Hari yang di tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. Tepat hari ini Agni akan di lamar oleh sang pujaan hati. Ia tampak anggun dengan kebaya silver nya. Make up yang ia pakai pun menambah cantik wajahnya. Agni tak henti-hentinya menguraikan senyum. Tampak sekali raut kebahagiaan terpancar di wajah cantiknya itu.
" Anin mana Ni?'' tanya Tantenya yang sejak tadi mencari si bungsu.
" Tidak tahu Tante, mungkin di depan," jawabnya yang memang sedari tadi tidak melihat batang hidung adiknya itu.
" Ih..tuh anak belum di dandani sudah kelayapan."
" Cari si Anin deh,Tan, payah tuh anak."
" Iya, bentar ya Tante cari dulu."
" Iya, Tan."
Anin yang sejak tadi buron akhirnya ketemu juga. Ia sibuk mendandani adik-adik kecilnya itu. Ia bukannya pintar mendandani tapi kalau hanya sekedar untuk adik-adiknya ia bisa juga. Anin memang sangat suka dengan anak kecil, apalagi kalau anak-anak tantenya sudah datang, mereka akan sibuk mengelilinginya.
" Anin, dari tadi Tante mencari kamu loh."
" Anin ada di sini dari tadi Tante."
" Sudah ikut Tante, sebentar lagi acara di mulai. Kamu belum di make up lagi," ajak Tantenya menarik tangan Anin.
Di dalam kamar, Agni sudah menunggu Anin sejak tadi. Kalau bukan karena hari ini adalah hari spesialnya mungkin sudah ia serang adiknya itu dengan berbagai macam omelan dari bibirnya.
Anin pasrah saja wajahnya di poles sana sini, demi kedamaian dunia persilatan dan dunianya sendiri.
Acara pun dimulai setelah kedatangan calon pengantin laki-laki. Agni sang calon perempuan pun turun bersama dua orang sepupunya karena Anin belum selesai dengan riasannya.
Acara berlangsung dengan khidmat. Seserahan pun di serahkan kepada keluarga pihak calon pengantin perempuan.
Tak lama Anin keluar dari kamarnya, ia berjalan perlahan karena sepatu yang ia pakai itu sebenarnya tidak membuatnya nyaman. Hampir saja ia terjatuh kalau tidak ada Shan yang cepat menolongnya. Entah sejak kapan pria itu selalu ada di sekitarnya.
" Terima kasih," ucap Anin. Ia pun sibuk membetulkan rok yang ia pakai agar ia tidak kesulitan untuk berjalan.
" Mau ku bantu?'' Shan menengadahkan tangannya ke arah Anin. Anin menatapnya bingung. Shan memberi isyarat agar Anin menyambut tangannya itu.
" Seperti ini." Anin menyambut tangannya itu. Shan tersenyum padanya. Anin menjadi salah tingkah karena senyumannya itu. Ia pun tak percaya apa yang sedang di lakukannya sekarang ini. Bisa-bisanya ia bergandengan tangan dengannya. " Terima kasih sudah membantuku berjalan", ujarnya berbisik.
" Hm, tidak masalah. Aku malah senang."
" Ha?''
" Kata orang kalau seorang wanita sudah dengan ikhlas nya memberikan tangannya pada seorang pria berarti ia juga memberikan hatinya pada orang itu."
" Apa? Cerita dari mana itu? Kok Anin tidak pernah dengar."
" Masa?''
" Iya, sama sekali tidak pernah dengar. Lagian mau sampai kapan tangan Anin di pegang terus. Anin sudah bisa jalan sendiri loh."
" Sampai ke pelaminan".
" Gila! Gara-gara kak Agni pilih kak Bimo, kamu jadi tidak waras gini. Masih banyak wanita di luar sana, jangan sedih begitulah."
" Memang benar masih banyak wanita di luar sana. Ya ini dia! ucap Shan memperlihatkan tangan mereka berdua yang masih berpegangan.
" Jangan main-main Shan", protes Anin sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Shan.
" Siapa yang main-main, apa perlu aku seret kamu langsung ke Bunda sama Ayah?"
" Ha? Jangan nekat ya."
" Bukankah waktu itu kamu yang bilang kalau Agni pilih Bimo, kamu mau menikah denganku."
" Ka..kapan Anin bilang begitu," ucapnya gelagapan.
" Apa perlu nih aku perdengarkan suara kamu waktu itu."
" A..apa." Anin memalingkan wajahnya, sekejap ia ingat kalimat yang pernah ia ucapkan waktu itu. Kalimat yang sebenarnya ia sendiri tidak tahu kenapa bisa-bisanya ia berkata seperti itu. Seperti ia sedang meminta Shan untuk menikahinya. " Jangan lakukan apa pun yang bisa membuat kita malu ya."
" Aku tidak malu."
" Shan!!"
Suara Anin yang menggema itu sukses mengalihkan perhatian para tamu dan keluarga memandangi mereka. Sontak Anin menjadi malu dan Shan hanya tersenyum melihat tingkahnya itu.
" Kalian berdua sedang apa di situ, ayo kemari," ucap Bunda menyuruh mereka untuk ke tempat acara.
