Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah

"Oh, jadi ini bocah Asir yang masuk sembarangan ke Perpustakaan Ilmiah itu?" tanya seorang pria berwajah garang yang terlihat galak.

Ats pernah bertemu langsung dengan pria itu sekali. Ia juga sudah sering melihatnya dari jauh. Pria itu adalah salah satu sosok yang paling disegani di Akademi Altair. Namanya Master Khaled, Kepala Dewan Pengasuhan Akademi Altair.

"Itu salahku," bela Profesor Han, "Aku yang menyuruhnya untuk masuk ke Perpustakaan Ilmiah dan malah lupa memberinya kartu identitas."

"Ck, Anda selalu ceroboh seperti biasa," ejek Master Khaled. Usianya jauh lebih muda dari Profesor Han, tapi mereka cukup dekat seperti teman akrab. Profesor Han bilang, ia pernah berada dalam satu regu dengan master itu.

"Aku hanya ingin dia mencari sebuah informasi," sanggah Profesor Han sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Yah, untung saja dia mendapatkannya."

"Informasi apa?" tanya Master Khaled curiga. Sebagai Kepala Dewan Pengasuhan, ia tak bisa membiarkan pelanggaran sekecil apa pun, apalagi kalau sampai ada informasi rahasia akademi yang bocor.

"Informasi level tiga yang seharusnya belum bisa ia dapatkan sekarang, tapi itu bukan informasi yang terlalu dalam dan mendetail," jawab Profesor Han, "Paling tidak, ia sudah tahu dasar-dasar mengenai Departemen Jasus."

"Departemen Jasus, hah?" Master Khaled terlihat kesal. Meski ada senyum aneh di wajah, terlihat jelas urat nadinya yang menegang di pelipis. Tampaknya, keakrabannya dengan Profesor Han cukup unik. "Anda peminta seorang murid akademi tahun pertama untuk mencari informasi seperti itu?"

"Apa masalahnya? Itu masihlah informasi umum level tiga yang bisa diakses oleh para sarjana yang mau mencarinya," balas Profesor Han dengan wajah tak berdosa sama sekali, "Lagi pula, ini bukan kehendakku semata. Anggaplah ini sebagai tes yang memang harus ia lakukan."

"Hais ... tes apanya? Mana mungkin tes Departemen Jasus serendah itu?" protes Master Khaled. Profesor Han pun tertawa kecil, "Siapa yang bilang dia akan masuk ke Departemen Jasus? Aku tak pernah mengatakannya."

"Hmph! Lalu, apa maksud Anda?" Master Khaled menyatukan kedua tangannya di dada dan bersandar pada kursinya yang empuk. Ia menaruh kaki kirinya di atas kaki kanan. Andai tak ada meja yang menutupinya, jelas itu adalah perbuatan tidak sopan di hadapan seorang anggota keluarga kekaisaran.

"Sebenarnya bukannya tidak, tapi belum," lanjut Profesor Han, "Dia harus masuk ke Departemen Jasus suatu hari nanti. Aku berencana—"

"Tunggu, Profesor," Ats pun angkat bicara setelah sekian lama terdiam mendengarkan perdebatan Profesor Han dan Master Khaled, "Saya sama sekali tidak pernah mendengar hal ini. Saya tidak ada niatan untuk masuk ke Departemen Jasus tidak saya kenal dengan baik."

"Aku mengerti," Profesor Han mengerutkan kening, "Kamu mau jadi ilmuan, bukan? Ada satu divisi khusus yang beranggotakan para ilmuan di Departemen Jasus. Aku harap kamu mau belajar di sana."

"Divisi khusus?" informasi itu membuat Ats berpikir ulang. Ia memang bercita-cita untuk bisa menjadi seorang ilmuan di masa depan.

"Hah ... jadi begitu," Master Khaled akhirnya paham, "Apa ini perintah beliau?"

"Hm, begitulah," jawaban Profesor Han membuat Ats kebingungan. Siapakah yang keduanya maksud? Yah, pokoknya, orang itu pasti memiliki kuasa yang tinggi sampai bisa memerintahkan Profesor Han yang independen dan Master Khaled yang sangat disegani.

"Kamu tak perlu risau, Ats," ujar Profesor Han, "Aku yakin kamu akan sangat tertarik nantinya. Divisi khusus itu pasti cocok dengan seorang pemuda cerdas seperti dirimu."

