Missing
"Silahkan perkenalkan dirimu!" seru pak guru yang berdiri di samping Rian.
Di depan teman-teman barunya, banyak pasang mata yang memandang Rian selaku murid baru pindahan dari Pekan Baru (Riau).
"Namaku, Rian. Salam kenal semua," kata Rian singkat di hadapan teman-teman barunya dengan wajah datarnya yang tampan.
*Christoper Rian
"Jadi, Rian ini pindahan dari Pekan Baru. Benar kan, Rian?"
"Iya, pak."
"Kalau gitu, kamu boleh duduk di bangku kosong sana!" seru pak guru yang menunjuk ke sebuah bangku kosong deretan ke-3 dari depan dan dekat dengan jendela.
"Terima kasih, pak."
Dengan membawa tas selempangnya yang berwarna hitam polos, Rian jalan menuju ke arah bangku yang telah disediakan untuknya. Saat dia berjalan saja, sudah banyak mencuri perhatian para siswi-siswi.
Disebuah bangku yang sudah melekat dengan mejanya, Rian menaruh tasnya dan mengeluarkan sebuah buku tulis serta sebuah pena untuk dipakainya.
"Kita lanjutin lagi ya pelajarannya!" seru pak guru pada semua muridnya.
Sembari membuka buku pelajaran, pak guru memperhatikan beberapa siswinya yang sedang berbisik-bisik sambil menatap ke arah Rian.
"Sekarang, tolong kalian fokus ke pelajaran, bukan ke Rian!" sindir pak guru yang membuat para siswi tadi sadar dan malu sendiri.
Jam istirahat
Rian membereskan alat tulisnya dan bersiap-siap untuk ke kantin.
"Bro!" panggil salah satu siswa yang menghampiri meja Rian.
Rian hanya menengok sekilas, kemudian menatap kosong pada mejanya.
"Gue, Andi!" kata siswa tadi memperkenalkan dirinya sembari duduk berhadapan dengan Rian di bangku milik temannya.
Setelah Andi, ada tiga siswa lainnya yang mengerubunginya juga.
"Karena lu murid baru, lu traktir kita dong!" ujar salah satu siswa yang berada di dekat Rian.
"Iya!" celetuk yang lain bersamaan sambil saling melempar senyum menanti kepastian traktiran dari Rian.
"Maaf, gue mau lewat!" kata Rian cool sambil berdiri dan bergegas meninggalkan mereka.
Mereka secara otomatis memberi jalan untuk Rian dengan wajah kurang menyenangkan.
"Gimana traktirannya?" tanya yang lain dengan lantang.
Langkah kaki Rian terhenti, sesaat melihat ke arah teman-temannya yang tadi mengerubunginya. "Maaf, gue lebih suka sendiri," tegasnya kemudian berlalu pergi.
"Sombong bener!" ledek salah satu dari mereka dengan sikap dingin Rian barusan.
Rian terus melangkah ke arah kantin yang belum pernah ia kunjungi. Ia tidak mau bertanya dengan orang-orang yang melewatinya atau ia lewati. Ia hanya mengikuti nalurinya saja.
Saat ia melewati di depan toilet wanita, ia mendengar suara seseorang sedang menangis. Suara rintihan seorang gadis yang berada di dalam toilet tersebut.
'Siapa yang nangis?' batin Rian.
Karena penasaran dan iba, Rian memutuskan untuk mengintai lokasi sekitaran toilet. Tidak ada yang masuk ke dalam toilet itu, padahal ini jam istirahat.
Rian melangkahkan kakinya perlahan bahkan tanpa suara, ia mulai masuk ke dalam toilet tersebut. Toilet yang terlihat usang, gelap, dan kondisi seperti sudah lama tidak terpakai. Ia memperhatikan suasana dalam toilet dan mencari sumber suara rintihan gadis yang masih menangis tadi.
Di dalam toilet terdapat enam pintu kamar toilet tiap masing-masingnya. Rian melangkah sambil melihat satu persatu kamar toilet yang bersejajaran itu.
"Hiks... hiks... hiks..." suara tangisan yang terdengar makin jelas di saat Rian sudah berhenti di kamar toilet paling ujung dan pintunya tertutup.
