Akan Segera Menjadi Ayah

"Ayah?!"

Yulia segera menyebut nama ayahnya saat melihat Jendral Sudirman. Jendral Sudirman segera datang dan memeluk Yulia dengan perasaan senang. Jendral Sudirman bahkan masih memegang bubur sedari tadi dipegangnya.

Jendral Sudirman kembali menangis karena bahagia. Jika diingat, ini adalah kali pertama pertemuan keduanya setelah beberapa tahun. Yulia juga merasa sangat senang dapat melihat ayahnya. Kerinduan menyatukan anak dan ayah ini.

Saat mengingat Ronald, Yulia segera mendorong ayahnya.

"Ayah... dimanakah Ronald? apakah ayah tidak menolongnya?"

Pertanyaan Yulia membuat Jendral Sudirman sedikit kesal. Biar bagaimanapun, Jendral Sudirman sudah terlanjur benci dengan Ronald. Saat mendengar pertanyaan putrinya, Jendral Sudirman hanya bisa menghela nafas sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Yulia.

"Saat itu... kamu tidak berhenti memanggil namanya. Bagaimana mungkin aku tidak menolongnya? bahkan meski aku sangat membencinya, aku tetap menolongnya juga. Semua itu aku lakukan, hanya karena mu! aku tidak ingin kau bersedih menyalahkan ayah setelahnya."

"Dimana sekarang Ronald? apakah dia baik-baik saja?" Yulia bertanya dengan nada serius kepada ayahnya.

"Tentu saja, bajingan itu hidup sangat baik belakangan ini." Jendral Sudirman menjawab dengan perasaan kesal. Dalam hati ia berdecak kesal.

"Ayah... bisakah kamu memanggil namanya dengan sebutan yang baik? biar bagaimanapun, Ronald adalah menantu ayah."

Jendral Sudirman terdiam cukup lama. Ia tidak berkata-kata dan tidak menjawab sama sekali. Dalam hati, dirinya sangat enggan jika Ronald menjadi menantunya. Namun ia takut... jika saja ia menolak untuk mengakuinya, mungkin Yulia akan pergi lagi.

"Kenapa ayah? apakah ayah tidak mau mengakuinya?"

"Kamu benar, bagaimanapun juga... Ronald adalah menantuku." Jendral Sudirman menjawab dengan sangat-sangat terpaksa.

Yulia seketika teringat sesuatu. Ia memegang perutnya. Seketika perasaan Jendral Sudirman menjadi tidak enak. Yulia kemudian angkat bicara, "Ayah, bagaimana kondisi bayiku?"

Pertanyaan Yulia bagaikan petir yang menyambar. Sangat mengejutkan Jendral Sudirman. Perasaan Jendral Sudirman campur aduk, ia sangat senang akan mempunyai cucu, namun disisi lain, Jendral Sudirman sangat membenci Ronald selaku menantunya.

"Ayah... kenapa ayah diam? apakah terjadi sesuatu pada putraku?" Yulia kembali bertanya kepada Jendral Sudirman.

"Putriku... aku benar-benar tidak tahu kamu sedang mengandung. Sudah berapa bulan kandungan mu?" Jendral Sudirman menghela nafas sangat dalam sebelum akhirnya bertanya.

"Sudah hampir dua bulan ayah..."

Ekspresi wajah Jendral Sudirman datar, ia kemudian berbalik dan segera pergi tanpa mengatakan apapun.

Sementara itu, seorang pria sepuh yang tampaknya adalah seorang tabib tengah bersantai sambil menyeruput secangkir kopi. Tiba-tiba, sebuah tamparan keras mengenai pipi sesepuh itu.

"Brengsek! kenapa kau tidak ada mengatakan kalau Yulia, putriku tengah mengandung?"

"Maaf tapi saya benar tidak tahu kalau non Yulia sedang mengandung."

"Lebih baik kau periksa sekarang dia baik-baik!"

"Baiklah."

Setelah itu, Jendral Sudirman dan sang tabib pergi ke kamar Yulia.

"Yulia?!"

Jendral Sudirman terkejut melihat Yulia sudah berada di lantai sedang kritis. Sekilas Jendral Sudirman seketika tahu, kalau Yulia baru saja mencoba untuk berjalan namun apalah daya, tubuhnya terlalu lemah sekarang.

"Yulia! apakah kamu baik-baik saja?" Jendral Sudirman Segera menghampiri Yulia yang saat itu sedang terluka. Jendral Sudirman segera mengangkat dan membaringkan Yulia ke atas ranjang. Nafas Yulia sangat berat, pandangannya sedikit gelap. Kini giliran sang tabib bekerja.

Setelah setengah jam kemudian...

"Non Yulia saat ini baik-baik saja. Anda harus bersyukur karena bayinya juga baik-baik saja. Luka akibat pertempuran dan akibat terjatuh barusan tidak membahayakan bayinya. Namun kondisi Yulia kritis dan harus mendapatkan penanganan terbaik."

Jendral Sudirman kemudian memandang Yulia yang sedang terlelap tidur. Keesokan harinya, Jendral Sudirman sedang mengobrol dengan Yulia.

