Bab 004: Izin Khusus

Pria jangkun itu duduk di kursi hitamnya dengan satu kaki di atas kaki yang lain. Ia menatap tajam ke dua bocah yang sejak kemarin menghilang entah ke mana. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Giginya bergemeretak pelan. Kepalanya berpangku sebelah tangan yang mengepal.

"Jadi, ke mana saja kalian sejak kemarin?" tanya pria itu dingin. Dari suaranya yang serak-serak basah, samar-samar merambat aura intimidasi. Suara itu membuat kedua bocah di hadapannya diam tertegun–yah, dari awal mereka sudah terdiam sih, bahkan sudah lebih dari setengah jam demi menunggu pria itu.

"Jawab!" bentaknya galak.

"Ka ...," Ats hendak menjawab, tapi Fang tiba-tiba menyikutnya agar tidak menghiraukan bentakan barusan. Wakil ketua OSIS itu tertunduk dalam, tapi seakan tak terpengaruh sedikit pun oleh bentakan pria dari Dewan Pengasuhan yang menyidang mereka ini. Mungkin saja dia memang sudah terbiasa disidang seperti ini.

"Oi! Dari mana saja kalian sejak kemarin?" tanya pria itu sekali lagi. Kali ini dengan suara yanng lebih lirih, tapi terdengar tajam. Lagi-lagi tidak ada jawaban dari kedua tersangka di hadapannya. Ia pun berdecak kesal. Ditatapnya Ats yang terlihat lebih tegang.

"Namamu Ats, kan?" pria itu mengganti pertanyaannya. Ats pun langsung menoleh karena namanya disebut. Ia mengangguk pelan dengan ragu-ragu.

"Aku akan menanyaimu nanti. Ingat itu," katanya dengan dingin. Perkataan itu jelas membuat Ats kebingungan sekaligus makin tegang. "Keluarlah! Aku ada urusan dengan bocah Fang ini dulu."

Tanpa membuang waktu lagi, Ats langsung mengangguk dan keluar ruangan. Ia menghembuskan napasnya lega–yah, untuk saat ini. Sungguh, ia tak pernah menyangka bahwa dirinya akan mendapat masalah seperti ini di awal tahun ajaran baru.

"Ats, sarapanmu sudah kutaruh di atas kasur," kata seorang pemuda yang matanya bercelak hitam hingga tteerlihat tajam. Ia sudah berpakaian rapi. Tas hitam gemuk tergantung di punggungnya.

"Terima kasih, Jun," balas Ats dengan anggukan kecil. Sebelum masuk ke Kantor Pengasuhan tadi, ia sudah meminta sohib karibnya yang bernama Arjunu Harwening itu untuk mengambilkan sarapan. Ia akan kehabisan lauk kalau tidak menitip ke temannya karena penyajiaan makan di akademi ini bersifat prasmanan. Kadang ada anak-anak rakus yang mengambil lebih dari jatahnya–huh! Mereka sungguh keterlaluan.

"Kok lama banget di dalam," Arjuna menatap Ats yang terlihat lesu, "Emangnya dihukum apa tadi?"

"Berdiri," jawab Ats singkat. Yah, ia hanya berdiri di Kantor Dewan Pengasuhan selama hampir satu jam hanya untuk menunggu gurunya yang kaku itu. Padahal, ia dipaksa untuk segera kembali ke kompleks asrama sebelumnya.

"Oh," kata Arjuna sedikit bersimpati. Untung saja ia menolak untuk ikut dengan Fang kemarin karena suatu kesibukan. Ternnyata ada hikmahnya juga ia terjebak di perpustakaan. "Ya udah, aku duluan, ya."

"Yo," Ats mengangguk kecil. Ia pun bergegas kembali ke asramanya. Tanpa membuang waktu sedikit pun, dipersiapkannya semua peralatan sekolah secepat mungkin. Tak lupa pula ia memasukkan kotak sarapannya ke dalam tas. Alarm akan segera berbunyi sebentar lagi.

"Mungkinkah bisa?" Ats memikirkan sesuatu, "Arselan, tunjukkan jalan tercepat sampai ke kelas 1-A."

"Baik, Tuan.

Pemindaian area ...

Menampilkan jalur ...."

Sekejap kemudain, muncul denah tiga dimensi di mata Ats. Denah itu bisa diatur sedemikian rupa hingga menyisakan penunjuk arah saja. Sanat mudah untuk mengikutinya. Ats akan sampai dengan cepat ke kelas dengan begini.