'Toilet gelap gini, kenapa dia malah nangis sendirian disini? Apa dia habis di bully? Atau ada yang menguncinya disini?'
Tanpa bersuara, Rian berniat mendorong pintu kamar toilet tersebut. Ia memberanikan diri menyentuh pintunya.
"Hei!" sapa seseorang dari belakang punggung Rian.
'Sial! Kaget gue!' batinnya kesal sendiri dan merasakan detak jantungnya berdebar hebat.
Rian langsung menoleh ke arah pemilik suara. Ia terkejut lagi ketika melihat sosok serba hitam berdiri dibelakangnya. Sosok itu tingginya lebih rendah darinya.
"Lu siapa?" tanya Rian sambil memegang dadanya yang berdegup kencang tadi.
Sosok tersebut membuka hoodienya yang berwarna hitam menampakkan wajah aslinya, yang ternyata adalah seorang gadis cantik.
"Ngapain lu disini?" tanya gadis itu dengan wajah juteknya
"Ng.. Tadi... ada yang..." jawab Rian yang belum selesai bicara.
Gadis itu memberi kode pada Rian agar tidak bersuara lagi. Dengan cepat, ia menarik lengan tangan Rian keluar dari sana. Rian dibawa ke halaman belakang sekolah.
Setelah dirasa aman, gadis itu melepaskan tangan Rian.
"Eh, ngapain lu bawa gue kesini?" tanya Rian yang melihat sekitaran tempat yang mereka pijak saat ini.
Sebuah halaman kosong yang jarang dilalui oleh orang. Bahkan tanamannya layu semua serta banyak pot bunga yang tergenang bekas air hujan.
"Gue nyelamatin elu," jawab gadis itu sambil menjaga jarak.
'Sepertinya dia murid sini,' batin Rian setelah mengecek pakaian yang dipakai gadis tadi.
"Nyelamatin gue?"
"Gue ingetin ya ama elu, jangan pernah lu ke tempat itu lagi!" kata gadis itu memperingati Rian sambil menunjuk tegas ke arah toilet tadi.
Rian menoleh ke arah yang ditunjuk oleh gadis tadi. "Emang kenapa?" tanyanya penasaran.
Gadis itu mendekat. "Gak perlu banyak tau deh!" serunya ketus.
Rian mendengus kesal karena tidak mendapatkan jawaban sesuai keinginannya. Karena merasa dipermainkan, ia memilih untuk segera meninggalkan area tersebut.
"Heh, mau kemana lu?" tanya gadis itu lantang.
Rian tidak menggubris pertanyaan gadis tadi. Ia terus berjalan tanpa melihat ke belakang lagi.
Lima menit kemudian
Akhirnya, Rian ke kantin hanya beli sebungkus roti isi cokelat untuk mengganjal perutnya. Ia tidak bisa berlama-lama, karena jam bel istirahat sudah berbunyi yang menandakan kalau jam pelajaran berikutnya segera dimulai.
******
Di hari berikutnya, setelah jam pulang sekolah, Rian sedang menunggu mobil jemputan pribadinya. Ia tidak sengaja menoleh ke arah halaman belakang sekolah yang kemaren sempat disinggahinya.
Rian melihat gadis kemaren yang ditemuinya sedang duduk sendirian disekitaran halaman belakang sekolah sambil memainkan MP3 Playernya. Kepalanya bergoyang-goyang pelan setelah earphonenya terpasang ditelinganya.
"Rian!" panggil salah satu teman sekelasnya, Imo.
Imo menghampiri Rian dengan setengah berlari sambil membawa sebuah buku di tangannya.
"Buku lu ketinggalan," kata Imo sambil menyerahkan buku tersebut.
"Buku gue?" tanyanya balik setelah melihat buku ditangannya.
"Tadi pas lu jalan keluar kelas, gue lihat buku itu jatuh. Jadi, gue ambil dan nyariin elu."
'Ini bukan buku gue,' batin Rian setelah memastikan buku tersebut.
"Eh, gue balik dulu ya!" pamit Imo.
"Oke!" jawab Rian sambil mengangguk kecil.
Rian menoleh lagi ke arah halaman belakang sekolah mencari keberadaan dimana gadis kemaren duduk disana.
'Kemana orangnya?'
Rian mencari gadis tersebut, namun sudah tidak ada lagi orangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments