Legenda Panglima Perang

Legenda Panglima Perang

Ronald

Tahun 2022, seorang pemuda terlihat sedang berdiri diatas gedung pencakar langit. Pemuda itu memandang ke bawah dengan ekspresi datar seolah tidak ada lagi semangat hidup.

Dengan mata tertutup, pemuda itu mengingat kenangan buruknya selama hidup di dunia. Terlahir di keluarga miskin, menjadi yatim piatu sejak balita, di rendahkan, menjadi korban bullying, dan terus berperang melawan sulitnya kebutuhan hidup. Satu hal yang paling membekas di benak pemuda itu adalah, kesalahan terbesarnya, meminjam uang pada rentenir. Karena hal itu, dia terus ditagih dan hanya bisa membayar bunga hutangnya saja.

Setiap hari, pemuda itu terus-menerus di teror oleh si rentenir sampai membuatnya depresi dan hilang arah...

Tibalah saat dimana ia memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Mata pemuda itu kembali terbuka, pemuda itu melihat sudah banyak orang yang meneriakinya dari bawah. Seolah mereka semua sangat peduli terhadap hidup si pemuda dan tak ingin dirinya bunuh diri. Sambil mengingat kenangan-kenangan buruknya, pemuda itu hanya tersenyum.

Mata si pemuda terbuka lebar saat melihat teman-teman yang sering membully dan gadis yang ia cintai di bawah sedang berusaha menghentikan aksi nekat si pemuda.

"Munafik! mereka seolah sangat peduli terhadap diriku, tapi kenyataannya... mereka semua telah meninggalkan kesan buruk selama bertahun-tahun dalam hidupku. Kehidupan ini... aku menyerah..."

Semua orang terlihat histeris saat pemuda itu melompat dari lantai sembilan di gedung pencakar langit. Aksi nekat si pemuda akhirnya menjadi berita hangat selama beberapa bulan. Meski begitu, setidaknya satu dari banyaknya impian pemuda itu akhirnya terpenuhi. Yakni menjadi orang terkenal. Namun semua orang malah mengenalnya sebagai si bodoh yang putus asa.

"Akhirnya... kehidupan ini berakhir begitu mudah. Dengan yang aku lakukan, apakah aku akan masuk neraka?" batin si pemuda. Pandangannya menjadi gelap dan seolah-olah pemuda itu baru saja tenggelam dalam lautan tak berdasar. Hanya ada kegelapan dan rasa kesepian.

Namun, pemuda itu sedikit lega, setelah sekian lama akhirnya ia bisa melupakan segala kehidupan pahitnya. Andai saja pemuda itu di beri nasib baik, mungkin tidak akan melakukan hal nekat seperti itu. Yah, ini juga berkat teror si rentenir membuat satu-satunya penyesalan terbesar si pemuda adalah meminjam uang pada rentenir.

Pemuda itu benar-benar kapok dan berjanji pada dirinya, tidak akan mengutang lagi.

"Aku sangat menyesal dengan kehidupan ini. Aku belum pernah pacaran apalagi menikah, tidak pernah menyentuh tangan seorang gadis, selalu di rendahkan dan diperlakukan dengan buruk. Jika saja ada kehidupan berikutnya... aku ingin mendapatkan semua yang belum aku dapatkan?" batin si pemuda.

Akhirnya, pemuda itu telah merasakan ketenangan sesaat, sampai ia mendengar sebuah suara samar-samar yang memanggilnya.

"Ronald, ku mohon bangun lah. Aku masih belum sanggup kehilanganmu?" Samar-samar suara itu terdengar jelas di telinga si pemuda, semakin lama semakin keras.

Perlahan... ia merasakan goncangan hebat ditubuhnya. Rasa nyeri disekujur tubuh, perasaan aneh yang tidak tergambarkan.

Mata si pemuda terbuka lebar dan menemukan seorang gadis tengah menangisi kepergiannya. Pemuda itu membuka matanya sedikit dan melihat seorang gadis yang sama sekali tidak ia kenal.

"Siapa gadis ini? dia menangis untukku? apakah aku belum mati setelah melompat dari lantai sembilan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di benak si pemuda. Pemuda itu masih belum bisa mencerna situasi yang ia hadapi saat ini.

Sesaat sebelum pingsan, pemuda itu menyadari sesuatu.

"Tunggu, bukankah aku melompat dari atas gedung pencakar langit di tengah kota? kenapa aku hanya bisa melihat pohon di sini? dan... hanya ada gadis ini?" Pandangan pemuda itu menjadi kabur, kepalanya terasa pusing dan berakhir dengan tidak sadarkan diri.