"Hebat! Akademi yang seluas ini dapat dipindai dalam sekejap," seru Ats kagum, "Berapa jauh jangkauan pemindaian lokasinya?"

"Anda dapat memindai peta tiga dimensi daerah sekitar dalam radius maksimal tiga mil, Tuan. Apa Anda ingin melakukannya?"

Jawaban itu terdengar di kepala Ats. Ia pun tersenyum, lalu berkata, "Aku akan mencobanya nanti. Hm, rupanya ada opsi lainnya. Wah! Bahkan sampai 35 mil!? Apa ini? Radar? Aku benar-benar harus mencobanya nanti. Bergegas ke kelas dulu sekarang"

***

"Jadi, kamu menemukan seseorang yang cocok untuk melanjutkan program sistem?" tanya seseorang di balik layar. Profesor Han pun mengangguk tanpa ragu, "Yah, dia tidak terkena efek samping yang signifikan dari sistem. Tubuhnya pun baik-baik saja. Aku juga sudah mengecek gelombang otaknya. Tidak ada masalah sama sekali. Jujur saja, aku sangat kaget saat pertama kali melihatnya."

"Han, sistem itu berbahaya, apalagi untuk anak muda seperti murid-murid di Akademi Altair. Bagaimana kalau ternyata efek samping itu terjadi belakangan?" orang di balik layar gawai Profesor Han terlihat ragu, "Kamu bilang dia seorang anak dari Keluarga Asir? Aku tidak mau menyinggung Keluarga Asir lagi setelah apa yang terjadi terakhir kali, Han."

"Karena itu, aku akan mengawasinya dengan ketat," Profesor Han meyakinkan, "Jika terjadi masalah pada kesehatannya, aku akan langsung menutup total proyek sistem versi kedua ini. Mau tidak mau, kita harus lebih menyederhanakannya lagi dan lagi."

"Hah ... daripada mengurusi penelitianmu yang belum jelas itu, lebih baik kamu fokus untuk segera membina rumah tangga," orang di balik layar terlihat kasihan pada Profesor Han, "Di generasi kita, hanya tinggal kamu yang masih membujang, padahal kamu hampir kepala empat. Cepatlah menikah. Aku juga kerepotan karena kamu tak kunjung berkeluarga. Para tetua itu sangat merepotkan."

"Ehem! Aku akan memikirkannya nanti," Profesor Han langsung mengalihkan topik, "Yang terpenting, aku butuh izin khusus untuk melanjutkan program ini. Ayolah, aku yakin bahwa kali ini akan berhasil."

"Hais ... aku tahu kamu cerdas dan haus pengetahuan," orang di balik layar menghela napas berat, lalu kembali menyinggung topik sebelumnya, "Tapi, rasa hausmu itu telah membuat kamu lupa dengan setengah kehidupan."

"Ck! Sudah kubilang, aku akan memikirkannya nanti," Profesor Han mulai kesal. Ia pun menuntut untuk segera diberi izin yang sangat ia perlukan.

"Masukkan dia ke kelas khusus dulu," orang di balik layar memberi syarat, "Dengan begitu, kita bisa lebih mudah berkompromi dengannya nanti."

"Kamu yakin?" Profesor Han mengerutkan keningnya, "Apa kamu berniat mendidiknya untuk menjadi seorang agen?"

"Bukan," orang di balik layar menggeleng, "Jika penelitianmu berhasil, maka rencana kita akan bisa direalisasikan kembali. Dengan begitu, Armada Perang Rahasia akan berhasil dibangun."

"Yah, Klan Zarah akan bertambah kuat dengan itu," Profesor Han menambahan. Mereka sudah mulai sepakat, "Baiklah, aku akan memasukkannya ke kelas khusus sekalian membimbingnya langsung di sana."

"Berhati-hatilah!" orang di balik layar memperingatkan dengan dingin, "Kuingatkan sekali lagi, jangan sampai bocah dari Keluarga Asir itu celaka karena kecerobohanmu."

"Aku pasti berhati-hati," Profesor Han menekankan. Ia pun pamit undur diri. Izin yang diperlukannya telah didapat. Layar di hadapannya pun mati seketika.

"Hais ... kakak terlalu kaku seperti biasa," keluh sang profesor. Ia langsung menyandarkan tubuhnya ke bantalan kursi yang empuk. Tangan dan kakinya direnggangkan setelah lumayan lama tak bergerak.

