Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi

Lebih dari seabad yang lalu, Klan Vyro dari Kaum Elemental mulai menajamkan taringnya. Mereka mengembangkan sebuah proyek gila yang sangat berbahaya. Dengan proyek itu, mereka dapat meluluhlantakkan klan-klan lain di sekitarnya.

Pada saat itu, sebagian besar Klan Zarah dari Kaum Aklali juga masih tinggal di permukaan bumi. Mereka sedang memulai pengembangan teknologi mutakhir yang memungkinkan dirinya untuk menjelajahi langit, tidak hanya dengan satu tim kecil, tapi dengan seluruh Klan Zarah di dalamnya.

Kondisi geopolitik yang sangat panas karena ulah Klan Vyro saat itu membuat Klan Zarah di bawah kepemimpinan Kekaisaran Altair mempercepat penelitian mereka. Sembari menunggu, Kekaisaran Altair aktif di kancah internasional untuk mencegah konflik yang lebih berbahaya.

Sayang, sungguh disayang. Klan Vyro benar-benar serakah. Mereka mulai menginvasi negeri-negeri di sekitarnya demi mewujudkan dominasi mereka. Aliansi besar yang terdiri dari Kaum Elemental pun didirikan untuk melawan mereka.

Meskipun Kekaisaran Altair tidak tergabung secara langsung dengan aliansi itu, mereka cukup erat menjalin komunikasi dengan para pemimpinnya. Hal itu membuat Klan Vyro awas dan mengecam tindakan Klan Zarah. Mereka takut kekaisaran sebesar Altair akan bergabung ke dalam aliansi yang tidak sekaum dengannya. Hal itu akan sangat mengancam eksistensi Klan Vyro.

Karena ketakutan itu, Klan Vyro melakukan langkah yanng ceroboh. Mereka meluncurkan puluhan hulu ledak nuklir untuk menghancurkan seluruh benua tempat tinggal Klan Zarah sekaligus. Ada yang bilang bahkan sampai ratusan hulu ledak nuklir diluncurkan. Karena peristiwa itu, klan-klan dari Kaum Aklali pun merasa terancam dan ikut terseret ke dalam perang dunia. Mereka tidak terima dengan tindakan semena-mena dari klan dari Kaum Elemental itu.

"Begitulah awal mula terjadinya perang dunia terakhir antar klan," Profesor Surya menepuk tangannya sekali. Tepukannya terdengar sangat keras sampai membuat murid yang terkantuk-kantuk tersentak. "Semuanya berawal dari hancurnya benua tempat klan kita tinggal."

"Apa karena itu kita hidup di dirgantara sekarang?" seorang siswi mengangkat tangannya, "Bagaimana para leluhur menghindari puluhan hulu ledak nuklir yang menghancurkan benua kala itu?"

"Aku baru akan menjelaskannya. Buka halaman 457," kata profesor ahli sejarah itu sambil menggeser halaman di gawai tipisnya. Layar pada papan tulis digital di depan kelas pun berganti, "Kalian akan melihat bagaimana kita bisa selamat di halaman itu."

Kaisar Altair yang berkuasa saat itu memprediksi bahwa perang yang mungkin terjadi akan sangat berbahaya dan berpotensi meruntuhkan teknologi yang telah susah payah mereka kembangkan. Ia memutuskan untuk tidak terlibat perang. Mereka pun membuat skema "Menghilang dari Muka Bumi" dengan berbagai pertimbangan. Saat Klan Vyro meluncurkan puluhan hulu ledak nuklirnya ke Benua Altair, kekaisaran langsung mengaktifkan tabir benua guna menahan ledakannya untuk sementara.

Dalam waktu singkat yang tersisa, semua lempeng dan pasak bumi artifisial dilepas. Ini adalah langkah pertama untuk menerbangkan seluruh Klan Zarah ke langit. Para pemimpin Klan Zarah pun mengaktifkan peluncuran mereka ke langit bersamaan.

Lompatan besar terjadi pada benua. Dalam sekejap, seluruh permukaan Benua Altair menghilang dari bumi, menyisakan lapisan di bawah lempeng artifisial. Saat itulah tabir benua hancur. Nuklir-nuklir yang diluncurkan oleh Klan Vyro berjatuhan ke tanah yang tersisa. Akibatnya, tampak seolah Benua Altair telah lenyap total.

Kehancuran itu sangat menggemparkan dunia. Klan Vyro sendiri juga tidak menyangka bahwa senjatanya akan semengerikan itu. Namun, peristiwa itu membuat Klan Vyro semakin digdaya.

"Itulah yang orang-orang permukaan ketahui," Profesor Surya mengetukkan penanya di meja. Sekejap kemudian, meja anak-anak di kelas berdenting. Anak-anak yang tidur pun kembali terbangun. "Klan Zarah sudah musnah. Zarahian telah punah. Mereka sudah tidak ada lagi. Belakangan ini, generasi baru mereka bahkan tidak percaya dengan eksistensi Klan Zarah yang familiar dengan kekuatan partikelnya. Mereka menganggap kita seperti Klan Peri dari Kaum Elemental yang umumnya dianggap fiksi."

"Kenapa begitu?" kali ini, seorang bocah berkaca mata yang bertanya, "Apa sejarah kita dihapuskan oleh sebagian oknum mereka?"

"Bukan," Profesor Surya menggeleng, "Kita sendirilah yang menghapus sejarah itu dari mereka. Keluarga kekasiaran yang tinggal di bumi mengemban tugas untuk menjalankan penghapusan itu."

"Buat apa kita menutupi sejarah dari mereka?" tanya anak rajin yang duduk di meja paling depan, "Bukannya kita harus menjalin hubungan dengan mereka?"

"Simpel saja," Profesor Surya menggeser papan tulis digital di depan kelas. Halaman baru yang bersih dari coret-coretan pun muncul. Di halaman yang baru itu, Profesor Surya menulis besar-besar dua buah kata.

"Pertumpahan Darah."

"Dengan eksplorasi kita yang maju, Klan Zarah tidak perlu terlalu bergantung pada klan-klan lain," Profesor Surya melingkari kata-kata yang ditulisnya dengan lingkaran besar. Ia tak perlu menjabarkan maksud dari tulisannya. Murid-murid akademi yang cerdas pasti bisa mengerti dengan mudah, "Namun, kita juga tetap menjalin kerja sama dengan sebagian dari mereka melalui mekanisme yang rumit. Kalian akan mempelajarinya di Kelas Hubungan Internasional nantinya. Itu kalau kalian mengambilnya."

"Profesor, kalau alasannya berhubungan dengan pertumpahan darah," seorang murid bermata malas ingin mengkritik, "Bukankah berarti kita adalah klan yanng pengecut? Apa militer kita sangat lemah sampai harus bersembunyi demi kedamaian?"

"Tidak, kita sama sekali tidak lemah," Profesor Surya menatap si mata malas itu dengan tatapan yang dingin, "Bisa dibilang, kita adalah salah satu klan terkuat sejak dulu. Hanya saja, kita tidak perlu berambisi untuk menguasai klan lain, 'kan? Kalau kita bisa hidup dengan damai, buat apa kita berkonflik dengan mereka?"

Diskusi di kelas terus bergulir. Profesor Surya telah sukses memancing murid-muridnya untuk aktif bertanya. Ia dicecar dengan banyak pertanyaan kritis dari anak-anak di kelas ini sampai waktu pelajaran pun berlalu tanpa terasa.

"Baiklah," Profesor Surya bertepuk tangan sekali, "Kelas kita hampir usai. Cukup dulu untuk diskusi hari ini. Silakan cek laman pesan kalian. Aku sudah mengirimkan tugas di sana."

Sebagian murid langsung mengecek gawainya. Benar saja. Sebuah tugas baru telah diberikan kepada mereka. Saat file tugas itu dibuka, mata mereka langsung terbelalak. "Profesor, ini ...."

"Jika Kalian tidak menyelesaikannya tepat waktu, Kalian tidak akan boleh masuk ke kelasku Minggu depan," sela Profesor Surya yang kemudian melirik salah seorang murid yang mengulang kelas, "Kalian pasti tahu risikonya, bukan?"