Ats hanya mengedipkan matanya sekali guna merespon kata-kata itu. Ia kembali larut dalam pikirannya sendiri. Setelah mengetahui fakta bahwa Profesor Han adalah salah satu pangeran dari generasi senior, ia merasa harus senantiasa waspada dan berhati-hati.

"Ck, mau bagaimana lagi kalau ini perintah beliau?" Master Khaled berdecak dan mengangkat kedua bahunya, "Meski begitu, kamu harus tetap menjalani tes untuk masuk ke Kelas Zarah. Kamu akan berada di bawah pengawasanku langsung. Pasti kamu punya kemampuan karena beliau yang bertitah. Lagi pula, kamu adalah putra satu-satunya laksamana agung."

"Eh? Kelas Zarah?" Ats terlepas dari lamunannya di tengah kata-kata Master Khaled. Ia pun menoleh pada Profesor Han dengan ekspresi bingung. Hanya dengan melihat mimik wajahnya saja, Profesor Han sudah paham apa yang ingin ia tanyakan. "Kamu harus bisa masuk ke Kelas Zarah untuk melatih neuron zarahmu. Itu akan membantumu melatih kemampuan pengendalian sistem."

"Oh, saya mengerti. Terima kasih atas arahan Anda, Profesor," ucap Ats yang kemudian menghadap pada Master Khaled. Kepala Dewan Pengasuhan itu adalah Master Zarahian terkenal. Ia pun memberinya hormat sebagaimana para praktisi zarahian memberi hormat.

Kedua tangannya disatukan di depan dada dengan salah satunya mengepal. Pandangannya menghadap ke bawah menunjukkan ketundukan dan hormat. Tubuhnya pun dibungkukkan sedikit, lantas berkata, "Atssuria Asir memberi salam kepada Master. Keselamatan ke atas Anda. Mohon bimbingan dan pendidikannya."

"Heh, kamu tahu cara bersalam yang benar, ya," Master Khaled manggut-manggut senang, "Aku tahu bahwa ayahmu adalah master zarahian yang hebat. Beliau pasti sudah mengajarkan banyak hal padamu."

"Saya hanya belajar dasar-dasarnya saja dari ayahanda," balas Ats jujur. Sebenarnya, sebagai anak deri Keluarga Asir, ia pasti dilatih menjadi praktisi zarahian. Entah ia berbakat atau tidak, yang penting ia bisa mempelajari kebajikan dan adab yang terkandung di dalam ilmunya.

Umumnya, itu akan diajari oleh orang tua masing-masing. Akan tetapi, karena Ats menjadi yatim piatu sejak kecil, pendidikan itu diambil alih oleh keluarga neneknya. Kerena itu, ia menjawab hanya belajar dasar-dasarnya dari sang laksamana agung karena ia memang hanya belajar sedikit dari sang ayah.

Di antara para praktisi zarahian, Ats bukanlah sekadar praktisi zarahian pemula. Ia bahkan sudah mencapai tingkat ahli. Hanya saja, ia tak mengujikan kemampuannya itu pada lembaga sensus setempat. Ini adalah tindakannya secara naluri yang terbiasa rendah hati dan enggan menonjolkan diri.

"Itu sudah lebih dari cukup," kata Master Khaled, "Datanglah ke mari nanti sore. Aku akan mengaturkan jadwal untukmu."

"Siap, Guru," Ats mengangguk kecil.

"Kamu bisa keluar sekarang," Master Khaled mempersilakan Ats untuk undur diri, "Masih ada yang ingin kubicarakan dengan Profesor Han."

Ats pun pamit undur diri dan meninggal kediaman Master Khaled dengan helaan napas lega. Rasanya agak sesak di dalam. Berhadapan dengan seorang master itu memanglah berbeda.

***

"Yo, ngapain aja di kediamannya Master Khaled?" tanya Arjuna begitu Ats sampai di asramanya. Pemuda bercelak tebal itu terlihat sedang bermain dengan gawai di tangannya. Bukan bermain gim. Sama sekali bukan. Ia sedang mengerjakan sebuah tugas dari pelajaran di kelas.

"Cuma ngobrol sedikit aja," jawab Ats yang langsung merebahkan tubuhnya di sofa aula asrama yang sedang kosong. Ia pun menatap langit-langit asrama. Warnanya krem dengan sebuah ornamen mandala di tengahnya. Pada pusat mandala itu, tergantung seperangkat lampu kristal yang cantik.

"Yah ... ngobrolin apa?" Arjuna kembali bertanya.

"Profesor Han sama Master Khaled aja kok yang ngobrol," jawab Ats, "Aku cuma ikut ngobrol bentar. Yah, intinya, aku harus masuk ke Kelas Zarah."

