Saat tergila dan terpuruk dalam hidupku adalah saat ini, saat aku tak bisa melihat wanitaku. Penyesalanku tak henti hentinya menghantui tidurku, ketakutan ku akan kehilangan Rana membuatku tak bisa tidur dengan nyenyak. Hanya alkohol lah yang bisa membuatku tidur dengan pulas. Meskipun saat bangun aku akan merasakan kepalaku teramat sakit. Setidaknya aku bisa memejamkan mataku sejenak.
Sudah 2 Minggu aku tak melihat wajah cantiknya langsung, tak menikmati tawa renyahnya, tak menyentuh kulit lembutnya, tak mendengar celotehannya. Aku benar benar sangat merindukan Rana ku. Aku hanya bisa melihat fotonya saja yang tersimpan di galeri ponselku, sangat banyak, bahkan 90 persen memori di galeri ponselku hanya menyimpan foto wajah cantik milik wanitaku Rana.
Aku menyewa detektif untuk memantau setiap aktifitas yang dilakukan Rana. Dia melakukan aktifitasnya seperti biasa. mungkin di Minggu pertama sejak kejadian mengerikan itu sempat dia mengurung diri di kosannya. Selain karena aku terus mengejarnya, dia pun sepertinya masih trauma dengan apa yang menimpanya.
Tapi di Minggu kedua ini setelah aku tidak menunggui dia di depan kamarnya setiap hari, Rana sudah melakukan aktifitasnya lagi seperti pergi bekerja, ke pasar, berolah raga, bahkan jalan bersama Nayla.
Tapi jika tiba tiba Rana melihatku tak sengaja, sangat terlihat kebencian tersirat pada wajah cantiknya, dan dia akan segera pergi menghindari aku. Aku begitu kecewa dengan sikapnya. Tapi inilah akibat dari kegilaan ku yang terlalu mencintainya. Hingga aku ingin memilikinya dengan paksaan dan kenyataannya malah aku tak bisa memilikinya.
Detektif yang aku sewa dengan rutin mengirimkan foto foto Rana. Menginformasikan apapun yang dilakukan Rana. Kini dia terlihat baik baik saja. Bahkan dia seperti tak merasa kehilanganku sedikitpun. Rasanya begitu sakit saat dia bisa hidup tanpa aku, sedangkan disini aku merana tanpa kehadirannya.
"Bos, sepertinya pria ini selalu mengikuti nona Rana," ucap Robi detektif yang aku bayar.
Kini ia berada di ruanganku menginformasikan apapun yang Rana lakukan secara detail.
Aku melihat siapa yang selalu mencari perhatian Rana. Yah, dia adalah Ardi. Duda sialan yang memicu aku melakukan hal gila pada Rana.
"Sepertinya dia belum tau sedang berurusan dengan siapa," kesal ku sambil meremas foto laki laki yang berani suka pada wanitaku.
"Biarkan dia, Pantau saja apapun yang dilakukan Rana," tegas ku pada Robi.
"Siap bos."
Hari ini, aku sedang dihinggapi kerinduan yang tak bisa aku bendung lagi, aku ingin melihatnya langsung tak ingin hanya melihatnya dalam foto. Aku ingin mendengar suaranya, dan menatap matanya. Jadi aku putuskan untuk mengikutinya, semoga saja Rana tak menyadari kehadiranku.
Kini aku sudah memakai baju penyamaranku, dengan hoody berwarna navy, topi untuk menutupi wajahku dan kaca hitam untuk menyempurnakan penyamaran ku. sangat berbeda dengan apa yang biasa ku kenakan sehari hari.
Aku memakai mobil yang tak pernah Rana tau, jika aku memaki mobil yang biasa aku gunakan, aku yakin Rana akan segera mengetahui keberadaan ku.
Saat ini aku sudah berada tepat di tempat Rana berkerja. Aku tau setiap jadwal pekerjaan Rana. jadi aku tak begitu kesulitan menyesuaikan waktu.
Ketika aku sedang duduk didalam mobil, menunggu sosok Rana keluar dari tempat kerjanya, tiba tiba ada yang mengetuk kaca mobilku. Kemudian aku menurunkan kaca mobilku dan melihat sosok pria yang sedang berdiri sambil mencondongkan tubuhnya dengan senyum yang terus terpatri di balik bibirnya.
"Kenapa ngga nunggu didalam bro?," ucap pria itu.
