profesor Han yang independen dan Master Khaled yang sangat disegani.
"Kamu tak perlu risau, Ats," ujar Profesor Han, "Aku yakin kamu akan sangat tertarik nantinya. Divisi khusus itu pasti cocok dengan seorang pemuda cerdas seperti dirimu."
Ats hanya mengedipkan matanya sekali guna merespon kata-kata itu. Ia kembali larut dalam pikirannya sendiri. Setelah mengetahui fakta bahwa Profesor Han adalah salah satu pangeran dari generasi senior, ia merasa harus senantiasa waspada dan berhati-hati.
"Ck, mau bagaimana lagi kalau ini perintah beliau?" Master Khaled berdecak dan mengangkat kedua bahunya, "Meski begitu, kamu harus tetap menjalani tes untuk masuk ke Kelas Zarah. Kamu akan berada di bawah pengawasanku langsung. Pasti kamu punya kemampuan karena beliau yang bertitah. Lagi pula, kamu adalah putra satu-satunya laksamana agung."
"Eh? Kelas Zarah?" Ats terlepas dari lamunannya di tengah kata-kata Master Khaled. Ia pun menoleh pada Profesor Han dengan ekspresi bingung. Hanya dengan melihat mimik wajahnya saja, Profesor Han sudah paham apa yang ingin ia tanyakan. "Kamu harus bisa masuk ke Kelas Zarah untuk melatih neuron zarahmu. Itu akan membantumu melatih kemampuan pengendalian sistem."
"Oh, saya mengerti. Terima kasih atas arahan Anda, Profesor," ucap Ats yang kemudian menghadap pada Master Khaled. Kepala Dewan Pengasuhan itu adalah Master Zarahian terkenal. Ia pun memberinya hormat sebagaimana para praktisi zarahian memberi hormat.
Kedua tangannya disatukan di depan dada dengan salah satunya mengepal. Pandangannya menghadap ke bawah menunjukkan ketundukan dan hormat. Tubuhnya pun dibungkukkan sedikit, lantas berkata, "Atssuria Asir memberi salam kepada Master. Keselamatan ke atas Anda. Mohon bimbingan dan pendidikannya."
"Heh, kamu tahu cara bersalam yang benar, ya," Master Khaled manggut-manggut senang, "Aku tahu bahwa ayahmu adalah master zarahian yang hebat. Beliau pasti sudah mengajarkan banyak hal padamu."
"Saya hanya belajar dasar-dasarnya saja dari ayahanda," balas Ats jujur. Sebenarnya, sebagai anak deri Keluarga Asir, ia pasti dilatih menjadi praktisi zarahian. Entah ia berbakat atau tidak, yang penting ia bisa mempelajari kebajikan dan adab yang terkandung di dalam ilmunya.
Umumnya, itu akan diajari oleh orang tua masing-masing. Akan tetapi, karena Ats menjadi yatim piatu sejak kecil, pendidikan itu diambil alih oleh keluarga neneknya. Kerena itu, ia menjawab hanya belajar dasar-dasarnya dari sang laksamana agung karena ia memang hanya belajar sedikit dari sang ayah.
Di antara para praktisi zarahian, Ats bukanlah sekadar praktisi zarahian pemula. Ia bahkan sudah mencapai tingkat ahli. Hanya saja, ia tak mengujikan kemampuannya itu pada lembaga sensus setempat. Ini adalah tindakannya secara naluri yang terbiasa rendah hati dan enggan menonjolkan diri.
"Itu sudah lebih dari cukup," kata Master Khaled, "Datanglah ke mari nanti sore. Aku akan mengaturkan jadwal untukmu."
"Siap, Guru," Ats mengangguk kecil.
"Kamu bisa keluar sekarang," Master Khaled mempersilakan Ats untuk undur diri, "Masih ada yang ingin kubicarakan dengan Profesor Han."
Ats pun pamit undur diri dan meninggal kediaman Master Khaled dengan helaan napas lega. Rasanya agak sesak di dalam. Berhadapan dengan seorang master itu memanglah berbeda.
***
"Yo, ngapain aja di kediamannya Master Khaled?" tanya Arjuna begitu Ats sampai di asramanya. Pemuda bercelak tebal itu terlihat sedang bermain dengan gawai di tangannya. Bukan bermain gim. Sama sekali bukan. Ia sedang mengerjakan sebuah tugas dari pelajaran di kelas.
"Cuma ngobrol sedikit aja," jawab Ats yang langsung merebahkan tubuhnya di sofa aula asrama yang sedang kosong. Ia pun menatap langit-langit asrama. Warnanya krem dengan sebuah ornamen mandala di tengahnya. Pada pusat mandala itu, tergantung seperangkat lampu kristal yang cantik.
"Yah ... ngobrolin apa?" Arjuna kembali bertanya.
"Profesor Han sama Master Khaled aja kok yang ngobrol," jawab Ats, "Aku cuma ikut ngobrol bentar. Yah, intinya, aku harus masuk ke Kelas Zarah."
"Eh? Curangnya—! Jalur dalam nih," tuding Arjuna. Matanya yang bercelak itu jadi terlihat semakin tajam saat menyipit curiga. Ats pun bangkit duduk dan membantah tuduhan itu, "Mana ada jalur dalam? Aku dipaksa masuk ke kelas itu, tahu? Tesnya juga tetap sama, nggak ada bedanya sama yang lain."
"Hm, masa?" Arjuna tak percaya, tapi terlihat sudah tidak peduli lagi. Toh, kalau sahabatnya itu masuk suatu kelas lewat jalur dalam dengan mudah, malah dia sendiri yang akan rugi. Lagian, Ats memang bukan pembohong.
"Yah, terserah kamu kalau nggak mau percaya," Ats berdiri dari duduknya dan menatap jam di gawai. Ia pun pergi meninggalkan Arjuna yang telah sibuk dengan PR-nya sendiri dan masuk ke kamar.
Ada satu hal yang salah dari jawaban Ats. Tes yang akan ia alami tidaklah sama dengan murid lain pada umumnya. Tes itu akan diadakan esok, bersamaan dengan murid-murid yang lain. Akan tetapi, ia akan mendapat perlakuan yang sedikit berbeda dan spesial, yang jelas tidaklah lebih mudah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments