Cinta Tak Seindah Cerita
Memang, bukan lah manusia di bumi ini yang pantas menilai, baik buruknya nilai seseorang. Tetapi, sadarkah kalian wahai manusia. Sekarang... Kalian para manusia lah yang sudah bertindak selayaknya Tuhan.
Memberi keadilan yang sebenarnya amat tak adil sama sekali. Menghukum, menghujat, bahkan menyingkirkan sesama karena kebencian saja.
Benarkah jika; orang yang 'terlihat baik' sebenarnya hatinya seperti bangkai, dan orang yang 'terlihat kotor' dimata manusia, lubuk hatinya lebih mengindahkan ketulusan. Tidak semua, memang.
Tapi status sosial seseorang berpotensi menentukan kepribadian orang itu sendiri. Rata-rata itu yang terjadi.
Tak semua orang yang sosialnya 'tinggi' mengajarkan cara memberi dan menerima. Juga tak semua yang terlihat rendahan meneladani kekerasan.
🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻
Rosie adalah anak yang merasakan bahwa ia beruntung. Beruntung ia masih hidup dengan kecukupan. Beruntung karena sekelilingnya memberikan sepucuk cinta mereka. Beruntung karena Tuhan masih memberinya hidup 'layak'.
"Ros, tuh ada tamu yang maunya sama lo aja!" Ucap seorang perempuan dari ambang pintu kamar Rosie.
"Oke, Kak Brina. 5 menit lagi yah. Aku ganti baju dulu", jawab Rosie.
Belum ada dua menit Sabrina berlalu dari depan bilik Rosie, mulai terdengar kegaduhan yang menembus dinding kamarnya.
Ia pun mempercepat gerakannya, merapikan pakaian yang baru membungkus tubuh mungilnya. Dan segera ia bergegas menuju pintu kamar sambil menenteng sepasang sepatu flat.
🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻
"Aahhh... Baby, kamu selalu bisa buat aku puas..." Kata lelaki yang masih menindih tubuh Rosie dengan nafas yang tersengal. "Ayolah sayang, kalau kamu terima tawaranku, aku jamin... Kamu nggak perlu hidup di tempat apek ini lagi. Dan kamu juga nggak akan kekurangan materi", sambung nya.
" Mr. Roland, aku juga selalu bilang pada anda. Aku tak bisa menjadi wanita yang membagi cinta dengan wanita lain. Aku tak mau di duakan, aku juga tak mau menyandang sebagai nyonya kedua atau pelakor yang merusak cinta orang. Aku pun ingin memilih, akan hidup dengan satu pria saja. Meskipun iya, atau entah apa mungkin khayalanku ini akan jadi nyata. Nyatanya, 'kami' ini hanyalah pelampiasan hasrat sesaat. Aku mohon Mr. Roland mengerti.." Jelas Rosie dengan nada khas lembutnya.
Umur Rosie memang masih 22 tahun. Namun, ia sudah bisa berpikiran seperti layaknya orang bijak. Ia juga bisa mempengaruhi keputusan kliennya dengan menolak. Klien yang selalu ingin menjadikannya istri simpanan.
Rosie hanya ingin 'hidup'. Yang berarti ia masih ingin membalas budi Mama Ria, dan menanamkan tentang 'pekerjaan' hanyalah untuk dirinya sendiri. Bukan untuk menambah hasratnya akan menguasai materi.
Dua jam berlalu, Mr. Roland mulai merapikan pakaian kerja yang menggantung di daun pintu. Seperti biasa, ia akan mengecup dahi Rosie, dan memberinya sebuah amplop tebal sekitar tiga centimeter.
Mama Ria selalu memberlakukan maksimal jam untuk 'anak' nya yang masih 'segar'. Dalam artian, mereka yang benar-benar menjaga kemulusan tubuh mereka, dan tidak membiarkan sepercik sp3rm4 hinggap pada rahim mereka.
Ya, inilah beda kelas 'rumah' Mama Ria dibanding 'rumah-rumah' lainnya. Ia selalu menerapkan 'kebersihan' dalam pelayanan. Yang mana untuk anak-anak nya yang berumur 17 hingga dibawah 25 tahun wajib mengenakan k0-nd*m.
Sebenarnya, peraturan ini mutlak untuk semua anaknya yang masih ingin tetap bekerja di sana. Tapi, karena jumlah anaknya juga tak sedikit, dan jadwal Mama Ria sendiri juga amat padat, adakalanya ia kebobolan 2-3 anak per tahunnya.
Bagi mereka yang memang tak bisa mencari jalan lain, mereka harus merelakan 'pembersihan'. Dan akan langsung di steril oleh dokter yang bekerja untuk Mama Ria. Tapi 'nilai' mereka yang sudah 'tercemar' tidaklah tinggi lagi.
