NovelToon NovelToon

Missing

Toilet usang

"Silahkan perkenalkan dirimu!" seru pak guru yang berdiri di samping Rian.

Di depan teman-teman barunya, banyak pasang mata yang memandang Rian selaku murid baru pindahan dari Pekan Baru (Riau).

"Namaku, Rian. Salam kenal semua," kata Rian singkat di hadapan teman-teman barunya dengan wajah datarnya yang tampan.

*Christoper Rian

"Jadi, Rian ini pindahan dari Pekan Baru. Benar kan, Rian?"

"Iya, pak."

"Kalau gitu, kamu boleh duduk di bangku kosong sana!" seru pak guru yang menunjuk ke sebuah bangku kosong deretan ke-3 dari depan dan dekat dengan jendela.

"Terima kasih, pak."

Dengan membawa tas selempangnya yang berwarna hitam polos, Rian jalan menuju ke arah bangku yang telah disediakan untuknya. Saat dia berjalan saja, sudah banyak mencuri perhatian para siswi-siswi.

Disebuah bangku yang sudah melekat dengan mejanya, Rian menaruh tasnya dan mengeluarkan sebuah buku tulis serta sebuah pena untuk dipakainya.

"Kita lanjutin lagi ya pelajarannya!" seru pak guru pada semua muridnya.

Sembari membuka buku pelajaran, pak guru memperhatikan beberapa siswinya yang sedang berbisik-bisik sambil menatap ke arah Rian.

"Sekarang, tolong kalian fokus ke pelajaran, bukan ke Rian!" sindir pak guru yang membuat para siswi tadi sadar dan malu sendiri.

Jam istirahat

Rian membereskan alat tulisnya dan bersiap-siap untuk ke kantin.

"Bro!" panggil salah satu siswa yang menghampiri meja Rian.

Rian hanya menengok sekilas, kemudian menatap kosong pada mejanya.

"Gue, Andi!" kata siswa tadi memperkenalkan dirinya sembari duduk berhadapan dengan Rian di bangku milik temannya.

Setelah Andi, ada tiga siswa lainnya yang mengerubunginya juga.

"Karena lu murid baru, lu traktir kita dong!" ujar salah satu siswa yang berada di dekat Rian.

"Iya!" celetuk yang lain bersamaan sambil saling melempar senyum menanti kepastian traktiran dari Rian.

"Maaf, gue mau lewat!" kata Rian cool sambil berdiri dan bergegas meninggalkan mereka.

Mereka secara otomatis memberi jalan untuk Rian dengan wajah kurang menyenangkan.

"Gimana traktirannya?" tanya yang lain dengan lantang.

Langkah kaki Rian terhenti, sesaat melihat ke arah teman-temannya yang tadi mengerubunginya. "Maaf, gue lebih suka sendiri," tegasnya kemudian berlalu pergi.

"Sombong bener!" ledek salah satu dari mereka dengan sikap dingin Rian barusan.

Rian terus melangkah ke arah kantin yang belum pernah ia kunjungi. Ia tidak mau bertanya dengan orang-orang yang melewatinya atau ia lewati. Ia hanya mengikuti nalurinya saja.

Saat ia melewati di depan toilet wanita, ia mendengar suara seseorang sedang menangis. Suara rintihan seorang gadis yang berada di dalam toilet tersebut.

'Siapa yang nangis?' batin Rian.

Karena penasaran dan iba, Rian memutuskan untuk mengintai lokasi sekitaran toilet. Tidak ada yang masuk ke dalam toilet itu, padahal ini jam istirahat.

Rian melangkahkan kakinya perlahan bahkan tanpa suara, ia mulai masuk ke dalam toilet tersebut. Toilet yang terlihat usang, gelap, dan kondisi seperti sudah lama tidak terpakai. Ia memperhatikan suasana dalam toilet dan mencari sumber suara rintihan gadis yang masih menangis tadi.

Di dalam toilet terdapat enam pintu kamar toilet tiap masing-masingnya. Rian melangkah sambil melihat satu persatu kamar toilet yang bersejajaran itu.

"Hiks... hiks... hiks..." suara tangisan yang terdengar makin jelas di saat Rian sudah berhenti di kamar toilet paling ujung dan pintunya tertutup.

'Toilet gelap gini, kenapa dia malah nangis sendirian disini? Apa dia habis di bully? Atau ada yang menguncinya disini?'

Tanpa bersuara, Rian berniat mendorong pintu kamar toilet tersebut. Ia memberanikan diri menyentuh pintunya.

"Hei!" sapa seseorang dari belakang punggung Rian.

'Sial! Kaget gue!' batinnya kesal sendiri dan merasakan detak jantungnya berdebar hebat.

Rian langsung menoleh ke arah pemilik suara. Ia terkejut lagi ketika melihat sosok serba hitam berdiri dibelakangnya. Sosok itu tingginya lebih rendah darinya.

"Lu siapa?" tanya Rian sambil memegang dadanya yang berdegup kencang tadi.

Sosok tersebut membuka hoodienya yang berwarna hitam menampakkan wajah aslinya, yang ternyata adalah seorang gadis cantik.

"Ngapain lu disini?" tanya gadis itu dengan wajah juteknya

"Ng.. Tadi... ada yang..." jawab Rian yang belum selesai bicara.

Gadis itu memberi kode pada Rian agar tidak bersuara lagi. Dengan cepat, ia menarik lengan tangan Rian keluar dari sana. Rian dibawa ke halaman belakang sekolah.

Setelah dirasa aman, gadis itu melepaskan tangan Rian.

"Eh, ngapain lu bawa gue kesini?" tanya Rian yang melihat sekitaran tempat yang mereka pijak saat ini.

Sebuah halaman kosong yang jarang dilalui oleh orang. Bahkan tanamannya layu semua serta banyak pot bunga yang tergenang bekas air hujan.

"Gue nyelamatin elu," jawab gadis itu sambil menjaga jarak.

'Sepertinya dia murid sini,' batin Rian setelah mengecek pakaian yang dipakai gadis tadi.

"Nyelamatin gue?"

"Gue ingetin ya ama elu, jangan pernah lu ke tempat itu lagi!" kata gadis itu memperingati Rian sambil menunjuk tegas ke arah toilet tadi.

Rian menoleh ke arah yang ditunjuk oleh gadis tadi. "Emang kenapa?" tanyanya penasaran.

Gadis itu mendekat. "Gak perlu banyak tau deh!" serunya ketus.

Rian mendengus kesal karena tidak mendapatkan jawaban sesuai keinginannya. Karena merasa dipermainkan, ia memilih untuk segera meninggalkan area tersebut.

"Heh, mau kemana lu?" tanya gadis itu lantang.

Rian tidak menggubris pertanyaan gadis tadi. Ia terus berjalan tanpa melihat ke belakang lagi.

Lima menit kemudian

Akhirnya, Rian ke kantin hanya beli sebungkus roti isi cokelat untuk mengganjal perutnya. Ia tidak bisa berlama-lama, karena jam bel istirahat sudah berbunyi yang menandakan kalau jam pelajaran berikutnya segera dimulai.

******

Di hari berikutnya, setelah jam pulang sekolah, Rian sedang menunggu mobil jemputan pribadinya. Ia tidak sengaja menoleh ke arah halaman belakang sekolah yang kemaren sempat disinggahinya.

Rian melihat gadis kemaren yang ditemuinya sedang duduk sendirian disekitaran halaman belakang sekolah sambil memainkan MP3 Playernya. Kepalanya bergoyang-goyang pelan setelah earphonenya terpasang ditelinganya.

"Rian!" panggil salah satu teman sekelasnya, Imo.

Imo menghampiri Rian dengan setengah berlari sambil membawa sebuah buku di tangannya.

"Buku lu ketinggalan," kata Imo sambil menyerahkan buku tersebut.

"Buku gue?" tanyanya balik setelah melihat buku ditangannya.

"Tadi pas lu jalan keluar kelas, gue lihat buku itu jatuh. Jadi, gue ambil dan nyariin elu."

'Ini bukan buku gue,' batin Rian setelah memastikan buku tersebut.

"Eh, gue balik dulu ya!" pamit Imo.

"Oke!" jawab Rian sambil mengangguk kecil.

Rian menoleh lagi ke arah halaman belakang sekolah mencari keberadaan dimana gadis kemaren duduk disana.

'Kemana orangnya?'

