Sekarat!

Seorang gadis berdiri tegak dengan sebilah pedang ditangannya. Dibelakang sang gadis, tampak Ronald masih terbaring lemas dan berlumuran darah. Kondisi Ronald cukup serius. Setelah cukup lama, suara gemuruh disertai dengan kedatangan sepuluh orang pendekar berkuda.

Sepuluh orang pendekar itu berhenti sekitar lima meter dari sang gadis. Tampak tak ada yang berani menyerang lebih dulu. Satu persatu dari mereka akhirnya turun dari kuda mereka masing-masing.

"Yulia, kami tidak punya dendam apapun padamu, kami hanya menginginkan nyawa Ronald!"

"Ronald sialan, telah membunuh putraku... hutang nyawa harus di bayar dengan nyawa."

"Aku tidak peduli apapun, aku hanya ingin memastikan Ronald dapat menemui ajalnya dengan cepat."

Beberapa orang angkat bicara, sementara yang lainnya memilih diam dan bersiap untuk bertempur.

"Cih, kalian para tetua Sekte, Gunung Bunga Persik yang berwibawa. Tidak kusangka, demi membunuh seorang Ronald kalian malah main keroyok. Apakah kabar yang beredar hanya mitos? Tidak hanya main keroyokan, kalian juga malah bekerja sama dengan pendekar aliran iblis. Hari ini, meski aku harus mati... tidak akan kubiarkan kalian membunuh Ronald!" Gadis itu berseru dengan kuat, dalam hatinya ia mengumpat. Dirinya sadar betul, dengan kemampuan yang dia miliki, sekalipun hanya menghadapi dua pendekar, juga akan sulit keluar hidup-hidup.

"Andai saja Ronald tidak kalian jebak, kalian mana bisa melukainya." Yulia berseru dengan kuat.

"Yulia, jangan pernah berpikir hanya karena dirimu adalah satu-satunya putri Jendral besar di kota Florida, aku tidak akan berani melukaimu. Jangan lupa, aku ini siapa?"

Yulia kembali mengumpat, sebab yang baru saja bicara adalah Growth, salah satu tetua bendera lima warna, ketua bendera hijau sang ahli racun. Bendera hijau adalah salah satu dari lima pasukan utama bendera lima warna.

Yulia hanya bisa mengumpat, sebab bendera hijau dari bendera lima warna termasuk salah satu sekte aliran hitam terbesar nomer dua.

"Hari ini, kami akan bertarung habis-habisan. Ronald yang masih muda sudah bisa menyulitkan kami, kelak dia akan menjadi bencana bagi aliran iblis dan aliran hitam. Jika kamu bersikeras melawan kami, maka kami juga tidak ada pilihan lain." Seorang sesepuh kerdil berjanggut putih angkat bicara.

Hanya ada tongkatnya saja yang dia jadikan penyangga untuk berdiri. Seolah terlihat sebagai salah satu orang tua yang lemah dan tidak berdaya. Namun siapa sangka, Sesepuh kerdil itu adalah salah satu tetua klan asura dari aliran iblis.

Sesepuh kerdil itu seketika mendorong Lin Fan yang merupakan salah seorang tetua di Gunung Bunga Persik. Lin Fan yang seorang dari aliran putih seolah tidak terima jika dirinya yang harus memulai pertempuran berdarah.

Bisa dibilang, dari sepuluh orang pendekar tangguh itu, hanya Lin Fan, sesepuh kerdil, dan Growth yang merupakan tokoh penting dunia persilatan kekaisaran Han. Sedangkan tujuh orang lainnya hanyalah pendekar berbakat yang juga menginginkan nyawa Ronald dengan alasannya masing-masing.

Yulia menelan ludah saat melihat Lin Fan mulai maju.

"Tetua Lin Fan, anda sebagai pendekar aliran putih bersekongkol dengan pendekar aliran hitam dan aliran iblis, apakah masih layak menjadi tetua Gunung Bunga Persik?" Yulia bertanya sekali lagi.

"Tetua? aku memang tidak pantas. Karena aku hanya pantas menjadi ketua Gunung Bunga Persik. Aku adalah generasi paling berbakat, tapi kenapa aku tidak bisa jadi ketua? Gunung Bunga Persik malah memilih Ronald sebagai ketua yang baru di masa depan. Aku tidak terima ini, jika aku membunuhnya, maka hanya aku yang pantas menjadi ketua."

"Saudara-saudaraku, tidak perlu ragu lagi. Bahkan jika kita melepaskan Ronald kali ini, Jendral Sudirman tetap akan mengejar kita. Inilah satu-satunya kesempatan emas yang kita miliki." Lin Fan segera angkat bicara untuk menyemangati yang lainnya.

merasa apa yang dikatakan Lin Fan cukup masuk akal, para pendekar lainnya kini tidak segan-segan lagi.