"Baiklah, bagaimana aku akan mengaturnya untuk masuk ke kelas khusus?" saat Profesor Han memikirkan hal itu, seorang kawannya dari Dewan Pengasuhan menelepon. Ia pun tersenyum. "Aku mendapatkannya."

***

"Ats?" Arjuna menatap Ats yang sedang terduduk di teras sekolah. Kawannya itu hampir saja terlambat. Ia tak akan bisa masuk ke komplek sekolah jika tabir transparan sudah diaktifkan. "Kok kamu lewat sana?"

"Hah ... hah ... itu—jalan tercepat," jawab Ats dengan napasnya yang masih ngos-ngosan. Mau bagaimana lagi? Meskipun sudah lewat jalan tercepat, ia harus tetap berlari untuk sampai tepat waktu.

"Berdirilah! Jangan membuat orang malu dengan duduk di teras seperti itu," Arjuna mengulurkan tangannya dan menarik Ats untuk berdiri. Ia pun meminta penjelasan mengenai hilangnya pemuda itu kemarin.

"Yah, begitulah," Ats selesai memceritakannya tepat sebelum kelas dimulai. Tentu saja ia tak menceritakan tentang Arselan. Ia tahu hal itu harus dirahasiakan. Untuk saat ini, ia harus menungguku instruksi selanjutnya dari Profesor Han.