Rian mencari gadis tersebut, namun sudah tidak ada lagi orangnya.

Karin

"Heh!" panggil seseorang sambil menepuk punggung Rian dari belakang.

"Hah!" jawab Rian refleks dengan wajah tegangnya karena kaget. "Elu!" lanjutnya setelah mengenal orang yang mengagetkannya barusan.

Ternyata dia gadis yang dicari Rian. Gadis yang sempat hilang dan tiba-tiba muncul dari balik punggung Rian.

"Lu nyari gue?"

"Siapa yang nyari elu?" elak Rian sok cool.

Gadis itu tersenyum manis setelah mendengar kebohongan Rian. Tanpa bicara, gadis itu pergi meninggalkan Rian.

"Heh, elu!" panggil Rian pada gadis itu.

Gadis itu berhenti dan langsung balik badan menatap Rian. Ia menunjuk ke dirinya sendiri seolah-olah menanyakan pada Rian, apakah Rian memanggilnya barusan.

"Iya, elu," jawab Rian.

Gadis itu berjalan menghampiri Rian dengan kedua tangannya ditaruh di belakang.

"Nama gue, Karin," kata gadis itu dengan senyum manisnya sambil memperkenalkan diri.

*Karin

"O," jawab Rian singkat dengan satu kata itu saja.

"Nama lu?"

"Rian."

"Lagi nunggu jemputan?" tanya Karin sambil berdiri di samping Rian.

"Mm," jawab Rian dengan anggukkan juga.

Beberapa detik terlewati. Mereka berdua hanya diam seperti kehilangan topik pembicaraan.

"Lu suka nongkrong di situ?" tanya Rian penasaran sambil menunjuk dengan lirikannya ke arah dimana Karin duduk sendirian tadi.

Karin melihat ke arah itu. "Iya! Gue suka disitu menyendiri."

'Apa dia seperti gue yang gak suka keramaian?' batin Rian.

"Kenapa emangnya?"

"Gak apa-apa. Emang lu gak punya temen di sekolah ini?"

"Ada sih. Tapi mereka sekarang udah gak mau temenan sama gue," jawab Karin dengan mimik wajah kecewa.

"Lagi marahan?" terka Rian.

"Mungkin gue ada salah sama dia secara gak langsung. Tiap kali gue ngajak ngobrol, dia selalu cuekkin gue."

"Emangnya lu kelas berapa?"

'Tin! Tin!' suara klakson mobil jemputan pribadi Rian berbunyi.

Sebuah mobil Mercy hitam sudah menuju ke arah Rian.

"Itu mobil jemputan elu?"

"Iya."

"Kalau gitu, gue pergi dulu ya," pamit Karin.

Rian terdiam sejenak.

"Heh!" seru Rian lantang setelah melihat kepergian Karin.

Karin yang merespon, langsung berbalik melihat Rian.

"Kenapa?"

"Rumah lu dimana?"

"Mau tau aja."

Rian tampak malu-malu ingin menawarkan mengajaknya pulang bersama.

"Mau bareng?"

"Gak usah. Gue udah biasa pulang sendiri," jawab Karin dengan santai sambil balik jalan kembali.

Rian langsung membuka pintu mobil jemputannya. Ia duduk di kursi penumpang belakang dan melepaskan tas selempangnya.

Mobil jemputannya sudah melaju dan melewati Karin yang masih jalan sendirian. Rian melihat Karin sempat menoleh ke arah mobil yang ditumpanginya ini.

"Pak Jo, besok aku gak usah dijemput ya. Pengen bawa motor," kata Rian pada sopir pribadinya.

"Emangnya kenapa, den?" tanya sang sopir bernama pak Jo sambil melirik dari arah kaca spion tengah. "Bukannya aden gak tau jalan?"

"Kan ada g*ogle maps."

"Oooo.... Izin dulu den sama si bapak ibu aden nanti. Kalau pak Jo mah tunggu perintah saja."

"Iya, tar aku bisa izin sama ortu."

Rian menengok ke belakang untuk melihat Karin yang masih jalan dengan santainya.

"Dasar tuh anak!" umpat Rian sambil berbalik ke posisi semula.

Pak Jo mendengar umpatan Rian barusan.

"Kenapa, den? Lagi marahin siapa?"

"Bukan siapa-siapa, pak."

"Sudah ada kenalan cewek baru ya, den?" goda pak Jo.

"Hehe..." jawab Rian cengengesan. "Bisa aja pak Jo."

"Lah.. tadi lagi bicara sama siapa sebelum bapak sampai?"

"Cuma temen."

"Emang... temen aden cewek apa cowok?" selidik pak Jo.

"Cewek."

"Oooo.... cewek," katanya sambil mengayunkan kepalanya seperti mengikuti irama alunan nada kata yang diucapkannya.

Rian memandangi pemandangan luar jalanan yang macet dari dalam jendela kaca mobil. Dia baru sadar kalau mobilnya berada di samping sebuah mobil angkutan. Dalam mobil angkutan itu, hanya ada tiga penumpang saja. Anehnya lagi, ketiga penumpang tadi menundukkan kepalanya semua dengan rambut panjang yang berjuntai ke depan. Sedangkan abang sopir angkutnya seperti biasa saja.

Rasa penasaran Rian masih berlanjut. Ia menatap serius kepada tiga orang penumpang dalam angkutan itu. Hingga terlihat salah satunya, membelah rambutnya menjadi dua bagian. Kedua pupil mata Rian menjadi fokus dengan rasa penasaran akan wajah yang akan ditampilkan oleh orang itu.

"Aaa..." teriak Rian kaget saat sudah melihat wajah penumpang tadi.

"Kenapa, den? Kok teriak-teriak?" tanya pak Jo khawatir sampai nengok ke belakang.

Rian menutup kedua matanya, tak berani melihat lagi ke arah angkutan di sebelahnya.

"Den!" panggil pak Jo yang belum disahut. Terpaksa pak Jo mengguncang-guncangkan kaki Rian yang bisa dijangkaunya. "Dennn!" panggilnya dengan lantang.

Rian membuka kedua matanya lebar-lebar, sampai kedua bola matanya hampir saja keluar. Dia juga mengelus dadanya agar merasa tenang. Wajahnya kali ini sangat tegang.

"Kenapa, den?"

Akhirnya mobil dapat jalan lagi dari kemacetan. Mobil angkutan tadi sudah laju duluan dan itu membuat Rian merasa lega.

"Mobil angkutan disebelah tadi, penumpangnya aneh."

"Aneh gimana, den?"

"Seperti Sadako, pak."

"Sadako itu apa, den?"

"Itu loh... Hantu Jepang."

"Owalah.... Bapak baru tau kalau di Jepang ada hantu yang bernama Sadako," kata pak Jo sembari bercanda dengan Rian untuk mencairkan ketegangan. "Emangnya aden lihat apa tadi kok mukanya sampai pucat?"

"Penumpangnya pak, di dalam itu ada tiga cewek gitu tapi rambutnya ke depan semua. Mereka duduk juga jaraknya jauh-jauh. Terus, salah satu malah kasih lihat mukanya ke aku. Ihhhh...." jelas Rian sambil bergidik ngeri dan ia merasakan bulu kuduknya berdiri semua.

"Banyak doa, den. Hal-hal seperti itu mah pasti ada."

"Maksudnya?"

"Mereka itu ya bisa jadi arwah gentayangan."

"Tapi aneh ya, siang-siang malah keluyuran."

"Hahaha...." tawa keras pak Jo. "Aden ini ada-ada saja. Namanya juga arwah, pasti akan keluar kapan saja."

"Kemaren juga ada suara cewek lagi nangis di toilet sekolah. Aku samperin, tapi malah dicegah sama temen."

"Emangnya aden punya indra ke-6?"

"Ya.... waktu masih kecil. Sekarang malah makin jelas lihat beginian."

"Dimanapun aden berada, baca doa saja. Hal-hal seperti itu pasti gak akan ganggu aden lagi."

"Ya, pak."

*****

Di sekolah...

Hari ini Rian mau pinjam buku ke perpustakaan. Perpustakaan sekolah cukup luas dan buku-bukunya juga lengkap, tapi yang masuk ke sana hanya beberapa orang saja.

Rian berjalan menelusuri dari satu rak buku ke rak buku lainnya. Kali ini ia mau belajar tentang astrologi. Ia sibuk mencari buku astrologi di bagian rak buku.

'Ketemu,' batin Rian setelah menemukan buku yang dicarinya.

Baru saja mau menggapainya, tiba-tiba buku itu jatuh sendiri padahal belum disentuh sama sekali.

Awal berteman

Rian mengambil buku yang jatuh di lantai tadi. Pas dia nunduk untuk mengambil, tiba-tiba ada sosok bayangan putih yang sekelibat lewat di depannya. Ia langsung berdiri dan memperhatikan sekitarannya.

'Mungkin salah lihat.'

Dia memutuskan untuk meminjam buku tersebut dan membacanya di kelas. Baru saja keluar dari perpustakaan, dia bertemu dengan Karin yang sedang berjalan berlawanan arah. Karin sedang asyik berbincang dengan teman disampingnya, tapi sikap temannya malah cuek seperti yang ia ceritakan kemaren.

Karin tetap mengajak temannya bicara, walaupun temannya diam seribu bahasa tidak meresponnya. Rian berjalan melewatinya, bahkan mereka berpas-pasan bertemu. Rian masih memperhatikannya, tapi Karin malah asyik sendiri tanpa melihat Rian.

'Nih anak... pura-pura gak kenal gue?'

Rian tetap berjalan ke depan, tapi setelah memikirkan kenapa Karin pura-pura tidak mengenalinya, ia sangat merasa terganggu. Ia pun balik badan dan melihat punggung Karin yang sedang berjalan terus.

"Heh!" panggil Rian dengan lantang yang membuat orang-orang disekitarannya pada nengok semua ke arahnya.

Rian tidak peduli dengan orang lain yang melihatnya. Dengan panggilan tadi, akhirnya bisa membuat Karin dan temannya merespon.

Teman Karin hanya bengong setelah melihat Rian yang tiba-tiba memanggil.

"Lu panggil gue?" tanya Karin

Rian mengangguk mengiyakan.

Baru saja Karin mau jalan menghampiri Rian, tapi sudah didahului oleh temannya yang melangkah dengan semangat ke arah Rian.

"Elu panggil gue ya?" tanya teman Karin yang sudah tiba dihadapan Rian.

Rian menatap cewek di depannya dengan wajah datar tanpa senyum. Tapi cewek itu malah bersikap imut dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan kiri didepan Rian.

"Sorry! Gue bukan manggil elu," aku Rian.

Si cewek tadi merasa bingung dan malu. Ia melihat di belakangnya apakah ada orang lain selain dia yang dipanggil oleh Rian, tapi tampaknya ia tidak tahu siapa orang yang dimaksud Rian karena ada beberapa cewek dibelakangnya.

"Jadi... elu bukan manggil gue?" tanya cewek itu memastikan lagi.

Rian menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ya udah deh gakpapa. Tapi boleh kan kita kenalan dulu?"

Rian hanya diam tak merespon, tapi ia melihat Karin yang sedang memperhatikannya sedari tadi sambil senyum-senyum sendiri.

"Kenalan aja! Dia baik kok," kata Karin.

"Nama gue, Vera. Kalau elu, namanya siapa?" Si cewek mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Rian.

"Rian," jawab Rian singkat dan ia tidak menanggapi tangan si cewek tadi yang mengajaknya bersalaman.

Terlihat wajah Vera langsung memerah karena malu dengan kepedeannya. Ia menjadi salah tingkah sendiri.

"Gue ke kelas dulu," kata Rian yang sudah tidak tahan ingin cepat-cepat kabur.

Vera hanya diam saja menahan rasa malunya, sedangkan Alice jalan mengejar jejak langkah Rian. Ia juga tidak lupa menghampiri Vera.

"Sabar!" pesannya pada Vera sambil menepuk pelan pundaknya sembari berlalu pergi.

Rian tidak tahu kalau ia diikuti oleh Karin hingga ke dalam kelasnya. Ia hanya kembali ke tempat duduknya sambil menaruh buku yang dibawanya tadi.

Karin berdiri di depan meja Rian. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya dan bertumpu pada kedua tangannya di atas meja agar dapat melihat wajah Rian lebih dekat.

"Lu ngikutin gue?" tanya Rian.

"Bukannya tadi lu manggil gue?" protes Karin.

"Ooo.. itu."