Lin Fan dan yang lainnya segera bergerak maju untuk menyerang. Tangan Yulia seketika bergetar saat akan menghadapi mereka semua. Dengan sangat berani, kini Yulia maju dan menyerang sekuat tenaga. Sementara itu, kondisi Ronald sudah memburuk karena kehilangan banyak dara. Ronald tidak lagi mampu mempertahankan kesadarannya lebih lama. Ronald hanya melihat Yulia maju untuk melawan sepuluh orang pendekar seorang diri sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.

Pagi hari kemudian, Ronald membuka matanya perlahan dan menemukan dirinya tengah terbaring di sebuah ruangan. Tubuhnya penuh dengan perban. Ronald segera bangun dan memperhatikan setiap sudut ruangan sampai pada akhirnya seorang gadis imut berusia tujuh belasan masuk dan menyapa Ronald.

"Tuan Ronald sudah bangun?"

"Ronald? Ronald itu aku? apa namaku adalah Ronald?" Ronald bertanya pada gadis kecil itu.

"Itu... apakah tuan ingat sesuatu tentang diri tuan?"

"Tidak, aku tidak ingat." Ronald menjawab dengan cepat.

"Aku hanya ingat identitas ku sewaktu di dunia sebelumnya, jadi, aku tidak berbohong!"

"Sepertinya tuan Ronald lupa ingatan." Pikir gadis kecil itu.

"Lupakan itu, bagaimana kondisi tuan sekarang?" Gadis kecil itu bertanya sekali lagi.

"Sebelum kamu berkata banyak, perkenalkan dirimu terlebih dahulu!" seru Ronald.

"Perkenalkan tuan, saya Melisa... pelayan di rumah ini."

"Pelayan?" Ronald kembali bertanya dengan ekspresi terkejut.

"Sepertinya tuan benaran lupa ingatan, aku harus segera melapor pada nona!" Setelah berpikir, Melisa segera pergi meninggalkan Ronald sendiri di kamar.

"Bagaimana nasib gadis itu? terakhir kali aku melihatnya melawan sepuluh orang pendekar. Aku tidak yakin dia bisa selamat melawan begitu banyak orang. Tapi jika gadis itu kalah, bukankah aku tidak akan hidup lagi? para pendekar itu memang sedari awal hanya mengincar ku. Sebenarnya apa yang terjadi? siapa diriku? mengapa mereka sangat menginginkan nyawaku?" Ronald segera berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara itu, Yulia terlihat tidak sadarkan diri dan terbaring di atas ranjang. Seorang tabib perempuan mengobati lukanya.

"Bagaimana? apa yang terjadi pada putriku?" Jendral Sudirman bertanya dengan nada khawatir.

"Terlalu banyak luka, nona kehilangan banyak darah. Beruntung dia cepat di rawat. Jika tidak, maka tidak ada lagi harapan untuknya. Meski begitu, sebenarnya aku tidak yakin bisa menyematkan nona." sang tabib segera menjelaskan.

"Maksudmu?"

"Nona dapat bertahan berkat Semangat hidupnya. Aku tidak tahu siapa yang bisa membuatnya bertahan. Untuk saat ini Nona baik-baik saja. Berikan nona waktu istirahat yang cukup dan jangan mengganggunya."

"Baiklah, terimakasih mbak!" Jendral Sudirman segera mempersilahkan tabib itu pergi.

"Yulia... jika ayah terlambat sedikit saja, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Jika yang membuatmu bertahan adalah pria itu... ayah sangat menyesal telah menolak pernikahan kalian. Jika saja aku merestui hubungan kalian, mungkin kamu tidak akan kabur dari rumah dan semua ini juga tidak akan terjadi. Ini semua salah ayah..." Jendral Sudirman menangis sambil membelai rambut panjang Yulia yang saat itu terbaring lemah.

"Yang mulia, tuan Ronald sudah sadar. Sepertinya ia lupa ingatan!" Melisa segera memberi tahu Jendral Sudirman. Jendral Sudirman segera menoleh dan merasa penasaran. Kini Jendral Sudirman bergegas menuju kamar tempat Ronald di rawat.

Terpopuler

Comments

coco

coco

mbak ngga tuh

2024-04-20

1

Wahyu Wahyu

Wahyu Wahyu

Makin seru

2022-04-22

0

Fiah msi probolinggo

Fiah msi probolinggo

makin seru kak, semangat ya ...

2022-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!