"Eh? Curangnya—! Jalur dalam nih," tuding Arjuna. Matanya yang bercelak itu jadi terlihat semakin tajam saat menyipit curiga. Ats pun bangkit duduk dan membantah tuduhan itu, "Mana ada jalur dalam? Aku dipaksa masuk ke kelas itu, tahu? Tesnya juga tetap sama, nggak ada bedanya sama yang lain."

"Hm, masa?" Arjuna tak percaya, tapi terlihat sudah tidak peduli lagi. Toh, kalau sahabatnya itu masuk suatu kelas lewat jalur dalam dengan mudah, malah dia sendiri yang akan rugi. Lagian, Ats memang bukan pembohong.

"Yah, terserah kamu kalau nggak mau percaya," Ats berdiri dari duduknya dan menatap jam di gawai. Ia pun pergi meninggalkan Arjuna yang telah sibuk dengan PR-nya sendiri dan masuk ke kamar.

Ada satu hal yang salah dari jawaban Ats. Tes yang akan ia alami tidaklah sama dengan murid lain pada umumnya. Tes itu akan diadakan esok, bersamaan dengan murid-murid yang lain. Akan tetapi, ia akan mendapat perlakuan yang sedikit berbeda dan spesial, yang jelas tidaklah lebih mudah.

Episodes
1 Bab 001: Proyek yang Gagal
2 Bab 002: Arselan
3 Bab 003: Spesialisasi Arselan
4 Bab 004: Izin Khusus
5 Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi
6 Bab 006: Sistem Itu Berbahaya!
7 Bab 007: Anak Dari Keluarga Asir
8 Bab 008: Anggota Keluarga Kekaisaran!?
9 Bab 009: Jatuh Lagi
10 Bab 010: Suara Gadis Kecil Itu
11 Bab 011: Keegoisan Sang Pangeran
12 Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah
13 Bab 013: Ekspresif
14 Bab 014: Ujian dari Master Khaled
15 Bab 015: Teknik Zarahian
16 Bab 016: Rekomendasi Kelas
17 Bab 017: Orientasi Politik Magister Snoug
18 Bab 018: Tur Ibu Kota
19 Bab 019: Tekad Sang Ilmuwan
20 Bab 020: Anak Berbakat
21 Bab 021: Tugas Keseharian
22 Bab 022: Kelas Sejarah
23 Bab 023: Murid Payah yang Mencurigakan
24 Bab 024: Kelas Zarah
25 Bab 025: Praktisi Ahli
26 Bab 026: Suara Dalam Mimpi
27 Bab 027: Perasaan Gundah Dalam Hati
28 Bab 028: Tragedi Sepuluh Tahun Lalu
29 Bab 029: Kelas Kepemimpinan
30 Bab 030: Uji Coba yang Terlalu Mulus
31 Bab 031: Situasi Tak Terduga
32 Bab 032: Benang Kuantum
33 Bab 033: Dokter Razana Asir
34 Bab 034: Panggilan dari Profesor Han
35 Bab 035: Jaga Kesehatanmu dengan Baik
36 Bab 036: Obrolan dengan Iskandar
37 Bab 037: Pembicaraan Rahasia
38 Bab 038: Lelah
39 Bab 039: Peternakan
40 Bab 040: Bukan Soal Apa yang Kamu Gunakan
41 Bab 041: Guru Baru?
42 Bab 042: Pertandingan dengan Arka
43 Bab 043: Penolakan
44 Bab 044: Pemuda Sok Akrab
45 Bab 045: Tim dari Akademi Neo-Altair
46 Bab 046: Penguntit Menyebalkan
47 Bab 047: Sang Nenek
48 Bab 048: Janji
49 Bab 049: Bukan Bocah yang Istimewa
50 Bab 050: Bukit Belakang
51 Bab 051: Di Balik Jurang
52 Bab 052: Anasiya Zivana
53 Bab 053: Kunjungan dari Awan Putih
54 Bab 054: Penolakan Tegas
55 Bab 055: Panggilan Darurat
56 Bab 056: Ikatan Rahim
57 Bab 057: Izin
58 Bab 058: Pergi
59 Bab 059: Perasaan dalam Hati
60 Bab 060: Melihat Jurang
61 Bab 061: Surat dan Pesan
62 Bab 062: Kembali ke Ibu Kota
63 Bab 063: Tuan Muda Asir
64 Bab 064: Sampai di Akademi
