Awal berteman

Rian mengambil buku yang jatuh di lantai tadi. Pas dia nunduk untuk mengambil, tiba-tiba ada sosok bayangan putih yang sekelibat lewat di depannya. Ia langsung berdiri dan memperhatikan sekitarannya.

'Mungkin salah lihat.'

Dia memutuskan untuk meminjam buku tersebut dan membacanya di kelas. Baru saja keluar dari perpustakaan, dia bertemu dengan Karin yang sedang berjalan berlawanan arah. Karin sedang asyik berbincang dengan teman disampingnya, tapi sikap temannya malah cuek seperti yang ia ceritakan kemaren.

Karin tetap mengajak temannya bicara, walaupun temannya diam seribu bahasa tidak meresponnya. Rian berjalan melewatinya, bahkan mereka berpas-pasan bertemu. Rian masih memperhatikannya, tapi Karin malah asyik sendiri tanpa melihat Rian.

'Nih anak... pura-pura gak kenal gue?'

Rian tetap berjalan ke depan, tapi setelah memikirkan kenapa Karin pura-pura tidak mengenalinya, ia sangat merasa terganggu. Ia pun balik badan dan melihat punggung Karin yang sedang berjalan terus.

"Heh!" panggil Rian dengan lantang yang membuat orang-orang disekitarannya pada nengok semua ke arahnya.

Rian tidak peduli dengan orang lain yang melihatnya. Dengan panggilan tadi, akhirnya bisa membuat Karin dan temannya merespon.

Teman Karin hanya bengong setelah melihat Rian yang tiba-tiba memanggil.

"Lu panggil gue?" tanya Karin

Rian mengangguk mengiyakan.

Baru saja Karin mau jalan menghampiri Rian, tapi sudah didahului oleh temannya yang melangkah dengan semangat ke arah Rian.

"Elu panggil gue ya?" tanya teman Karin yang sudah tiba dihadapan Rian.

Rian menatap cewek di depannya dengan wajah datar tanpa senyum. Tapi cewek itu malah bersikap imut dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan kiri didepan Rian.

"Sorry! Gue bukan manggil elu," aku Rian.

Si cewek tadi merasa bingung dan malu. Ia melihat di belakangnya apakah ada orang lain selain dia yang dipanggil oleh Rian, tapi tampaknya ia tidak tahu siapa orang yang dimaksud Rian karena ada beberapa cewek dibelakangnya.

"Jadi... elu bukan manggil gue?" tanya cewek itu memastikan lagi.

Rian menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ya udah deh gakpapa. Tapi boleh kan kita kenalan dulu?"

Rian hanya diam tak merespon, tapi ia melihat Karin yang sedang memperhatikannya sedari tadi sambil senyum-senyum sendiri.

"Kenalan aja! Dia baik kok," kata Karin.

"Nama gue, Vera. Kalau elu, namanya siapa?" Si cewek mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rian.

"Rian," jawab Rian singkat dan ia tidak menanggapi tangan si cewek tadi yang mengajaknya bersalaman.

Terlihat wajah Vera langsung memerah karena malu dengan kepedeannya. Ia menjadi salah tingkah sendiri.

"Gue ke kelas dulu," kata Rian yang sudah tidak tahan ingin cepat-cepat kabur.

Vera hanya diam saja menahan rasa malunya, sedangkan Alice jalan mengejar jejak langkah Rian. Ia juga tidak lupa menghampiri Vera.

"Sabar!" pesannya pada Vera sambil menepuk pelan pundaknya sembari berlalu pergi.

Rian tidak tahu kalau ia diikuti oleh Karin hingga ke dalam kelasnya. Ia hanya kembali ke tempat duduknya sambil menaruh buku yang dibawanya tadi.

Karin berdiri di depan meja Rian. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya dan bertumpu pada kedua tangannya di atas meja agar dapat melihat wajah Rian lebih dekat.

"Lu ngikutin gue?" tanya Rian.

"Bukannya tadi lu manggil gue?" protes Karin.

"Ooo.. itu."

Karin berdiri ditempat sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Emangnya lu gak lihat gue yang jalan disebelah lu persis?" tanya Rian penasaran.