Episodes
1 Bab 001: Proyek yang Gagal
2 Bab 002: Arselan
3 Bab 003: Spesialisasi Arselan
4 Bab 004: Izin Khusus
5 Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi
6 Bab 006: Sistem Itu Berbahaya!
7 Bab 007: Anak Dari Keluarga Asir
8 Bab 008: Anggota Keluarga Kekaisaran!?
9 Bab 009: Jatuh Lagi
10 Bab 010: Suara Gadis Kecil Itu
11 Bab 011: Keegoisan Sang Pangeran
12 Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah
13 Bab 013: Ekspresif
14 Bab 014: Ujian dari Master Khaled
15 Bab 015: Teknik Zarahian
16 Bab 016: Rekomendasi Kelas
17 Bab 017: Orientasi Politik Magister Snoug
18 Bab 018: Tur Ibu Kota
19 Bab 019: Tekad Sang Ilmuwan
20 Bab 020: Anak Berbakat
21 Bab 021: Tugas Keseharian
22 Bab 022: Kelas Sejarah
23 Bab 023: Murid Payah yang Mencurigakan
24 Bab 024: Kelas Zarah
25 Bab 025: Praktisi Ahli
26 Bab 026: Suara Dalam Mimpi
27 Bab 027: Perasaan Gundah Dalam Hati
28 Bab 028: Tragedi Sepuluh Tahun Lalu
29 Bab 029: Kelas Kepemimpinan
30 Bab 030: Uji Coba yang Terlalu Mulus
31 Bab 031: Situasi Tak Terduga
32 Bab 032: Benang Kuantum
33 Bab 033: Dokter Razana Asir
34 Bab 034: Panggilan dari Profesor Han
35 Bab 035: Jaga Kesehatanmu dengan Baik
36 Bab 036: Obrolan dengan Iskandar
37 Bab 037: Pembicaraan Rahasia
38 Bab 038: Lelah
39 Bab 039: Peternakan
40 Bab 040: Bukan Soal Apa yang Kamu Gunakan
41 Bab 041: Guru Baru?
42 Bab 042: Pertandingan dengan Arka
43 Bab 043: Penolakan
44 Bab 044: Pemuda Sok Akrab
45 Bab 045: Tim dari Akademi Neo-Altair
46 Bab 046: Penguntit Menyebalkan
47 Bab 047: Sang Nenek
48 Bab 048: Janji
49 Bab 049: Bukan Bocah yang Istimewa
50 Bab 050: Bukit Belakang
51 Bab 051: Di Balik Jurang
52 Bab 052: Anasiya Zivana
53 Bab 053: Kunjungan dari Awan Putih
54 Bab 054: Penolakan Tegas
55 Bab 055: Panggilan Darurat
56 Bab 056: Ikatan Rahim
57 Bab 057: Izin
58 Bab 058: Pergi
59 Bab 059: Perasaan dalam Hati
60 Bab 060: Melihat Jurang
61 Bab 061: Surat dan Pesan
62 Bab 062: Kembali ke Ibu Kota
63 Bab 063: Tuan Muda Asir
64 Bab 064: Sampai di Akademi
65 Bab 065: OSIS
66 Bab 066: Pendaftaran OSIS
67 Bab 067: Seleksi
68 Bab 068: Nama yang Hilang
69 Bab 069: Yang Baru
70 Bab 070: Kesibukan Mereka
71 Bab 071: Persiapan Festival
72 Bab 072: Area Virtual
73 Bab 073: Arena Dimulai
74 Bab 074: Arena Pertama
75 Bab 075: Tidak, Kita Menang
76 Bab 076: Analisis Data Pertempuran
77 Bab 077: Semifinal Arena
78 Bab 078: Pembalasan Kilat
79 Bab 079: Kehebatan Solar
80 Bab 080: Arena Finaaal!!!
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 001: Proyek yang Gagal
2
Bab 002: Arselan
3
Bab 003: Spesialisasi Arselan
4
Bab 004: Izin Khusus
5
Bab 005: Menghilang dari Muka Bumi
6
Bab 006: Sistem Itu Berbahaya!
7
Bab 007: Anak Dari Keluarga Asir
8
Bab 008: Anggota Keluarga Kekaisaran!?
9
Bab 009: Jatuh Lagi
10
Bab 010: Suara Gadis Kecil Itu
11
Bab 011: Keegoisan Sang Pangeran
12
Bab 012: Masuklah ke Kelas Zarah
13
Bab 013: Ekspresif
14
Bab 014: Ujian dari Master Khaled
15
Bab 015: Teknik Zarahian
16
Bab 016: Rekomendasi Kelas
17
Bab 017: Orientasi Politik Magister Snoug
18
Bab 018: Tur Ibu Kota
19
Bab 019: Tekad Sang Ilmuwan
20
Bab 020: Anak Berbakat
21
Bab 021: Tugas Keseharian
22
Bab 022: Kelas Sejarah
23
Bab 023: Murid Payah yang Mencurigakan
24
Bab 024: Kelas Zarah
25
Bab 025: Praktisi Ahli
26
Bab 026: Suara Dalam Mimpi
27
Bab 027: Perasaan Gundah Dalam Hati
28
Bab 028: Tragedi Sepuluh Tahun Lalu
29
Bab 029: Kelas Kepemimpinan
30
Bab 030: Uji Coba yang Terlalu Mulus
31
Bab 031: Situasi Tak Terduga
32
Bab 032: Benang Kuantum
33
Bab 033: Dokter Razana Asir
34
Bab 034: Panggilan dari Profesor Han
35
Bab 035: Jaga Kesehatanmu dengan Baik
36
Bab 036: Obrolan dengan Iskandar
37
Bab 037: Pembicaraan Rahasia
38
Bab 038: Lelah
39
Bab 039: Peternakan
40
Bab 040: Bukan Soal Apa yang Kamu Gunakan
41
Bab 041: Guru Baru?
42
Bab 042: Pertandingan dengan Arka
43
Bab 043: Penolakan
44
Bab 044: Pemuda Sok Akrab
45
Bab 045: Tim dari Akademi Neo-Altair
46
Bab 046: Penguntit Menyebalkan
47
Bab 047: Sang Nenek
48
Bab 048: Janji
49
Bab 049: Bukan Bocah yang Istimewa
50
Bab 050: Bukit Belakang
51
Bab 051: Di Balik Jurang
52
Bab 052: Anasiya Zivana
53
Bab 053: Kunjungan dari Awan Putih
54
Bab 054: Penolakan Tegas
55
Bab 055: Panggilan Darurat
56
Bab 056: Ikatan Rahim
57
Bab 057: Izin
58
Bab 058: Pergi
59
Bab 059: Perasaan dalam Hati
60
Bab 060: Melihat Jurang
61
Bab 061: Surat dan Pesan
62
Bab 062: Kembali ke Ibu Kota
63
Bab 063: Tuan Muda Asir
64
Bab 064: Sampai di Akademi
65
Bab 065: OSIS
66
Bab 066: Pendaftaran OSIS
67
Bab 067: Seleksi
68
Bab 068: Nama yang Hilang
69
Bab 069: Yang Baru
70
Bab 070: Kesibukan Mereka
71
Bab 071: Persiapan Festival
72
Bab 072: Area Virtual
73
Bab 073: Arena Dimulai
74
Bab 074: Arena Pertama
75
Bab 075: Tidak, Kita Menang
76
Bab 076: Analisis Data Pertempuran
77
Bab 077: Semifinal Arena
78
Bab 078: Pembalasan Kilat
79
Bab 079: Kehebatan Solar
80
Bab 080: Arena Finaaal!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!