Akhirnya pekerjaan yang penuh dengan perjuangan telah Anin selesaikan. Dengan berpeluh keringat dan air mata, ya sebenarnya tidak sih, lebih tepatnya pakaian yang dipakainya saat ini sudah basah karena cipratan air.
Bunda yang ada di hadapannya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya ini. Anin membalas bundanya dengan senyuman penuh makna supaya bundanya tidak marah padanya.
" Anin sana ganti baju, nanti masuk angin," titah bundanya.
" Iya Bun," ujarnya berlari-lari kecil meninggalkan bundanya di dapur.
Anin bergegas ke kamarnya dan berganti pakaian. Sebuah kaos berwarna putih dan celana kulot berwarna coklat jadi pilihannya. Setelah beres berpakaian, ia pun turun ke bawah berniat untuk menonton film kesukaannya. Tapi, di teras samping terlihat Agni dan Shan tengah mengobrol sesekali diselingi canda tawa. Prediksinya tentang perjodohan itu semakin besar karena keakraban mereka itu.
" Eh Nin, kebetulan kamu disini. Tolong temani kak Shan dulu sana, kakak mau pergi sebentar."
" Ya kenapa Anin?''
" Terus siapa lagi anak nakal."
" Memangnya kakak mau kemana?"
" Ke mini market depan."
" Ya sudah Anin saja yang pergi."
" Tidak bisa, ongkos jalan kamu lebih mahal ketimbang yang dibeli. Sudah sana, apa mau nih kakak batalkan tas baru kamu itu."
" Ya, malah diancam. Iya. Iya Anin kesana, tapi janji tas barunya tetap dibeli."
" Iya, sudah sana."
Dengan langkah cepat Anin bergegas menemui Shan disana. Terlihat Shan sedang mengetik sesuatu di ponselnya dengan serius. Sesekali ia mengernyitkan dahinya, entah apa yang sedang dipikirkannya.
" Loh bocah lagi apa disitu?'' tanyanya yang heran melihat Anin duduk di samping pintu.
" Disuruh kakak temani," jawab Anin polos.
" Temani? Kalau mau temani kenapa disitu, kesini duduk".
" Banyak maunya ya." Walaupun mengomel tetap saja Anin menuruti ucapan Shan itu. Ia pun duduk didepan Shan. " Sudah kan."
" Bagus."
" Bikin kesal deh, yang mau PDKT siapa yang jadi tumbal siapa," ocehnya.
" Siapa yang PDKT?''
" Oh ya, boleh tanya kan," ujar Anin tanpa memedulikan pertanyaan Shan tadi.
" Tanya apa?''
" Setahu Anin kak Agni sudah punya pacar, Shan masih mau sama kak Agni. Kasihan dong kak Bimo ditinggal sama kak Agni."
" Tunggu-tunggu maksudnya apa ya? Dan kenapa kamu manggil hanya dengan nama, memangnya kita sebaya."
" Gitu aja marah. Apalah arti sebuah nama."
" Dasar bocah."
" Dijawab dong pertanyaan Anin tadi."
" Kamu kebanyakan nonton sinetron kayaknya, dikurang-kurangi deh."
" Memangnya yang Anin bilang tadi salah ya? Kalau nanti kak Agni milih kak Bimo, ya sudah nikah sama Anin aja."
" Ha???''
" Anin serius loh," ucapnya dengan wajah datar. Shan tidak mengerti apa Anin sadar atau tidak dengan ucapannya itu. " Ya sudah ya Anin mau belajar, besok ada ulangan," ujarnya meninggalkan Shan yang masih bingung dengan ucapan Anin barusan.
" Gila, dia sadar enggak sih apa yang barusan di ucapkannya. Dasar anak aneh." Shan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Shan tak henti-henti tersenyum mengingat tingkah Anin tadi. Baru kali ini ada cewek, masih bocah pula berani berbicara padanya seperti itu. Apalagi memintanya untuk menikah dengannya. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal buatnya.
" Loh si Anin mana Shan?'' tanya Agni yang tidak melihat Anin bersama Shan.
" Sudah pergi, katanya mau belajar karena besok ada ulangan," jawabnya sesuai apa yang diucapkan Anin.
" Oh''.
" Anin itu aneh ya, maksudku dia itu bicara sesuka hatinya tanpa dipikirkan terlebih dahulu."
" Anin sih memang begitu orangnya, aku nih sebagai kakaknya aja kadang geleng-geleng kepala lihat dia, ajaib tingkahnya."
" Dulu aku pikir Anin itu pemalu, tapi sekarang banyak banget omongannya."
" Itu sih bukan pemalu Shan tapi malu-malu in. Itu baru sedikit yang kamu tahu, kemarin-kemarin dia malah bertengkar dengan temannya, laki-laki pula, dia itu sudah sabuk hitam di taekwondo, kalau terjadi apa-apa sama temannya itu bagaimana coba, bikin masalah, kan."
" Sampai segitunya?''
" Iya, kadang suka bingung gimana buat anak itu diam."