"Gak. Kenapa?"

"Asyik ngomong sendiri sih lu," sindir Rian sambil duduk bersender santai di dinding.

"Gue bukan ngomong sendiri, tapi gue curhat ke Vera temen gue tadi."

"Tapi gue lihat, dia diem aja."

"Yaaa... Gue juga gak tahu salah gue dimana sampe dia seperti itu sikapnya ke gue," ungkap Karin dengan wajah kecewanya.

Andi baru saja tiba dan melihat Rian yang sedang asyik bicara.

"Eh anak baru, ngobrol sama siapa?" tanya Andi penasaran.

"Sama...." kata Rian yang belum selesai, karena alarm sekolah berbunyi nyaring.

Andi langsung kembali ke tempat duduknya. Karin yang sudah mendengar bunyi alarm juga langsung sadar diri dan bergegas keluar dari kelas Rian.

"Gue pergi dulu ya," pamit Karin yang hanya di iyakan oleh anggukkan dari Rian.

Karin jalan dengan cepat menuju pintu keluar kelas Rian.

Jam pulang sekolah

Rian mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas selempang sekolah yang biasa dibawanya.

"Yan, gue duluan ya!" pamit Andi sembari jalan terburu-buru.

"Oke!" sahut Rian.

Rian baru keluar dari kelasnya dan menemukan Karin sudah berdiri bersender di dinding yang tidak jauh dari pintu keluar.

"Hai!" sapa Karin dengan senyum manisnya sambil melambaikan tangannya ke Rian.

"Sejak kapan lu disini?" tanya Rian sambil terus berjalan.

"Baru aja," jawab Karin sambil mengikuti langkah kaki Rian yang tidak menunggunya. "Mau langsung pulang?"

"Iya. Lu sendiri?"

"Gue.... belum pengen pulang sih," kata Karin sambil menampakkan wajah lelahnya dan terus melangkah.

Rian menghentikan langkahnya dan membuat Karin yang tidak fokus malah menabrak tubuh Rian yang berada di depannya.

"Upss... Maaf!" kata Karin sungkan setelah menabrak Rian.

"Makanya... kalau jalan lihat-lihat, bukan bengong," ujar Rian kesal.

"Iya! Iya!"

"Kenapa gak mau pulang? Gak ada orang di rumah?"

"Bosan dengan suasana rumah," kata Karin sambil berlenggang malas.

"Jadi... Lu mau kemana?"

"Mmm...." Karin masih sibuk berpikir.

Beberapa menit kemudian

Masih dalam kondisi yang sama, Karin bingung menentukan jawaban kemana ia harus pergi untuk menghilangkan kejenuhannya. Ia hanya duduk melamun di sebuah kursi panjang yang disediakan di luar kelas masing-masing.

Rian akhirnya bosan dan jalan meninggalkan Karin. Kondisi sekolah juga makin sepi, karena murid-muridnya sudah pada pulang.

"Yan, tunggu!" seru Karin mengejar Rian yang sudah lumayan jauh darinya.

Rian tidak menghiraukan panggilan Karin tadi. Ia cukup kesal karena lama menanti. Akhirnya, sampailah ia ke parkiran dimana motornya parkir disana.

Motor baru yang baru dibelikan oleh orang tuanya yaitu Y*maha MT-25, menjadi kebanggaan untuk dirinya sendiri dalam mengendarai motor tersebut. Rian sudah tidak sabar mengenakan helmnya dan merogoh kunci motor dari dalam saku celananya.

Karin hanya bisa memperhatikannya, tanpa berani bersuara lagi karena ia tahu kalau Rian sedang kesal.

"Ikut, gak?" tanya Rian yang sudah menaiki motornya.

"Kemana?"

"Tempat yang seru."

"Emang ada?"

"Buruan!" desaknya agar Karin tidak berlama-lama lagi.

Rian mulai menyalakan mesin motornya dan Karin bergegas naik dan duduk dibelakang. Karena ini termasuk motor gede, Karin agak kesusahan menyeimbangkan tubuhnya. Ia hanya bisa berpegangan pada pinggiran motor paling belakang agar tidak menyentuh tubuh Rian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!