Dia adalah Fahri, sepupuku sekaligus atasan dari Rana. Fahri belum tau apa yang terjadi pada kami, dan aku merasa heran kenapa dia mengetahui ini adalah aku. Sepertinya jika Fahri mengetahui apa yang aku lakukan pada Rana, dia tak akan segan untuk menghajar ku.
"Hey, kenapa kau tau ini aku?," tanyaku begitu heran.
Lalu ia terkekeh begitu renyah mendengar penuturan ku.
"Dari tadi aku memperhatikan mobil yang tak beranjak dari sini, sudah hampir 2 jam mobil ini tak bergerak sama sekali, sedangkan disini hanya boleh transit sebentar. Siapa lagi orang yang berani menghalangi jalan jika bukan orang gila seperti kau," ungkapnya mengejek.
"Dan Ibra menelponku, ada pria gila yang akan menunggui Rana," lanjutnya sambil terkekeh geli.
Aku tak peduli apa yang dia katakan, saat ini aku hanya ingin melihat wanitaku.
"Apa yang dia lakukan sehingga membuatmu gila seperti ini?," tanya Fahri begitu heran.
Aku tak menjawab pertanyaannya, aku malah menanggapi pertanyaannya dengan pertanyaan lagi.
"Apa Rana baik baik saja saat ini?, apa dia terlihat murung atau melamun?," tanyaku begitu menuntut.
Saat ini Fahri sudah duduk di kursi penumpang tepat di sampingku, menemani kegalauanku yang ia tak tau apa sebabnya aku seterpuruk ini.
"Kau tau Langi, Rana adalah gadis ceria yang pernah aku kenal, kau tau betul tentang itu bukan," ujar Fahri sambil menyenderkan tubuhnya dengan nyaman setelah ia memundurkan posisi kursi sehingga dia lebih rileks.
Aku hanya diam tak menimpali kata katanya. Aku sangat tau bagaimana Rana. Dia tak akan pernah menampakkan kesedihannya pada semua orang. Hanya pada orang yang dia percaya dia bisa menangis. Diluar sana tak akan pernah ada yang tau jika dia sedang terpuruk.
"Tapi ada satu hal yang sedikit berubah Padanya," ucap Fahri.
Seketika mataku langsung beralih padanya, menampakan rasa penasaran yang teramat besar.
"Kenapa dia,?" tanyaku tak membuang waktu.
"Dia terlihat pucat, dan beberapa kali aku memergokinya sedang melamun." ucap Fahri yang langsung balik menatapku.
"Dengar Langit, jika kau menyia-nyiakannya dan menyakitinya aku pastikan kau akan menyesal seumur hidup, dan kau tau betul banyak pria yang ingin meminang Rana, termasuk dia," tunjuk Fahri pada Ardi yang sedang duduk menunggui putrinya sekalian ingin mengobrol dengan Rana.
Seketika amarahku memuncak kembali, tapi aku berusaha menahannya. Aku tak mau membuat kesalahan lagi hingga berakibat fatal untukku. Bahkan kemarahan Rana saat ini belum tentu aku akan mendapatkan maafnya. Aku tak ingin mengambil resiko.
"Kau tau Langit, bahkan Ardi sengaja menempatkan Rana sebagai guru les pribadi untuk putrinya, dan putrinya sangat senang pada Rana," Fahri terus saja memanas manasi aku.
"Jika kau tak ingin kehilangan dia, cepat selesaikan masalahmu sebelum terlambat."
Aku menyandarkan tubuhku dengan lesu sambil menerawang. Jika aku tau caranya aku sudah melakukannya. Tapi aku benar benar tak tau bagaimana caranya.
"Kau benar tak ingin menemui Rana langsung, hanya akan menjadi penguntit saja,?" tanya Fahri sambil menutup pintu mobilku.
"Aku disini saja," ucapku.
"Baiklah, aku akan menolongmu untuk menjauhkan mereka, tapi kau harus memberiku imbalan dengan bantuan ini," ucapnya terkekeh lagi.
"Memangnya selama ini yang membantu perkembangan bimbel mu ini siapa?, kau masih saja perhitungan juga membantuku," sinis ku.
Dia hanya terkekeh sambil meninggalkanku melangkahkan kakinya menuju ke tempat dimana Ardi sedang menunggu anaknya.
Happy reading😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
lintang berseri
cinta sampe jadi obsesi ka 😁😁
2022-04-03
0
titissusilo
sbnere cinta ato obsesi sih,sampai buat kyk gtu,lah lari ke alkohol,yo g mempan bro...
2022-04-03
0