Mengejar Cinta Rana
Malam mencekam diselimuti dinginnya udara saat hujan deras itu mengguyur bumi. Aku duduk berlutut memohon pada gadisku yang telah aku kecewakan hatinya. Ia hanya melantunkan kepedihan dalam tangis meratapi keadaan dirinya yang telah aku hancurkan berkeping keping.
Yah, aku adalah Langit Sagara Biru pria jahat yang semestinya melindungi orang yang ku cintai, nyatanya telah menghancurkan masa depan gadis yang selama 5 tahun ku puja dan ku jaga karena terdorong rasa cemburu yang tak nyata.
"Maafkan aku sayang, aku khilaf maafkan aku."
Aku terus meminta maaf pada wanitaku, Rana Syifa.
Dia tak berniat menjawab ungkapan maaf ku padanya. Rana hanya terus menangis tak henti memperdengarkan kesakitan yang tak pernah aku dengar selama 5 tahun bersamanya sambil terus mengeratkan selimut putih yang menutupi tubuh polosnya.
"Sayang, maafkan aku, aku akan bertanggung jawab," ucapku meyakinkan.
Dia tetap tak mengatakan apapun, tetapi dia menatapku penuh dengan kebencian. Kemudian dia menangis kembali dengan derayan air mata yang tak surut semenjak 1 jam lalu.
Setelah tangisnya mulai mereda, dengan posisi diriku masih memeluk kakinya, dia kemudian berdiri dan dengan kasar melepaskan pelukanku darinya.
Mungkin saat ini tenaganya sudah terkumpul kembali setelah aku menyalurkan hasrat dan kemarahan ku padanya, menjamah tubuhnya dengan paksa, mengoyak kesuciannya tanpa ampun, dan membuat ia menjerit kesakitan. Bukan hanya karena aku menyakiti tubuhnya, aku pun telah mengoyak harga dirinya yang telah dia jaga selama hampir 23 tahun.
Setelah beberapa jam bungkam dalam tangisnya, Rana baru mau mengeluarkan suaranya.
"Kau tak cinta aku ka, kau hanya obsesi padaku. Jangan harap kau bisa bertemu denganku lagi, aku sangat membencimu!," ucap Rana bagaikan petir menyambar tubuhku dan membuatnya menjadi abu.
Aku mematung mendengar penuturan Rana.Dia meninggalkanku karena ke bodohanku. Aku menjadi segila ini karena aku mencintainya kenapa dia meninggalkanku?. Aku akan bertanggung jawab kenapa dia tak percaya?.
Rana bergegas memakai pakaiannya yang telah terkoyak sebagian karena ulahku. Beruntungnya dia memakai hoody, jadi dia bisa menutupi pakaiannya yang terkoyak dengan hoody yang aku berikan.
Kemudian aku tersadar dengan keterkejutan ku. Aku berlutut dihadapannya nyaris menangis karena begitu takutnya aku ditinggalkan oleh jantung hatiku.
"Jangan tinggalin aku sayang, aku akan bertanggung jawab, maafkan aku aku khilaf," ucapku mengiba meminta ampunan darinya.
Dengan derayan air mata dia menatapku sambil berkata penuh dengan penekanan.
"Kata maaf mu tak akan pernah mengembalikan kesucian ku ka. Dimana rasa cintamu padaku saat aku menangis meminta ampun untuk kamu tidak merusak ku?, dimana rasa belas kasihan mu saat kau mendengar ku berteriak kesakitan?, apakah setan yang ada di dirimu benar benar menutup mata dan hatimu ka?" ucapan Rana begitu menusuk hatiku, benar benar aku telah menyakiti wanita yang paling aku cintai hingga begitu dalam
"Sayang, bagaimana jika kamu hamil?. Jika kamu tinggalin aku siapa yang akan bertanggung jawab?," ucapku masih berusaha mempertahankan wanitaku.
"Kau pikir jika aku hamil dan anakku lahir kau punya hak atas dirinya? tidak ka, kau tau ?kau hanya jadi ayah biologis baginya, kau tidak punya hak untuk menjadi walinya, dan anak ku juga tidak menjadi ahli waris untukmu, jadi jika aku menikah dengan mu apa fungsinya untuk anakku? tidak ada ka, anak ku hanya milikku, aku akan menjadi sosok ibu dan ayah baginya. Jika pun ada pria yang mau menikahi wanita kotor sepertiku, dia bisa menggantikan mu menjadi sosok ayah, dan kau hanya akan menjadi penjahat dalam hidupku?," capnya semakin membuatku menjadi penjahat dalam dirinya, aku hanya mematung mendengarkan setiap kalimat yang dia ucapkan. Aku terus berfikir bagaimana caranya agar wanitaku tak pergi.
