Malam ini hujan begitu deras mengguyur bumi, menemani kesendirianku kala sang pujaan pergi meninggalkanku dengan jutaan penyesalan yang sulit untuk di maafkan oleh nya.
Kini Rana Syifa wanitaku yang begitu aku cintai telah membenciku karena sikap pencemburu ku yang sialan ini. Kini penyesalanku tak berguna, aku telah menorehkan luka terlalu dalam, telah memberikan noda yang tak akan pernah bisa seperti semula lagi.
Semua ini karena aku tak mau mendengarkan penjelasan Rana padaku.
*Fl**ash back*
Sore itu, saat aku menjemput Rana dari pekerjaannya sebagai pengajar di salah satu bimbel di dekat kantor ku. Aku melihatnya sedang bercakap cakap dengan seorang pria tepatnya seorang duda beranak satu yang mana anaknya adalah murid Rana sendiri.
Mereka mengobrol dengan begitu asik dan tak menyadari keberadaan ku yang sudah menunggu Rana sekitar 30 menit. Mereka saling melempar senyum satu sama lain, dan lebih mengesalkan lagi duda itu menatap wanitaku dengan penuh cinta.
Saat melihat itu, aku begitu marah pada duda itu. Beraninya dia menatap wanitaku sedangkan dia tau aku adalah calon suaminya.
Rana tak menyadari keberadaan ku yang berada tepat 10 meter dibelakangnya, tetapi Adrian duda beranak satu itu tau keberadaanku di belakang Rana dan dia mengabaikan ku. Malah dia menampakkan senyum sinis nya padaku.
Kemudian aku mendekati merek, dan menyentuh bahu wanitaku. Sontak Rana terkejut dengan apa yang aku lakukan.
"Ka, kapan sampai? ko ngga telpon?" ucap Rana sambil memegang tanganku.
"Nungguin kamu lama jadi aku samperin aja takut ngga kedengaran kalo telpon, dan kayanya kalian lagi ngomong serius tadi jadi aku ngga mau ganggu kamu," ucapku sambil menatap sengit pada Adrian.
"Engga gitu ka, kita cuman ngobrol biasa aja ko," ucap Rana.
Tanpa Rana sadari, pernyataan Rana memancing amarahku yang sedang aku tahan dari tadi. Rana mengobrol dengan bahagia bersama pria lain, dan ini adalah pria yang jelas jelas menaruh hati padanya.
Adrian lalu mengembangkan senyumnya seperti mengejek diriku yang sedang dibutakan oleh kecemburuan ini.
"Bu Rana, saya pamit ya makasih untuk hari ini."
"Oh iya pa sama sama, sampai jumpa besok Helen," ucap Rana sambil melambaikan tangannya.
"Udah yu ka, udah makan belum? makan dulu yu"
Rana belum menyadari kemarahan ku.
Lalu ia menggandeng tanganku menuju mobilku yang terparkir tepat didepan bimbel tempat Rana bekerja.
Ia masih mengembangkan senyumnya saat masuk kedalam mobil. Setelah beberapa menit dalam mobil hanya tercipta keheningan. Kemudian ia menoleh padaku.
"Kaka kenapa? ada masalah? ko dari tadi diem aja," ucap nya begitu khawatir padaku.
Seketika amarahku memuncak lagi. Dia tak menyadari kenapa aku tak bersuara, dia tak tau kenapa aku diam saja, dia tak menyadari kemarahan ku. Lalu aku mengeratkan tanganku pada setir yang aku pegang hingga mengeluarkan bunyi genggaman.
Sontak Rana kaget dengan aksi ku itu. Kemudian ia melihat wajahku yang sangat kentara menahan amarah hingga Ranna tak berani mengeluarkan suara.
Selama berhubungan dengan Rana aku tak pernah kasar padanya, aku terlalu mencintainya tak akan tega jika aku menciptakan kesedihan di wajahnya. Tapi kali ini emosiku tak terkendali. Aku tak terima melihat wanitaku bisa tertawa bahagia dengan pria lain. Pria yang jelas jelas menaruh hati padanya.
Kemudian aku melajukan mobilku menuju apartemen. Ranna tak protes dengan apa yang aku lakukan, bahkan mungkin dia sudah lupa dengan rasa laparnya.
Setelah ku parkirkan mobil ku, kemudian aku menariknya menuju apartemenku, dia tak melawan sedikit pun hanya pasrah mengikuti ku.