"Ayah, bisakah ayah mempertemukan aku dan Ronald? aku sangat merindukannya."

Jendral Sudirman membuka mulutnya lebar namun tidak berkata-kata. Setelah sejenak, Jendral Sudirman akhirnya mulai menurunkan egonya dan mencoba untuk merestui hubungan keduanya mengingat Yulia sangat mencintai Ronald. Jendral Sudirman memberikan perintah kepada pelayan untuk segera membawa Ronald kemari.

Sementara itu, Ronald sudah pulih dari cedaranya. Ronald sedang memandang keluar jendela, ia menemukan dirinya tengah berada di kamar lantai tiga. Ronald tidak ingin mengambil resiko dengan melompat keluar jendela hanya demi keluar kamar.

Yah, Ronald telah dikurung dalam kamar semenjak ia dirawat di kamar itu. Saat Ronald tengah menatap seorang anak kecil yang bermain di taman, pintu terbuka. Ronald segera melihat kearah pintu dan menemukan Melisa sedang membawakan makanan untuk Ronald, seperti biasanya.

Melisa segera sampai dan duduk di samping ranjang. Ronald segera menghampiri dan duduk disamping Melisa.

"Bagaimana keadaan gadis itu" Ronald segera bertanya.

"Hm... aku tidak tahu." Melisa segera mengambil satu sendok nasi untuk diberikan kepada Ronald. Melisa bermaksud menyuapi Ronald seperti biasanya.

"Melisa, aku sudah sembuh. Aku bisa makan sendiri."

"Baiklah!" Melisa segera memberikan makanan yang berada di tangannya untuk segera disantap oleh Ronald. Melisa memperhatikan Ronald yang sedang makan.

"Ada apa?" Ronald segera bertanya saat melihat Melisa terus menatapnya tanpa jeda.

"Tidak apa-apa... aku hanya merasa... kamu cukup tampan."

Pipi Ronald memerah seperti tomat saat Melisa mengatakan hal demikian. Suara ketukan pintu berhasil mengarahkan perhatian keduanya ke arah pintu. Baik Melisa maupun Ronald segera melihat sosok orang tua berkaca mata besar, namun kaca matanya hanya satu.

"Tuan Luo?" Melisa segera mengenali sosok sesepuh dihadapannya.

"Ronald! istrimu memanggilmu... cepatlah dan ikut aku!" Tuan Luo seketika berbalik dan segera berjalan perlahan dengan tongkatnya. Ronald segera mengikuti dari belakang sedangkan Melisa pergi entah kemana.

"Istri? apakah gadis itu adalah istriku?" Ronald bertanya dalam hati.

Saat Ronald memasuki kamar Yulia, Ronald dibuat terkejut saat gadis itu segera memeluknya dengan sangat antusias.

"Ronald... bagaimana kabarmu? beberapa hari tidak bertemu, ku kira terjadi sesuatu padamu."

"Ah... aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? oh yah... terimakasih yah. Kalau bukan dirimu, mungkin aku sudah mati sekarang."

Ronald segera melepas pelukan Yulia. Keduanya lalu duduk berdekatan dan mengobrol, seolah Jendral Sudirman tidak ada. Jendral Sudirman merasa dirinya bagaikan obat nyamuk diantara keduanya.

Jendral Sudirman segera menggenggam erat bahu Ronald. Rasa nyeri tentu dirasakan oleh Ronald saat itu.

"Ronald... dimasa lalu aku pernah tidak merestui hubungan kalian. Aku sangat membencimu sejak kamu membawa Yulia pergi dari hidupku. Sekarang pun aku masih membencimu. Namun mempertahankan kesalahan dimasa lalu dan mempertimbangkan perasaan putriku... kali ini..."

"Aku akan merestui hubungan kalian dengan satu syarat. Kau harus membahagiakan putriku, jika tidak... kau akan tahu akibatnya."

Yulia merasa sangat senang setelah mendengar keputusan ayahnya. Dari penjelasan Jendral Sudirman, Ronald mendapatkan gambaran tentang dirinya dimasa lalu yang pernah kawin lari dengan Yulia. Ronald ikut senang sebab setidaknya Jendral Sudirman merestui hubungan mereka pada akhirnya.

"Satu lagi, jadilah ayah yang baik untuk cucuku. Jika tidak... aku akan menghajar mu sampai lumpuh."

"Apa?! aku akan segera menjadi ayah?" Ronald segera bertanya dengan raut wajah sangat terkejut.

"Ronald... bukankah kau sudah tahu hal ini sebelumnya?" Yulia segera bertanya. Ronald hanya membuka mulutnya tanpa bisa berkata-kata. Bagaimanapun juga, Ronald memang tidak tahu akan hal ini.

Sementara itu, mata Melisa berlinang saat mendengar suara Jendral Sudirman dari balik pintu. Melisa segera pergi dengan perasaan sedih setelah menguping pembicaraan di dalam.

Terpopuler

Comments

Fiah msi probolinggo

Fiah msi probolinggo

Melisa calon pelakor ya kak hihih

2022-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!