4

Rosie sedikit melongo dengan cara bicara Rayan yang tetiba gagap. Ia berpikir mungkin saja Rayan mengidap penyakit mudah cemas. Padahal Rosie merasa sudah bersikap sewajarnya. Tapi Rayan menunjukkan sikap seolah ia mendekati bahaya.

Mata Rosie mengedip-kedip cepat. "Apakah... Tuan... Jangan-jangan, Tuan belum pernah berkencan dengan perempuan di atas ranjang?" Tanya Rosie tanpa ragu.

Rayan hanya terdiam tak menjawab. Reaksi Rayan membuat usil Rosie mencuat. Dan pikiran Rayan penuh akan bayangan Rosie di kamar mandi tadi. Apalagi desahan Rosie yang sempat terdengar saat Rayan menyentuh pipinya.

Sekujur tubuh Rayan kini siap meledak. Seharusnya, sebelum ia memikirkan rencana konyol ini, ia juga memprediksi kemungkinan seperti sekarang. Rosie merangkak naik ke atas bed nya. Detak jantung Rayan dirasa makin kencang.

Rayan menelan saliva nya. Jika ia menikah dengan kekasih pujaannya sendiri, bisa jadi momen seperti ini akan sangat ia nikmati. Tapi kali ini, ia merasa dikerjai habis-habisan oleh Rosie.

"PPFFFTT..." Terdengar cekikikan Rosie yang juga mengembalikan akal sehat Rayan.

"Kamu... Kamu sengaja ya! Kamu berani ngerjain saya!?" Terlihat Rayan semakin salah tingkah saat melihat Rosie menarik selimutnya.

Rasanya Rosie puas menertawakan sikap lucu Rayan. Namun, seketika ia sadar bahwa sikapnya tidak dapat dibenarkan.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bermaksud buruk terhadap Tuan. Hanya saja, sikap Tuan mengingatkan saya pada klien yang datang ke 'rumah' kami saat pertama kali mereka ke sana", jelas Rosie.

" Apa maksudmu?" Tanya Rayan sembari menyincing sebelah alisnya.

Rosie lalu menceritakan sedikit kisahnya. Tentang seorang remaja yang menjadi kliennya. Dia berkata, jika kali itu adalah pengalaman pertamanya 'menyewa' wanita untuk sebuah kesenangan. Setelah setengah jam, mereka tidak melakukan apapun. Juga tidak saling berbicara. Rosie sangat benci hal ini. Ia seperti senior yang harus menuntun juniornya.

"Lalu, apa yang kamu lakukan? Kamu mengajari dia?" Tanya Rayan dengan penuh penasaran.

"Tentu saja. Kalau klien meminta kami untuk diam, ya kami diam. Tapi kalau klien meminta bantuan untuk di bimbing, ya harus kami bimbing, kan! Karena memang sudah bagian dari pekerjaan kami. Kalau Tuan juga ingin saya bimbing, saya bisa lakukan sekarang..." Jelas Rosie.

"Ap... Apa-apaan kamu!! Nggak!!! Saya nggak perlu bimbingan kamu! Dasar aneh!" Nada Rayan panik sekaligus naik.

"Yah, oke... Saya paham kenapa Nona Rika masih bersikap polos", celetuk Rosie sambil membenarkan kembali selimutnya. " Kalau Tuan malu untuk saya ajari langsung, saya ada referensi video untuk para pemula", lanjutnya.

Rayan terdiam seketika. Bukan perkataan Rosie yang tengah ia renungkan. Tapi tentang Rika, tentang perempuan 'bersih' lainnya. Apa memang mereka, pekerja seperti Rosie, pikiran dan cara berbicaranya sangat terbuka seperti ini.

"Sudah cepat tidur. Besok kita masih ada acara sarapan dengan Mama-Papa, juga beberapa Paman yang merepotkan. Saya harap kamu besok bisa bersikap sepantasnya di depan para orang tua yang sangat merepotkan itu!" Pinta Rayan.

"Iya, Tuan tidak perlu cemas. Meski saya tak memiliki Strata maupun Kasta seperti Nona Rika, saya cukup mengerti cara menghadapi orang-orang dengan martabat tinggi", jawab Rosie.

"Bagus... Saya yakin, saya tak salah memilih kamu", tambah Rayan.

"Oh iya, Tuan. Kalau Tuan berkenan, kapan pun Tuan membutuhkan saya, saya selalu siap. Karena meski status kita palsu dimata orang, tapi kita sudah mendapat restu Tuhan". Jelas Rosie sambil memberikan kembang senyumnya.

Rosie berpaling memunggungi Rayan. Hari ini seluruh tubuhnya sangat kaku menjalani ritual yang panjang. Ia selalu merindukan rumahnya. Rayan ingin membelai rambut Rosie sambil mengucapkan selamat tidur, tapi urung. Ia takut bila malam ini akan menjadi malam yang panjang jadinya.

🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻

Pagi ini wajah para orang tua yang berbaris pada meja makan nampak sumringah. Mereka menyantap sarapan pagi dengan ciutan terkadang terkekeh. Rosie mengisi piring Rayan dengan dua udang jumbo dan beberapa potong kentang, tak lupa ia menambahkan semangkuk sup ikan.

"Wah... Mama gak nyangka loh. Ternyata anak perempuan Mama ini sudah tahu makanan favorit suaminya", ucap Mama Rayan.

Rosie hanya mengumbar senyum manis menjawab pujian dari Mama mertuanya. Sebelum meninggalkan rumah, anak-anak yang menunaikan misi memang harus sudah menghafalkan rentetan informasi yang Mama Ria berikan.

" Oh iya, Rayan... Gimana malam pertama kamu semalem? Asik kaaaann!!" Tanya Bibi Rayan.

Hal yang paling Rayan tak sukai. Kerabatnya yang sok akrab dengannya. Biasanya Rayan akan acuh, berpura-pura tak mendengar. Tapi entah mengapa pagi ini ia terguncang dengan pertanyaan Bibinya. Wajah rayan seperti digoreng pagi itu.

"Iiihh... Pa, lihat tuh, anak kita mukanya sampek kayak tomat gitu loh. Kayaknya asik-asik tuh semalem", timpal Mama Rayan.

"Udah Ma, jangan di candain terus. Mereka kan lagi anget-angetnya", bela Papa Rayan.

Rosie menangkap bahwa keluarga Rayan adalah keluarga yang hangat. Tapi ia masih tak tahu tipuan yang orang kaya ini lakukan. Sampai-sampai, seorang miliarder muda harus menyewa seorang 'pekerja' untuk menipu kehidupan dan keluarganya.

🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻

Rayan dan Rosie kembali ke kamar mereka setelah sarapan mereka selesai. Rayan nampak badmood setelah perbincangan dengan beberapa Pamannya di akhir pertemuan mereka pagi ini. Rosie memang tak paham permasalahan apa yang memikat amarah Rayan.

Rosie membuat air lemon madu hangat dan menyodorkan secangkir air buatannya. "Minum dulu, Tuan", katanya. Rayan menyeruput air itu, raut wajahnya sedikit mengendur setelah menikmati air buatan Rosie.

Rosie merangkul Rayan dari belakang. "Tuan, jangan pernah menunjukkan kelemahan Anda pada musuh. Bukankah Anda orang yang tak ingin mengalah pada kekosongan?!" Kata Rosie menyemangati 'suaminya'.

Ya. Kata Rosie tak sepenuhnya salah. Entah kemana penat Rayan yang tadi menumpuk di dahinya. "Kamu bisa minum?" Tanya Rayan tiba-tiba.

"Ya, bisa. Tapi hanya sampai tiga gelas sampanye atau lima gelas red wine saja, Tuan", jawab tegas Rosie

Rayan menelpon layanan public bar hotel. Rosie mengambilkan pakaian ganti untuk Rayan. Ia juga baru tahu jika untuk sekedar sarapan, orang-orang kaya harus berpakaian formal.

🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻

Lima menit kemudian terdengar ketukan pintu dari pelayan yang mengantar pesanan Rayan. Rosie yang menerima pesanan itu dan membawanya ke kamar mereka. Dua botol ukuran tanggung dengan merk HEIDSIECK.

Rosie cukup terkejut dengan sampanye yang dimiliki hotel tempat ia menginap mempunyai sampanye dengan harga waow. Pasti tamu disini adalan pecinta anggur. Jika tidak, pasti hanya mempunyai koleksi sampanye import dengan harga yang relatif murah.

Rosie menuangkan sampanye di gelas yang sudah ia letakkan pula es tube. Memberikan satu pada Rayan. Dan mereka bersulang.

Rosie jarang minum, meski di rumah Mama Ria ada mini bar. Ia sedikit tak suka dengan sensasi pusing setelahnya. Kalau kata Sabrina, pusing setelah minum seperti jetlag sehabis naik rollercoaster.

Baru dua teguk HEIDSIECK meluncur ke kerongkongan, ujung kepala Rosie terasa melayang ringan. Pipi mungilnya hangat seperti baru terpanggang sinar mentari pagi. Tiba-tiba ia merasa seluruh badannya menghangat. Memutar memori yang telah lama ia habiskan di masa-masa remajanya.

Ia merasa ada sepasang lengan tekal yang melingkar lewat tengkuknya. Aroma pafum menyingkronkan bau HEIDSIECK yang masih dipegangnya. "Bukankah kamu bilang, bersedia 'mengajari' aku kapanpun aku ingin?" Suara Rayan dari belakang Rosie.

🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻🌼🌸🌻

_DONE PART 4_

Kasih jejak kalian berupa LIKE, FOLLOW, VOTE, juga KOMEN yaaaa 😪

Terpopuler

Comments

Meme Chun

Meme Chun

mohon dukungan readers untuk like serta komen penyemangat nyaaaa 🥰

2023-11-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!