Mereka yang telah 'dibersihkan', hanya akan melayani klien yang sudah berumur saja. Karena mereka yang masih 'segar' juga mendapatkan misi kerja tambahan, yang nilainya sampai tak muat untuk menghuni tas. Itu pula sebab banyak anak-anak Mama Ria yang tetap mempertahankan posisi mereka, dan enggan mencari pekerjaan yang 'tepat'.
🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻
KLIIKK...
Rosie membuka brangkas mini miliknya. Ditaruhnya amplop tebal tadi di atas tumpukan amplop-amplop yang telah menghuni brangkas nya terlebih dulu. Mungkin jumlahnya hampir ratusan juta jika dihitung jadi satu.
Sayangnya, Rosie tak pernah sekalipun menghitungnya. Paling ia hanya mengintip apakah isi amplop itu pecahan berwarna biru ataukah merah.
Brangkas juga salah satu fasilitas dari Mama Ria untuk anak-anak nya. Secuil kebaikan dari Mama Ria untuk keringat dari mereka yang telah bekerja. Reward untuk membahagiakan si pekerja. Karena merawat diri dan menata penampilan selalu diagungkan oleh Mama Ria.
Uang-uang yang mereka kumpulkan sendiri itu untuk membiayai pengeluaran mereka saat jadwal 'kebersihan' datang bagi para mereka yang masih mulus. Kegiatan di salon, hingga membeli perlengkapan rambut sampai ujung kaki yang berkelas.
Karena salah satu misi penting mereka adalah menjadi 'pasangan bayaran'. Kepura-puraan tentang adanya istri ataupun tunangan kaum konglomerat. Tapi untuk wanita seumuran Rosie misi itu masih jauh. Biasanya anak Mama Ria yang menginjak umur 23 tahun ke atas yang berkesempatan mendapatkan misi itu.
Rosie membereskan kamar pergulatannya tadi. Ia memakai pakaiannya dan berlalu ke kamarnya. Dan ia juga berpapasan dengan beberapa sebayanya yang baru menyelesaikan tugas pula.
"Eh...Ros, kayaknya udah beberapa hari ya kita gak ketemu", kata salah satu teman 'serumah' nya, Ika.
"Eh... Mbak Ika... Iya ya, kayaknya beberapa hari ini aku gak liat Mbak nampang di meja makan deh", jawab Rosie.
"Iya, seminggu lalu Mama ngasih misi ke aku. Iiihhh... Dapet brondong tau gak. Ganteng lagiii. Duh, aku jadi agak deg-degan, Ros", timpalnya.
" Oh...iya sih ya. Mbak Ika kan tiga bulan lalu udah masuk 23 tahun ya. Hmmm... Aku tahun depan juga bakal terima misi gak ya?" Celetuk Rosie sedikit murung.
Rosie adalah anak Mama Ria yang paling tak pernah terjamah debu jalanan. Ia sangat anti menginjakkan kakinya keluar rumah. Karena di rumah Mama Ria sudah ada semua yang ia butuhkan. Makanan, kudapan, pemandangan, dan udara yang segar.
Sampai Mama Ria sendiri geleng kepala akan sikap Rosie. Biasanya anak-anak nya akan sangat menanti saat mereka diajak keluar rumah. Tidak dengan Rosie. Bahkan Mama Ria sampai harus memanggil orang salon untuk membersihkan satu anaknya itu. Baju-baju Rosie pun Mama Ria yang membelikannya.
Karena, nyatanya, Rosie memang tak sanggup melangkah keluar. Entah trauma apa yang membuatnya sampai gemetaran bila berada diluar gerbang rumah Mama Ria. Dan karena itulah Mama Ria tak pernah pusing untuk memaksanya keluar rumah.
"Oh iya... Ros, kata anak-anak nanti kita disuruh kumpul pas makan malem. Di ruang makan utama katanya sih", tambah Ika.
"Mmm... Tumben ya kumpulnya pas makan malem Mbak, di ruang makan utama lagi. Berarti semua orang kumpul dong ya..." Jawab Rosie.
"Iya sih yaaa... Katanya sih ada pengumuman penting gitu dari Mama. Tapi gak ada bocoran sih bakal ngumumin apaan. Ya udah deh. Gue ke kamar duluan ya Rosie. Bye..." Sahut Ika.
Sambil sedikit memikirkan kata Mbak Ika tadi, Rosie sedikit melamun hingga sampai di kamarnya. Biasanya kalau sampai mengumpulkan semua orang penghuni rumah Mama Ria, pasti ada pengumuman besar dan penting sekali.
Sudah jam 5 sore. Rosie ingin memejamkan mata, tapi takut akan terlambat untuk makan malam nanti. Ia memilih untuk mandi air hangat saja. Sambil menghilangkan bau Mr. Roland yang tertinggal pada tubuhnya.
🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻
_DONE PART 1_
Kasih jejak kalian berupa LIKE, FOLLOW, VOTE, juga KOMEN yaaaa 😪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Meme Chun
mohon dukungan dari readers dengan like serta komen penyemangat nyaaa 🥰
2023-11-26
1