" Iya, Bun'', timpal Anin. Anin menatap Shan dan memohon untuk melepaskan tangannya. Ia pun mau tak mau melepaskan tangannya juga. Anin pun terbebas dari godaan Shan yang membuatnya hampir terbawa perasaan.
Shan mendatangi kedua sahabatnya itu dan mengucapkan selamat atas suksesnya acara lamaran mereka ini. Agni terus menggoda Shan karena sikapnya pada Anin yang sudah terang-terangan. Bimo yang mendengar ucapan mereka berdua ini sedikit bingung karena ia tidak tahu kalau Shan sedekat ini dengan Anin.
" Kenapa aku tidak tahu kalau kamu dekat dengan Anin, Shan?''
" Sebenarnya tidak sedekat itu Bim, Agni saja yang membesar-besarkan."
" Bohong dia sayang, dia tuh sudah kepincut sama si Anin."
" Benar Shan? Bakalan jadi adik ipar dong," tandasnya.
" Kalian ini sama saja ya pasangan yang serasi kalau soal menggoda orang."
Bimo dan Agni tertawa seketika.
" Kami juga tidak keberatan loh Shan, malah senang lagi," timpal Agni.
" Kamu tidak lihat Ni, kalau Anin tidak tertarik sama sekali."
" Dari mana kamu tahu kalau adikku tidak tertarik? Memangnya sudah di tanya?''
" Ya belum sih."
" Berarti kamu serius dong Shan sama Anin."
" Ha! Kamu menjebak ku, ya."
" Mana ada aku jebak kamu. Sudahlah cepat-cepat tuh si Anin di ikat dari pada di patok orang. Kamu pikir dia tidak ada yang minat apa, banyak tuh yang antre."
" Iya Shan, kemarin saja aku lihat dia pulang di antar sama seorang cowok. Kalau tidak salah, dia itu model, soalnya dia itu adiknya temanku."
" Ha? Yang benar sayang?" Agni malah terkejut karena tak tahu soal ini. Bimo mengangguk. Tadinya Agni pikir kalau Bimo sedang berbohong tapi ternyata tidak.
Shan hanya tersenyum melihat kedua pasangan ini yang malah sibuk membahas cerita Bimo tadi. Shan menoleh ke sana kemari mencari keberadaan Anin yang tiba-tiba tidak terlihat lagi.
Wanita itu memang tumbuh menjadi wanita yang sangat menawan. Tak heran kalau banyak pria yang mendekatinya. Apalagi dengan sikapnya yang membuat siapapun akan betah bila bersamanya.
-----
Sesi poto pun di mulai, satu per satu keluarga silih berganti berfoto dengan calon pengantin. Agni pun mengajak Shan untuk berfoto bersama. Dengan senang hati Shan pun datang dan berfoto bersama mereka. Saat bunda dan ayah meninggalkan tempat berfoto, Agni dengan sigap menahan tangan Anin yang ikut pergi. Anin sekejap terkejut karena ulah kakaknya itu. Agni memintanya untuk tetap berada di tempat untuk berfoto bersama. Anin pun menuruti permintaan kakaknya itu, jadilah mereka berfoto berempat dengan formasi Shan, Bimo, Agni dan Anin.
Setelah selesai acara poto bersama, para tamu dan keluarga pun menyantap makanan yang sudah di siapkan oleh keluarga Agni. Anin yang tidak lapar memilih untuk berfoto sendiri di pelaminan kecil itu. Ia sibuk dengan berbagai posisi dan sudut.
Shan mendatanginya dan duduk di sampingnya, sontak Anin terkejut dengan keberadaan Shan itu.
" Shan kenapa ke sini?''
" Memangnya kenapa?''
" Kenapa malah Anin di tanya balik."
" Terus memangnya Anin maunya apa?''
" Mau pergi saja deh."
" Eh...''Shan langsung menarik tangan Anin untuk tetap duduk dan tidak kemana-mana.
" Shan, Anin mau pergi loh."
" Tidak bisa."
" Orang-orang pada melihat kita loh."
" Biar saja."
" Haaa....'' Anin menghela napasnya. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Shan. Shan hanya tersenyum memandangi Anin yang ada di hadapannya ini.
Sementara mereka tengah sibuk berdua, tanpa sadar, mereka terus di amati oleh bunda dari kejauhan. Bahkan sempat-sempatnya bunda memfoto mereka berdua menggunakan ponselnya dan mengirimkannya kepada orang tua Shan.
" Lihat Di, kelakuan anak kita berdua''.
Begitulah bunyi pesan dari bunda untuk ayah Shan disana. Sekejap pesan itu pun di balas oleh sahabatnya itu.
" Welcome besan''. Bunda tersenyum mendapati balasan pesan darinya itu. Ia senang kalau Anin bisa bersama dengan Shan karena ia kenal betul dengan anak sahabatnya itu. Bunda berpikir kalau Shan adalah orang yang terbaik untuk anaknya kesayangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Damai itu indah
mampiiiir nich...
2021-08-30
0
Nur Abidah Mukti
cihuyyy
2020-08-10
0
Afrizal Tanjung
👍👍
2020-07-28
2