Karin

"Heh!" panggil seseorang sambil menepuk punggung Rian dari belakang.

"Hah!" jawab Rian refleks dengan wajah tegangnya karena kaget. "Elu!" lanjutnya setelah mengenal orang yang mengagetkannya barusan.

Ternyata dia gadis yang dicari Rian. Gadis yang sempat hilang dan tiba-tiba muncul dari balik punggung Rian.

"Lu nyari gue?"

"Siapa yang nyari elu?" elak Rian sok cool.

Gadis itu tersenyum manis setelah mendengar kebohongan Rian. Tanpa bicara, gadis itu pergi meninggalkan Rian.

"Heh, elu!" panggil Rian pada gadis itu.

Gadis itu berhenti dan langsung balik badan menatap Rian. Ia menunjuk ke dirinya sendiri seolah-olah menanyakan pada Rian, apakah Rian memanggilnya barusan.

"Iya, elu," jawab Rian.

Gadis itu berjalan menghampiri Rian dengan kedua tangannya ditaruh di belakang.

"Nama gue, Karin," kata gadis itu dengan senyum manisnya sambil memperkenalkan diri.

*Karin

"O," jawab Rian singkat dengan satu kata itu saja.

"Nama lu?"

"Rian."

"Lagi nunggu jemputan?" tanya Karin sambil berdiri di samping Rian.

"Mm," jawab Rian dengan anggukkan juga.

Beberapa detik terlewati. Mereka berdua hanya diam seperti kehilangan topik pembicaraan.

"Lu suka nongkrong di situ?" tanya Rian penasaran sambil menunjuk dengan lirikannya ke arah dimana Karin duduk sendirian tadi.

Karin melihat ke arah itu. "Iya! Gue suka disitu menyendiri."

'Apa dia seperti gue yang gak suka keramaian?' batin Rian.

"Kenapa emangnya?"

"Gak apa-apa. Emang lu gak punya temen di sekolah ini?"

"Ada sih. Tapi mereka sekarang udah gak mau temenan sama gue," jawab Karin dengan mimik wajah kecewa.

"Lagi marahan?" terka Rian.

"Mungkin gue ada salah sama dia secara gak langsung. Tiap kali gue ngajak ngobrol, dia selalu cuekkin gue."

"Emangnya lu kelas berapa?"

'Tin! Tin!' suara klakson mobil jemputan pribadi Rian berbunyi.

Sebuah mobil Mercy hitam sudah menuju ke arah Rian.

"Itu mobil jemputan elu?"

"Iya."

"Kalau gitu, gue pergi dulu ya," pamit Karin.

Rian terdiam sejenak.

"Heh!" seru Rian lantang setelah melihat kepergian Karin.

Karin yang merespon, langsung berbalik melihat Rian.

"Kenapa?"

"Rumah lu dimana?"

"Mau tau aja."

Rian tampak malu-malu ingin menawarkan mengajaknya pulang bersama.

"Mau bareng?"

"Gak usah. Gue udah biasa pulang sendiri," jawab Karin dengan santai sambil balik jalan kembali.

Rian langsung membuka pintu mobil jemputannya. Ia duduk di kursi penumpang belakang dan melepaskan tas selempangnya.

Mobil jemputannya sudah melaju dan melewati Karin yang masih jalan sendirian. Rian melihat Karin sempat menoleh ke arah mobil yang ditumpanginya ini.

"Pak Jo, besok aku gak usah dijemput ya. Pengen bawa motor," kata Rian pada sopir pribadinya.

"Emangnya kenapa, den?" tanya sang sopir bernama pak Jo sambil melirik dari arah kaca spion tengah. "Bukannya aden gak tau jalan?"

"Kan ada g*ogle maps."

"Oooo.... Izin dulu den sama si bapak ibu aden nanti. Kalau pak Jo mah tunggu perintah saja."

"Iya, tar aku bisa izin sama ortu."

Rian menengok ke belakang untuk melihat Karin yang masih jalan dengan santainya.

"Dasar tuh anak!" umpat Rian sambil berbalik ke posisi semula.

Pak Jo mendengar umpatan Rian barusan.

"Kenapa, den? Lagi marahin siapa?"

"Bukan siapa-siapa, pak."

"Sudah ada kenalan cewek baru ya, den?" goda pak Jo.