Karin berdiri ditempat sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Emangnya lu gak lihat gue yang jalan disebelah lu persis?" tanya Rian penasaran.

"Gak. Kenapa?"

"Asyik ngomong sendiri sih lu," sindir Rian sambil duduk bersender santai di dinding.

"Gue bukan ngomong sendiri, tapi gue curhat ke Vera temen gue tadi."

"Tapi gue lihat, dia diem aja."

"Yaaa... Gue juga gak tahu salah gue dimana sampe dia seperti itu sikapnya ke gue," ungkap Karin dengan wajah kecewanya.

Andi baru saja tiba dan melihat Rian yang sedang asyik bicara.

"Eh anak baru, ngobrol sama siapa?" tanya Andi penasaran.

"Sama...." kata Rian yang belum selesai, karena alarm sekolah berbunyi nyaring.

Andi langsung kembali ke tempat duduknya. Karin yang sudah mendengar bunyi alarm juga langsung sadar diri dan bergegas keluar dari kelas Rian.

"Gue pergi dulu ya," pamit Karin yang hanya di iyakan oleh anggukkan dari Rian.

Karin jalan dengan cepat menuju pintu keluar kelas Rian.

Jam pulang sekolah

Rian mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas selempang sekolah yang biasa dibawanya.

"Yan, gue duluan ya!" pamit Andi sembari jalan terburu-buru.

"Oke!" sahut Rian.

Rian baru keluar dari kelasnya dan menemukan Karin sudah berdiri bersender di dinding yang tidak jauh dari pintu keluar.

"Hai!" sapa Karin dengan senyum manisnya sambil melambaikan tangannya ke Rian.

"Sejak kapan lu disini?" tanya Rian sambil terus berjalan.

"Baru aja," jawab Karin sambil mengikuti langkah kaki Rian yang tidak menunggunya. "Mau langsung pulang?"

"Iya. Lu sendiri?"

"Gue.... belum pengen pulang sih," kata Karin sambil menampakkan wajah lelahnya dan terus melangkah.

Rian menghentikan langkahnya dan membuat Karin yang tidak fokus malah menabrak tubuh Rian yang berada di depannya.

"Upss... Maaf!" kata Karin sungkan setelah menabrak Rian.

"Makanya... kalau jalan lihat-lihat, bukan bengong," ujar Rian kesal.

"Iya! Iya!"

"Kenapa gak mau pulang? Gak ada orang di rumah?"

"Bosan dengan suasana rumah," kata Karin sambil berlenggang malas.

"Jadi... Lu mau kemana?"

"Mmm...." Karin masih sibuk berpikir.

Beberapa menit kemudian

Masih dalam kondisi yang sama, Karin bingung menentukan jawaban kemana ia harus pergi untuk menghilangkan kejenuhannya. Ia hanya duduk melamun di sebuah kursi panjang yang disediakan di luar kelas masing-masing.

Rian akhirnya bosan dan jalan meninggalkan Karin. Kondisi sekolah juga makin sepi, karena murid-muridnya sudah pada pulang.

"Yan, tunggu!" seru Karin mengejar Rian yang sudah lumayan jauh darinya.

Rian tidak menghiraukan panggilan Karin tadi. Ia cukup kesal karena lama menanti. Akhirnya, sampailah ia ke parkiran dimana motornya parkir disana.

Motor baru yang baru dibelikan oleh orang tuanya yaitu Y*maha MT-25, menjadi kebanggaan untuk dirinya sendiri dalam mengendarai motor tersebut. Rian sudah tidak sabar mengenakan helmnya dan merogoh kunci motor dari dalam saku celananya.

Karin hanya bisa memperhatikannya, tanpa berani bersuara lagi karena ia tahu kalau Rian sedang kesal.

"Ikut, gak?" tanya Rian yang sudah menaiki motornya.

"Kemana?"

"Tempat yang seru."

"Emang ada?"

"Buruan!" desaknya agar Karin tidak berlama-lama lagi.

Rian mulai menyalakan mesin motornya dan Karin bergegas naik dan duduk dibelakang. Karena ini termasuk motor gede, Karin agak kesusahan menyeimbangkan tubuhnya. Ia hanya bisa berpegangan pada pinggiran motor paling belakang agar tidak menyentuh tubuh Rian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!