Aku tau betul bagaimana keras kepalanya Rana. Dia hidup sebatang kara di dunia ini setelah dilepas dari panti asuhan untuk hidup mandiri. Dia bekerja di sebuah bimbel untuk mencukupi kehidupannya. Dalam kesendiriannya dia tak pernah sekalipun mengeluh, hanya senyumnya yang membuat dia begitu kuat.
Rana adalah sosok wanita tegar dan mandiri, dan menjunjung tinggi kesucian dan harga dirinya. Bahkan untuk meluluhkan hatinya aku berjuang mendekatinya selama 1 tahun. Meyakinkan dirinya bahwa aku akan melindunginya dan menemani kesepiannya.
Dalam hubungan kami, tak pernah ada kontak fisik yang berarti, kami menjalani kisah cinta kami dengan manis tanpa ada unsur nafsu di dalamnya. Aku ingin Rana menjadi istriku, menjadi ibu dari anak anakku, menua bersamanya sampai maut memisahkan kami berdua.
Kini aku menghapus senyum indah diwajahnya, menghancurkan harga dirinya dan memusnahkan cita citaku bersamanya.
"Tuhan tolong aku, maafkan aku, jangan buat dia pergi dariku."
Setelah mengatakan kesakitan dalam hatinya. Rana meninggalkan ku disini, di apartemenku yang menjadi saksi keganasan nafsuku padanya.
Tempat ini yang menjadi saksi cemburu buta ku padanya. Gadis cantikku kini membenciku. Bagaimana aku menjalani hariku tanpa dia, tanpa sapaan manisnya, tanpa semangat darinya, tanpa tawa renyahnya yang selalu menghiasi hari jenuhku menjalani hari sebagai pemimpin perusahaan yang selalu membuatku stres.
Rana tergesa gesa keluar dari apartemenku sambil terus mengalirkan air mata di wajah cantiknya, tanpa menoleh sedikitpun.
Aku kemudian secepat kilat menggunakan pakaianku dan mengejar langkahnya.
Aku mencekal langkahnya saat ia akan masuk lift sambil menarik tangannya dan berusaha memeluknya.
"Rana tunggu sayang, beri aku kesempatan maafkan aku, jangan tinggalkan aku Rana aku mohon," ucapku masih memelas padanya, tak ada kata kata lain yang bisa ku ucapkan padanya, hanya kata maaf saja yang bisa aku ucapkan. Air mataku sudah lolos dari pelupuk mataku, tapi tak ada artinya dihadapan Rana.
Rana kemudian menepis tanganku dari tubuhnya, dia tak peduli dengan apa yang kukatakan, dia sudah muak melihatku, muak dengan ucapan ku.
"Jika Kaka mengikuti ku, aku akan lompat dari atas gedung ini," ancamnya membuatku merinding membayangkannya.
Dengan berat hati aku melepaskan genggaman tanganku darinya. Aku takut dia melakukan apa yang dia katakan. Aku bisa gila jika dia berani melakukan ancamannya itu.
"Sayang, jangan pergi."
Rana tak mengatakan apapun, dia hanya menyorotkan mata basahnya padaku sambil mengarahkan tangannya padaku pertanda aku tak boleh mengikutinya.
Setelah lift yang dinaiki Rana tertutup, kemudian aku menaiki lift disebelahnya untuk mengejanya. Aku benar benar khawatir dia akan melakukan sesuatu yang buruk pada dirinya.
Benar benar penantian yang terasa lama bagiku sekarang menanti lift yang turun ke lobi. Aku harus mengikuti Rana hingga dia sampai ke kosannya.
Saat life yang aku tumpangi terbuka, secepat kilat aku melangkahkan kaki dan mencari keberadaan Rana. Ternyata dia sudah ada di ujung sana menaiki taksi yang membawanya entah kemana.
Rana sayangku, izinkan aku menebus kesalahanku padamu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
titissusilo
widihhhh,kyk nya
2022-04-01
1