" Tapi, aku salut dengan nyalinya tang besar itu."
" Memangnya Anin melakukan apa?''
" Dia kayaknya mikir kalau kita berdua ini dijodohkan."
" Ah, si Anin memang dari tadi omongannya aneh terus, dia juga bilang begitu. Kayaknya dia salah paham deh."
" Ya mungkin, dia juga bilang kak Agni kan sudah punya pacar, kasihan dong kak Bimo. Kalau kak Agni pilih kak Bimo, ya sudah nikah sama Anin aja. Berani banget adik kamu itu Ni."
" Anin ngomong gitu?'' Shan mengangguk. " Gila si Anin masih kecil omongannya udah gitu."
" Yang anehnya dia mikirnya kenapa jauh gitu, kok bisa ada kata-kata perjodohan di pikirannya itu."
" Aku juga enggak tahu kenapa Anin bisa mikirnya gitu. Mungkin karena dia lihat kita akrab, dia jadinya salah paham melihat kedekatan kita padahal kan kita memang sahabatan sejak kecil."
" Adik kamu memang aneh."
" Awas loh entar suka lagi sama si Anin. Dia memang masih kecil, kelakuan masih kekanak-kanakan, tapi lihat deh nanti kalau dia sudah dewasa, bakalan klepek-klepek deh kamu."
" Kamu ini sama saja anehnya sama adik kamu."
" Dasar."
Mereka pun tertawa.
" Shan, Agni sini," panggil bunda menyuruh mereka datang ke ruang tamu.
" Ada apa bun?'' tanyanya.
" Om mau pamit pulang," jawab bunda.
" Cepat banget om pulangnya."
" Iya, besok om sama Shan sudah harus pergi ke Paris. Ada proyek besar disana, sekalian tinggal disana sementara waktu."
" Baru juga ketemu Di, sudah pergi jauh."
" Maaf Don, makanya kita kesini sekalian pamit."
" Semoga sukses disana, jangan lupa kasih kabar."
" Tentu, kalau begitu kami pamit."
Bunda, ayah dan Agni mengantar kepergian mereka. Agni menarik Shan lalu berbisik padanya yang membuat Shan geli sendiri.
" Gimana? Aku jaga deh si Anin buat kamu Shan."
Shan agak terkejut mendengar bisikan Agni itu. Shan menatap Agni dengan tatapan penuh kebingungan.
'' Gimana?''
Setelah berpikir sesaat, Shan pun mengangguk saja lalu tersenyum. " Aku pegang janjimu."
" Oke."Agni pun tersenyum senang.
Shan pun masuk ke dalam mobil. Setelah berpamitan lagi, mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan kediaman mereka.
" Kalian bicara apa tadi? tanya bunda yang penasaran karena melihat anaknya dan Shan tertawa bahagia.
" Rahasia bun, bunda mau tahu aja," jawabnya meninggalkan bundanya yang penasaran.
'' Sudah main rahasia-rahasia sama bunda ya," celetuk bundanya.
------
" Belajar apa tidur Nin," ocehnya memasuki kamar adiknya itu.
" Sambilan kak," ucapnya tak kalah aneh.
" Gimana caranya?''
" Ya gitu, dibayangi aja gimana caranya."
" Dasar."
Anin tertawa puas mengerjai kakaknya.
" Om sama domba sudah pulang ya kak?''
" Sudah, kenapa kamu tidak turun tadi?''
" Lagi nanggung belajarnya, besok ada ujian. Kan kakak yang bilang kalau nilai ulangan Anin bagus, baru bisa dibelikan tas baru."
" Oh iya, masih ingat juga kamu."
" Iyalah ingat, sudah pengen banget sama tas itu. Jangan bohong ya kak."
" Kapan juga kakak bohong sama kamu Nin."
" Mana tahu gara-gara ketemu sama domba."
" Shan dek, kamu enggak boleh gitu sebut nama orang."
" Iya kak, maaf."
" Oh ya dek."
" Iya kak."
" Jangan pacaran dulu ya."
" Apaan sih kak, siapa yang mau pacaran."
" Makanya kakak bilang kan, jangan pacaran dulu."
" Memang ada apa sih kak? " Anin bangkit lalu menghampiri kakaknya sangkin penasarannya.
" Ada deh, nanti kalau sudah waktunya kamu tahu sendiri."
" Kakak apaan sih, yang jelas kalau ngomong."
Agni hanya tersenyum melihat adiknya itu kesal karena penasaran.
" Sekarang sih kamu belum mengerti dek, nanti kalau sudah waktunya kamu mengerti sendiri. Sekarang sih tugas kakak menjaga kamu supaya jangan ada yang dekat sama kamu apalagi kamu naksir orang lain. Pokoknya jangan. Kakak lagi dalam misi menjaga jodoh", gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kamu emang benar jagain Anin,Takutnya Shan yg berubah..
2024-07-14
0
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwk ternyata ada yg cinta pandang pertama nih..😂
2024-07-14
0
Viza Alvariza
lanjut kak
2020-08-31
0