65 Bab 065: OSIS
66 Bab 066: Pendaftaran OSIS
67 Bab 067: Seleksi
68 Bab 068: Nama yang Hilang
69 Bab 069: Yang Baru
70 Bab 070: Kesibukan Mereka
71 Bab 071: Persiapan Festival
72 Bab 072: Area Virtual
73 Bab 073: Arena Dimulai
74 Bab 074: Arena Pertama
75 Bab 075: Tidak, Kita Menang
76 Bab 076: Analisis Data Pertempuran
77 Bab 077: Semifinal Arena
78 Bab 078: Pembalasan Kilat
79 Bab 079: Kehebatan Solar
80 Bab 080: Arena Finaaal!!!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 001: Proyek yang Gagal
2
Bab 002: Arselan
3
Bab 003: Spesialisasi Arselan
4
Bab 004: Izin Khusus
5
Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi
6
Bab 006: Sistem Itu Berbahaya!
7
Bab 007: Anak Dari Keluarga Asir
8
Bab 008: Anggota Keluarga Kekaisaran!?
9
Bab 009: Jatuh Lagi
10
Bab 010: Suara Gadis Kecil Itu
11
Bab 011: Keegoisan Sang Pangeran
12
Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah
13
Bab 013: Ekspresif
14
Bab 014: Ujian dari Master Khaled
15
Bab 015: Teknik Zarahian
16
Bab 016: Rekomendasi Kelas
17
Bab 017: Orientasi Politik Magister Snoug
18
Bab 018: Tur Ibu Kota
19
Bab 019: Tekad Sang Ilmuwan
20
Bab 020: Anak Berbakat
21
Bab 021: Tugas Keseharian
22
Bab 022: Kelas Sejarah
23
Bab 023: Murid Payah yang Mencurigakan
24
Bab 024: Kelas Zarah
25
Bab 025: Praktisi Ahli
26
Bab 026: Suara Dalam Mimpi
27
Bab 027: Perasaan Gundah Dalam Hati
28
Bab 028: Tragedi Sepuluh Tahun Lalu
29
Bab 029: Kelas Kepemimpinan
30
Bab 030: Uji Coba yang Terlalu Mulus
31
Bab 031: Situasi Tak Terduga
32
Bab 032: Benang Kuantum
33
Bab 033: Dokter Razana Asir
34
Bab 034: Panggilan dari Profesor Han
35
Bab 035: Jaga Kesehatanmu dengan Baik
36
Bab 036: Obrolan dengan Iskandar
37
Bab 037: Pembicaraan Rahasia
38
Bab 038: Lelah
39
Bab 039: Peternakan
40
Bab 040: Bukan Soal Apa yang Kamu Gunakan
41
Bab 041: Guru Baru?
42
Bab 042: Pertandingan dengan Arka
43
Bab 043: Penolakan
44
Bab 044: Pemuda Sok Akrab
45
Bab 045: Tim dari Akademi Neo-Altair
46
Bab 046: Penguntit Menyebalkan
47
Bab 047: Sang Nenek
48
Bab 048: Janji
49
Bab 049: Bukan Bocah yang Istimewa
50
Bab 050: Bukit Belakang
51
Bab 051: Di Balik Jurang
52
Bab 052: Anasiya Zivana
53
Bab 053: Kunjungan dari Awan Putih
54
Bab 054: Penolakan Tegas
55
Bab 055: Panggilan Darurat
56
Bab 056: Ikatan Rahim
57
Bab 057: Izin
58
Bab 058: Pergi
59
Bab 059: Perasaan dalam Hati
60
Bab 060: Melihat Jurang
61
Bab 061: Surat dan Pesan
62
Bab 062: Kembali ke Ibu Kota
63
Bab 063: Tuan Muda Asir
64
Bab 064: Sampai di Akademi
65
Bab 065: OSIS
66
Bab 066: Pendaftaran OSIS
67
Bab 067: Seleksi
68
Bab 068: Nama yang Hilang
69
Bab 069: Yang Baru
70
Bab 070: Kesibukan Mereka
71
Bab 071: Persiapan Festival
72
Bab 072: Area Virtual
73
Bab 073: Arena Dimulai
74
Bab 074: Arena Pertama
75
Bab 075: Tidak, Kita Menang
76
Bab 076: Analisis Data Pertempuran
77
Bab 077: Semifinal Arena
78
Bab 078: Pembalasan Kilat
79
Bab 079: Kehebatan Solar
80
Bab 080: Arena Finaaal!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!