Sementara itu, gadis yang sedari tadi menangis merasakan detak jantung Ronald yang seolah bangkit dari kematian. Ia seketika merasakan nafas berat Ronald. Terlebih ketika ia melihat mata Ronald terbuka sedikit, namun kembali tertutup.

Perasaan senang dan gembira kembali mengisi hati si gadis. Setelah merasakan nafas Ronald yang seolah tidak bisa bertahan lama, membuat gadis itu membuat keputusan besar.

Dengan sigap gadis itu menarik nafas dalam dan mengecup bibir Ronald. Dua buah bibir bertemu, tak disangka... ciuman pertama Ronald jatuh pada gadis itu.

Tentu gadis itu tidak bermaksud mesum, melainkan ia hanya ingin membantu pernafasan Ronald dengan memberikan nafas bantuan. Perasaan hangat kembali membuat mata si pemuda terbuka lebar. Ia akhirnya tersadar dan menemukan seorang gadis sedang mengecup bibir indahnya dan membantunya bernafas.

Ah... perasaan yang sangat hangat yang tidak tergambarkan kembali terasa pada diri si pemuda. Jika di ingat, ini adalah kali pertama si pemuda mendapatkan ciuman dari seorang gadis yang terlihat imut, cantik dan rupawan. Kecantikan gadis itu seolah tampak seperti bidadari, sangat indah dan menawan.

"Inikah surga? baru masuk saja sudah senyaman ini, keputusan ku memang tidak salah!" batin si pemuda.

Setelah menyadari pemuda itu telah sadar, akhirnya gadis itu menarik bibir lembut, indah, dan seksinya dengan pipi yang memerah seperti tomat karena malu.

"Tuan Ronald sudah bangun?" Gadis itu tidak bisa tidak segera mengajak si pemuda mengobrol.

"Tuan? Ronald? apakah namaku di sini adalah Ronald? akan ku ingat!" gumam Ronald.

Seketika perhatian gadis itu teralihkan saat tiba-tiba Ronald batuk darah. Saat itulah Ronald menyadari banyak luka sabetan pedang di sekujur tubuhnya. Jantungnya berdetak kencang dan merasakan sensasi yang belum pernah dirasakannya selama ini.

Benar saja, sensasi rasa nyeri yang dirasakan oleh Ronald berasal dari lukanya yang terlihat masih sangat baru.

"Apakah aku habis bertarung?" batin Ronald bertanya-tanya sembari mulai mencerna situasi.

"Tunggu, bukan ini tempatku bunuh diri. apakah aku berpindah dunia?" Ronald akhirnya bisa mencerna situasi yang ia hadapi sedikit. Meski hanya sedikit, namun itu penting! setidaknya Ronald sudah tahu situasi yang ia alami.

Dilihat dari lukanya, Ronald tampak jelas telah bertarung sengit. Namun tidak ada bekas-bekas pertarungan sejauh mata memandang. Hanya ada jejak tapak kaki kuda yang terlihat masih baru.

Gadis yang berada di samping Ronald seketika berdecak kesal saat mendengar suara rombongan kuda. Gadis itu bergegas mengambil pedang yang terletak di tanah tepat di sampingnya.

Dengan elegan, gadis itu menarik pedangnya seolah siap bertarung sampai mati. Dengan perasaan tak berdaya, Ronald hanya bisa memandangi dari belakang. Ronald kagum dengan keberanian gadis itu. Namun sialnya, pandangan Ronald kembali memburuk, jantungnya berdetak kencang sampai pada akhirnya benar-benar pingsan setelah melihat gadis itu mulai maju untuk bertarung dengan deretan pendekar yang menunggangi kuda.

Ronald kembali merasakan sensasi yang sempat ia rasakan sebelumnya, seakan tenggelam ke dalam jurang tidak berdasar. Gelap, sepi, dan hampa.

***Halo teman-teman, saya adalah pemula yah. Ini karya pertama saya di Novel Toon. Kuharap saya dapat mengembangkan kemampuan menulis saya disini.

Sebagai pemula, aku sangat menantikan dukungan kalian. Bila mana kalian merasa ada yang kurang, maka tidak ada salahnya meninggalkan komentar. Barangkali saya bisa belajar dari tanggapan kalian.

Satu hal lagi... semoga kalian suka dengan hasil karya saya yah... Terimakasih untuk anda yang telah mendukung karya saya, semoga rezeki kalian berlimpah ruah aamiin***.

Terpopuler

Comments

Amrul Sembang

Amrul Sembang

mantap thor

2023-12-11

1

Yanka Raga

Yanka Raga

semangaaat 💪
teruslah berkarya 👌

2022-10-08

0

Rere

Rere

keren...lanjutin kak sukses selalu🥰

2022-10-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!