"Tapi, Profe ...," sebelum seorang murid selesai mengajukan negosiasi, Profesor Surya kembali memotongnya, "Saya tidak menerima penolakan. Jika Kalian ingin mengulang kelas, lakukan sesuka Kalian. Oh, apa mungkin Kamu ingin meminta tugas tambahan?"

Pertanyaan terakhir sang profesor disambut hening oleh para murid yang kompak menggeleng. Tak ada orang yang terlampau rajin untuk membuat resensi seluruh bab hari ini ditambah dengan analisis akademisnya. Membaca buku sejarah yang tebal itu saja sudah membuat mereka kewalahan. Apalagi menyalin setiap babnya.

Penyalinan bab mungkin bisa dimanipulasi dengan berbagai trik, tapi analisis akademis butuh buah pikir sendiri untuk melakukannya. Profesor Surya sangat teliti. Ia tidak sungkan membaca seluruh tugas muridnya yang ia minta. Nol besar akan muncul di laman anak-anak yang ketahuan saling menyalin jawaban.

Arjuna menghela napas lega saat Profesor Surya keluar dari ruang kelas. Rasanya seperti ada sebuah tekanan yang diangkat. Rasa kantuknya pun hilang seketika.

Itu benar-benar aneh. Pemuda bercelak itu mulai mengantuk saat profesor datang dan memberi salam. Apa lagi saat di tengah pelajaran. Cara Profesor Surya menyampaikan sejarah sudah seperti dongeng pengantar tidur saking uniknya. Saat tersadar dari kantuk itu, pelajaran telah selesai dan setumpuk tugas pun diberikan bagai gunung yang mencuat ke permukaan tiba-tiba.

"Kamu terlalu hiperbolis, Jun. Jangan banyak dipikir beban," ucap Ats sambil merapikan alat belajarnya. Pelajaran hari ini telah berakhir. Ia ingin segera kembali ke asrama dan mengetes kemampuan Arselan.

"Bukannya dipikir beban, tapi kan memang beban," keluh Arjuna bersikukuh, "Kamu mah enak. Sudah terbiasa nulis dari dulu. "

"Yah, itu kan investasi 'kecil' buat masa depan. Nggak masalah dong. Makanya aku mau masuk Kelas Penelitian Ilmiah," balas Ats. Di Akademi Altair, ada berbagai macam kelas tambahan yang konsisten dijalankan oleh para guru berkompeten. Para murid dapat memasuki kelas apa saja selama dapat mengatur waktu dengan baik.

"Kelas Penelitian Ilmiah, ya?" Arjuna jadi memikirkan kelas-kelas tambahan itu. Seingatnya, ia belum memilih satu pun kelas tambahan, "Aku mau ambil Kelas Menembak deh. Kayaknya bakal seru."

"Nggak sekalian Kelas Reserse," canda Ats, "Kamu suka main jadi detektif kan dulu. Barangkali kamu bisa beneran jadi detektif kalau masuk ke sana."

"Hm, boleh juga, tapi ...," Arjuna mengangguk. Ia membuka gawai di mejanya. Terdapat profil mengenai kelas-kelas tambahan di sana. Matanya yang bercelak menilik dengan jeli ke kelas yang dimaksud. "Agak sulit sih masuknya. Dari sekian banyak pendaftar, nggak lebih dari sepuluh persen yang lulus tes awal."

"Dicoba aja dulu," Ats menyemangati, "Barangkali keterima."

"Iya sih," Arjuna kembali mengangguk.

***

"Itu anak yang Kamu bilang?" tanya seorang pria berkumis panjang yang duduk di sebelah Profesor Han. Ini menatap foto Ats yang terdapat pada layar gawainya dan mengangguk takzim.

"Benar, aku tidak menyangka dia bisa menanggung beban sistem di kepalanya," Profesor Han menenggak secangkir kopi panas. Asap tipis masih mengepul dari minumannya. Ia pun hanya bisa menyeruput sedikit lalu meletakkannya lagi. "Aku akan sangat terbantu kalau Kamu mau ikut membimbingnya, Magister Snoug."

"Tentu saja, dia sungguh anak yang manarik," Magister Snoug memilin-milin kumis panjangnya, "Driver berlatar belakang militer saja tidak bisa menanggungnya. Ini kesempatan langka. Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini."