Saat sampai di apartemen dan kami sudah duduk di ruang tamu, baru dia mengeluarkan suara.
"Ka, apa Rana bikin salah sama Kaka? kenapa Kaka seperti marah sama Rana?," tanya Rana dengan wajah khawatirnya.
"Sayang, kenapa kamu bicara dengan si duda itu?."
"Pak Ardi itu wali murid Rana, tentu saja Rana harus berbicara padanya tentang perkembangan anaknya bukan," ucap Rana meyakinkan.
"Kamu tau Rana aku tak suka saat dia menatapmu, apapun alasannya aku tak suka. Kenapa kamu tertawa begitu bahagia dengannya?. Kamu tau aku cemburu melihat kamu bersama dengan laki laki lain apalagi dengan dia, kamu tak menghargai cintaku Rana."
"Kak jangan konyol, Rana bukan cuman hidup dengan wanita, disekitar Rana banyak pria yang tak bisa Rana hindari. Bagaimana caranya Rana tak dekat dengan mereka, Kaka jangan berlebihan," ucap Rana mulai terpancing emosi dengan kelakuanku.
Perlahan aku mendekatinya dan menariknya kedalam pelukanku. Sontak Rana kaget dengan aksi ku dan berusaha melepaskan pelukanku.
Dengan aksi Rana ini aku merasa di tolak olehnya. Aku lupa dengan siapa aku memiliki hubungan, dengan gadis yang tak suka disentuh jika bukan oleh orang yang berhak baginya yaitu suaminya. Sedangkan aku saat ini belum sah menjadi suaminya dan kini aku lancang memaksakan kehendak ku.
"Jangan lakukan ini ka, Rana ngga suka, lepasin Rana !!"
"Kamu tak boleh bersama pria lain Rana, kamu ngga ngerti aku cemburu saat kamu tersenyum untuk pria lain, aku cemburu Rana!," aku mengatakannya penuh dengan penekanan.
"Bukan gini caranya ka, lepasin Rana ka, Rana ngga mau kaya gini."
Semakin Rana menolak, semakin aku mengeratkan pelukanku dan kemudian aku membopongnya menuju kamar.
"Kaka mau apa?, jangan lakukan hal yang Rana benci ka, Rana mohon," ucapnya terus mengiba memohon agar aku tak lepas kendali, tapi aku mengabaikan permohonannya, dengan lancang aku mendorongnya ke tempat tidurku dan menindih tubuh mungilnya.
"Ka, hentikan ini ka!, jika Kaka melakukannya Rana akan benci Kaka seumur hidup Rana," ucapnya sambil bercucuran air mata. Tapi aku seperti buta dan tuli tak mendengarkan jerit kesakitan wanitaku.
Dalam benakku hanya terngiang Rana tak boleh menjadi milik orang lain, dia hanya milikku. Terdengar gila tapi aku memang sangat mencintai wanitaku ini.
Aku mulai memegang tangannya yang terus menerus memberontak, dan mulai menyusuri tubuhnya aenti demi senti dengan di iringi jeritan tangis Rana yang memohon untuk ku menghentikan kegilaanku ini.
Aku belum menyadari konsekuensi apa yang akan aku dapatkan kala aku menikmati tubuh Rana, tiba tiba tangis Rana terhenti kala hasrat ku telah tersalurkan. Dia menatap kesembarang arah dengan pandangan kosong, aku kemudian melihatnya.
"Deg."
"Apa yang aku lakukan ya tuhan."
Seketika penyesalan menghantam ku tanpa ampun kala melihat Air mata mengalir di pipi Rana dengan tanpa mengeluarkan suara tangisnya lagi. Dia syok beberapa saat meratapi nasibnya yang tak beruntung memiliki pria seperti aku.
Aku menyesal dengan apa yang aku lakukan, bagaimana aku menebus kesalahanku padamu Rana, bagaimana ?
Kecemburuan ini telah menghancurkan ku, cinta gilaku padanya telah merusaknya, aku kini menjadi penjahat bagi cintaku.
Hai para readers yang mampir ke karyaku yang ini.
Dukung semua karyaku ya, jangan lupa tinggalin jejaknya
happy reading 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
lintang berseri
😂😂😂 begitukah, sekarnag kan duda lebih menggoda ka, eh salah ya 🤭🤭
2022-04-01
0
titissusilo
sprti nya bkal di deketin pak duda nih...
2022-04-01
0