"Hehe..." jawab Rian cengengesan. "Bisa aja pak Jo."

"Lah.. tadi lagi bicara sama siapa sebelum bapak sampai?"

"Cuma temen."

"Emang... temen aden cewek apa cowok?" selidik pak Jo.

"Cewek."

"Oooo.... cewek," katanya sambil mengayunkan kepalanya seperti mengikuti irama alunan nada kata yang diucapkannya.

Rian memandangi pemandangan luar jalanan yang macet dari dalam jendela kaca mobil. Dia baru sadar kalau mobilnya berada di samping sebuah mobil angkutan. Dalam mobil angkutan itu, hanya ada tiga penumpang saja. Anehnya lagi, ketiga penumpang tadi menundukkan kepalanya semua dengan rambut panjang yang berjuntai ke depan. Sedangkan abang sopir angkutnya seperti biasa saja.

Rasa penasaran Rian masih berlanjut. Ia menatap serius kepada tiga orang penumpang dalam angkutan itu. Hingga terlihat salah satunya, membelah rambutnya menjadi dua bagian. Kedua pupil mata Rian menjadi fokus dengan rasa penasaran akan wajah yang akan ditampilkan oleh orang itu.

"Aaa..." teriak Rian kaget saat sudah melihat wajah penumpang tadi.

"Kenapa, den? Kok teriak-teriak?" tanya pak Jo khawatir sampai nengok ke belakang.

Rian menutup kedua matanya, tak berani melihat lagi ke arah angkutan di sebelahnya.

"Den!" panggil pak Jo yang belum disahut. Terpaksa pak Jo mengguncang-guncangkan kaki Rian yang bisa dijangkaunya. "Dennn!" panggilnya dengan lantang.

Rian membuka kedua matanya lebar-lebar, sampai kedua bola matanya hampir saja keluar. Dia juga mengelus dadanya agar merasa tenang. Wajahnya kali ini sangat tegang.

"Kenapa, den?"

Akhirnya mobil dapat jalan lagi dari kemacetan. Mobil angkutan tadi sudah laju duluan dan itu membuat Rian merasa lega.

"Mobil angkutan disebelah tadi, penumpangnya aneh."

"Aneh gimana, den?"

"Seperti Sadako, pak."

"Sadako itu apa, den?"

"Itu loh... Hantu Jepang."

"Owalah.... Bapak baru tau kalau di Jepang ada hantu yang bernama Sadako," kata pak Jo sembari bercanda dengan Rian untuk mencairkan ketegangan. "Emangnya aden lihat apa tadi kok mukanya sampai pucat?"

"Penumpangnya pak, di dalam itu ada tiga cewek gitu tapi rambutnya ke depan semua. Mereka duduk juga jaraknya jauh-jauh. Terus, salah satu malah kasih lihat mukanya ke aku. Ihhhh...." jelas Rian sambil bergidik ngeri dan ia merasakan bulu kuduknya berdiri semua.

"Banyak doa, den. Hal-hal seperti itu mah pasti ada."

"Maksudnya?"

"Mereka itu ya bisa jadi arwah gentayangan."

"Tapi aneh ya, siang-siang malah keluyuran."

"Hahaha...." tawa keras pak Jo. "Aden ini ada-ada saja. Namanya juga arwah, pasti akan keluar kapan saja."

"Kemaren juga ada suara cewek lagi nangis di toilet sekolah. Aku samperin, tapi malah dicegah sama temen."

"Emangnya aden punya indra ke-6?"

"Ya.... waktu masih kecil. Sekarang malah makin jelas lihat beginian."

"Dimanapun aden berada, baca doa saja. Hal-hal seperti itu pasti gak akan ganggu aden lagi."

"Ya, pak."

*****

Di sekolah...

Hari ini Rian mau pinjam buku ke perpustakaan. Perpustakaan sekolah cukup luas dan buku-bukunya juga lengkap, tapi yang masuk ke sana hanya beberapa orang saja.

Rian berjalan menelusuri dari satu rak buku ke rak buku lainnya. Kali ini ia mau belajar tentang astrologi. Ia sibuk mencari buku astrologi di bagian rak buku.

'Ketemu,' batin Rian setelah menemukan buku yang dicarinya.

Baru saja mau menggapainya, tiba-tiba buku itu jatuh sendiri padahal belum disentuh sama sekali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!