"Aku sangat berterima kasih," Profesor Han menyungging senyum yang teduh. Ia harus fokus menyesuaikan sistem Arselan dan menyempurnakannya. Lagi pula, masih ada proyek lain yang sedang dipegangnya.

"Profesor Han tenang saja," Magister Snoug menepuk pundak sahabatnya, "Aku akan membimbingnya dengan sepenuh hati."

Magister Snoug pun pamit undur diri. Ia tersenyum senang begitu keluar dari kediaman Profesor Han. Bersamaan dengan kepergiannya, datang seorang pemuda bermata merah yang menatap dirinya dengan dingin. Melihat itu, Magister Snoug hanya membalasnya dengan seulas senyum ramah.

Episodes
1 Bab 001: Proyek yang Gagal
2 Bab 002: Arselan
3 Bab 003: Spesialisasi Arselan
4 Bab 004: Izin Khusus
5 Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi
6 Bab 006: Sistem Itu Berbahaya!
7 Bab 007: Anak Dari Keluarga Asir
8 Bab 008: Anggota Keluarga Kekaisaran!?
9 Bab 009: Jatuh Lagi
10 Bab 010: Suara Gadis Kecil Itu
11 Bab 011: Keegoisan Sang Pangeran
12 Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah
13 Bab 013: Ekspresif
14 Bab 014: Ujian dari Master Khaled
15 Bab 015: Teknik Zarahian
16 Bab 016: Rekomendasi Kelas
17 Bab 017: Orientasi Politik Magister Snoug
18 Bab 018: Tur Ibu Kota
19 Bab 019: Tekad Sang Ilmuwan
20 Bab 020: Anak Berbakat
21 Bab 021: Tugas Keseharian
22 Bab 022: Kelas Sejarah
23 Bab 023: Murid Payah yang Mencurigakan
24 Bab 024: Kelas Zarah
25 Bab 025: Praktisi Ahli
26 Bab 026: Suara Dalam Mimpi
27 Bab 027: Perasaan Gundah Dalam Hati
28 Bab 028: Tragedi Sepuluh Tahun Lalu
29 Bab 029: Kelas Kepemimpinan
30 Bab 030: Uji Coba yang Terlalu Mulus
31 Bab 031: Situasi Tak Terduga
32 Bab 032: Benang Kuantum
33 Bab 033: Dokter Razana Asir
34 Bab 034: Panggilan dari Profesor Han
35 Bab 035: Jaga Kesehatanmu dengan Baik
36 Bab 036: Obrolan dengan Iskandar
37 Bab 037: Pembicaraan Rahasia
38 Bab 038: Lelah
39 Bab 039: Peternakan
40 Bab 040: Bukan Soal Apa yang Kamu Gunakan
41 Bab 041: Guru Baru?
42 Bab 042: Pertandingan dengan Arka
43 Bab 043: Penolakan
44 Bab 044: Pemuda Sok Akrab
45 Bab 045: Tim dari Akademi Neo-Altair
46 Bab 046: Penguntit Menyebalkan
47 Bab 047: Sang Nenek
48 Bab 048: Janji
49 Bab 049: Bukan Bocah yang Istimewa
50 Bab 050: Bukit Belakang
51 Bab 051: Di Balik Jurang
52 Bab 052: Anasiya Zivana
53 Bab 053: Kunjungan dari Awan Putih
54 Bab 054: Penolakan Tegas
55 Bab 055: Panggilan Darurat
56 Bab 056: Ikatan Rahim
57 Bab 057: Izin
58 Bab 058: Pergi
59 Bab 059: Perasaan dalam Hati
60 Bab 060: Melihat Jurang
61 Bab 061: Surat dan Pesan
62 Bab 062: Kembali ke Ibu Kota
63 Bab 063: Tuan Muda Asir
64 Bab 064: Sampai di Akademi
65 Bab 065: OSIS
66 Bab 066: Pendaftaran OSIS
67 Bab 067: Seleksi
68 Bab 068: Nama yang Hilang
69 Bab 069: Yang Baru
70 Bab 070: Kesibukan Mereka
71 Bab 071: Persiapan Festival
72 Bab 072: Area Virtual
73 Bab 073: Arena Dimulai
74 Bab 074: Arena Pertama
75 Bab 075: Tidak, Kita Menang
76 Bab 076: Analisis Data Pertempuran
77 Bab 077: Semifinal Arena
78 Bab 078: Pembalasan Kilat
79 Bab 079: Kehebatan Solar
80 Bab 080: Arena Finaaal!!!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 001: Proyek yang Gagal
2
Bab 002: Arselan
3
Bab 003: Spesialisasi Arselan
4
Bab 004: Izin Khusus
5
Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi
6
Bab 006: Sistem Itu Berbahaya!
7
Bab 007: Anak Dari Keluarga Asir
8
Bab 008: Anggota Keluarga Kekaisaran!?
9
Bab 009: Jatuh Lagi
10
Bab 010: Suara Gadis Kecil Itu
11
Bab 011: Keegoisan Sang Pangeran
12
Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah
13
Bab 013: Ekspresif
14
Bab 014: Ujian dari Master Khaled
15
Bab 015: Teknik Zarahian
16
Bab 016: Rekomendasi Kelas
17
Bab 017: Orientasi Politik Magister Snoug
18
Bab 018: Tur Ibu Kota
19
Bab 019: Tekad Sang Ilmuwan
20
Bab 020: Anak Berbakat
21
Bab 021: Tugas Keseharian
22
Bab 022: Kelas Sejarah
23
Bab 023: Murid Payah yang Mencurigakan
24
Bab 024: Kelas Zarah
25
Bab 025: Praktisi Ahli
26
Bab 026: Suara Dalam Mimpi
27
Bab 027: Perasaan Gundah Dalam Hati
28
Bab 028: Tragedi Sepuluh Tahun Lalu
29
Bab 029: Kelas Kepemimpinan
30
Bab 030: Uji Coba yang Terlalu Mulus
31
Bab 031: Situasi Tak Terduga
32
Bab 032: Benang Kuantum
33
Bab 033: Dokter Razana Asir
34
Bab 034: Panggilan dari Profesor Han
35
Bab 035: Jaga Kesehatanmu dengan Baik
36
Bab 036: Obrolan dengan Iskandar
37
Bab 037: Pembicaraan Rahasia
38
Bab 038: Lelah
39
Bab 039: Peternakan
40
Bab 040: Bukan Soal Apa yang Kamu Gunakan
41
Bab 041: Guru Baru?
42
Bab 042: Pertandingan dengan Arka
43
Bab 043: Penolakan
44
Bab 044: Pemuda Sok Akrab
45
Bab 045: Tim dari Akademi Neo-Altair
46
Bab 046: Penguntit Menyebalkan
47
Bab 047: Sang Nenek
48
Bab 048: Janji
49
Bab 049: Bukan Bocah yang Istimewa
50
Bab 050: Bukit Belakang
51
Bab 051: Di Balik Jurang
52
Bab 052: Anasiya Zivana
53
Bab 053: Kunjungan dari Awan Putih
54
Bab 054: Penolakan Tegas
55
Bab 055: Panggilan Darurat
56
Bab 056: Ikatan Rahim
57
Bab 057: Izin
58
Bab 058: Pergi
59
Bab 059: Perasaan dalam Hati
60
Bab 060: Melihat Jurang
61
Bab 061: Surat dan Pesan
62
Bab 062: Kembali ke Ibu Kota
63
Bab 063: Tuan Muda Asir
64
Bab 064: Sampai di Akademi
65
Bab 065: OSIS
66
Bab 066: Pendaftaran OSIS
67
Bab 067: Seleksi
68
Bab 068: Nama yang Hilang
69
Bab 069: Yang Baru
70
Bab 070: Kesibukan Mereka
71
Bab 071: Persiapan Festival
72
Bab 072: Area Virtual
73
Bab 073: Arena Dimulai
74
Bab 074: Arena Pertama
75
Bab 075: Tidak, Kita Menang
76
Bab 076: Analisis Data Pertempuran
77
Bab 077: Semifinal Arena
78
Bab 078: Pembalasan Kilat
79
Bab 079: Kehebatan Solar
80
Bab 080: Arena Finaaal!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!