Tak ada yang lebih indah selain dua orang yang bertemu karena saling menemukan. Sama-sama berhenti karena telah selesai mencari. Tak ada yang akan pergi, sebab tahu bagaimana sulitnya mencari.
~anonim~
---------
Setelah lima tahun berlalu kini Anin sudah beranjak dewasa. Usianya menginjak 19 tahun dan tentu saja sudah memiliki kartu tanda penduduk. Sebuah kartu yang membuatnya sah sebagai orang dewasa. Begitulah ia menganggap kartu sakti itu.
Anin yang dulu bukanlah Anin yang sekarang. Dulu dia gadis remaja tomboi dengan rambut pendeknya, sekarang ia gadis dewasa dengan rambutnya yang panjang. Ia tampak berbeda dan semakin cantik. Ya fisik boleh berubah tapi naluri tetaplah Anin yang dulu, tidak akan pernah berubah bagaimanapun juga.
Anin sudah kuliah di sebuah Universitas swasta ternama di kotanya. Sekarang ia sudah memasuki semester kedua.
Setelah menyelesaikan mata kuliahnya sampai siang, Anin buru-buru pulang ke rumah karena harus membantu bunda dan keluarganya untuk mempersiapkan acara lamaran kakaknya Agni.
Semua orang sibuk mempersiapkan acara lamaran yang akan dilangsungkan esok hari itu. Bunda adalah orang yang paling sibuk karena harus mengatur ini dan itu, bunda tidak mau ada yang tidak beres karena ini adalah acara pertama yang mereka buat untuk putri pertama mereka.
Tapi selain bunda, masih ada orang yang tak kalah sibuknya. Siapa lagi kalau bukan Anin. Ia sibuk membongkar lemari, mencari kesana kemari barang yang belum ia temukan.
" Anin ribet banget sih, kamu cari apa?''
" Sepatu high heel Anin mana kak?''
" Kenapa kakak yang ditanya. Memangnya di mana kamu simpan Nin?''
" Iya di sini kak, tapi kok enggak ada ya, cuma itu sepatu high heel Anin kak, nanti acara kakak, Anin pakai apa?''
" Ya sudah pakai sendal saja."
" Solusi yang baik, benar ya, Anin pakai sendal jepit nih."
" Ya jangan, cari yang benar sana. Jangan terburu-buru carinya biar ketemu."
" Bukan dibantu juga," gerutunya.
Anin sibuk mencari sepatu high heel nya yang hanya ada satu pasang itu. Ia memang tidak suka memakai hak tinggi seperti itu, terlalu ribet menurutnya. Punya satu saja dramanya sudah seperti sinetron, penuh perjuangan, kalau tidak karena ada acara yang akan dilangsungkan tak lama lagi, mungkin sepatu itu tidak akan pernah ada di rak sepatunya.
" Hei cinderella tuh sepatunya," ujar kakaknya meletakkan sepatu yang dicarinya sejak tadi. " Makanya letak barang yang benar."
" Kalau tidak ketemu paling pakai jepit."
" Awas ya kalau berani pakai sendal jepit."
" Bercanda kak."
Anin senyum-senyum sendiri karena amukan kakaknya itu. Jelas saja Agni marah kalau Anin benar-benar memakai sendal jepit karena Agni tahu bagaimana sifat adiknya itu, tidak tertebak sama sekali apa yang akan dilakukannya. Apa yang tidak kita pikirkan tiba-tiba akan dilakukannya. Terakhir kali saja Anin membuat kakaknya malu setengah mati.
Saat itu mereka akan menghadiri acara pesta pernikahan seorang saudara. Ayah dan Bunda sudah bersiap-siap di dalam mobil, sedangkan Agni masih menunggu Anin di ruang tamu. Tak lama Anin pun turun dengan riangnya. Mendengar langkah Anin itu Agni pun menyuruhnya untuk cepat. Tapi apa yang didapatinya setelah melihat penampilan Anin yang begitu membuatnya mengamuk. Anin memakai kemeja dan celana jeans dengan sepatu kets berwarna putih. Tak pelak Agni marah se marah-marahnya hingga membuat orang tuanya harus turun tangan menenangkannya.
Mau tak mau mereka pasrah dengan tingkah laku Anin itu karena memang mereka tidak punya waktu lagi untuk menyuruhnya berganti pakaian. Jadilah Anin pergi dengan pakaian kasual seperti hendak pergi ke mall. Dari situ Agni selalu mengingatkannya untuk berpakaian sesuai kondisi dan tempat, apalagi saat acaranya besok, ia tak mau Anin membuat keributan lagi seperti sebelumnya.
Anin duduk termenung dengan tangan memangku di pipinya. Entah apa yang sedang di pikirkannya hingga terlihat serius seperti itu. Sekali-sekali ia menghela napasnya lalu menggelengkan kepalanya dan terkadang berbicara sendiri. Seperti ada beban berat di pikirannya itu.
Bundanya yang sejak tadi memperhatikannya hanya bisa menggeleng-geleng kan kepalanya melihat anak gadisnya itu.
" Bunda lagi apa?'' tanya Agni yang melihat bundanya seperti khawatir.
" Tuh lihat adik kamu," ucap bunda menunjuk Anin yang sedang duduk disana.
" Kenapa dengan Anin bun?''
" Dari tadi bunda perhatikan dia bicara sendirilah, geleng-geleng kepalalah . Entah apa yang sedang dipikirkannya,"
" Anin kan memang begitu bun, kayak bunda baru tahu sifat Anin aja."
" Iya, tapi kok kayaknya berat gitu yang dipikirkannya. Coba sana bicara sama adik kamu."
" Iya deh bun."
Agni pun menghampiri Anin atas perintah bundanya yang khawatir dengan anak keduanya itu. Takut terjadi apa-apa dengan Anin yang melamun tanpa sebab.
" Lagi apa sih Nin?'' tanyanya sambil mengambil posisi duduk di sebelah adiknya itu.
" Lagi memikirkan sesuatu kak," jawab Anin mantap.
" Memikirkan apa? Serius banget."
" Tentang pertunangan kakak."
" Ha? Memangnya kenapa."
" Bukannya kakak di jodohkan sama Shan, terus kakak mau tunangan sama kak Bimo. Ini sebenarnya bagaimana sih kak?'' tanyanya menatap kakaknya serius.
" Yang buat cerita soal perjodohan kan kamu sendiri Nin. Lagian kenapa sampai sekarang Anin masih tetap kukuh memikirkan soal perjodohan? Dia tidak tahu apa kalau sebenarnya antara kami berdua tidak ada hubungan apa-apa. Ni adikku polos atau apa ya, heran deh lihatnya," gumamnya
" Kak Agni jangan diam aja dong, dijawablah pertanyaan adiknya."
" Mau jawab apa dek, kakak aja bingung dengan pemikiran kamu itu."
" Kakak kok bingung, ini hidup kakak loh. Kak Bimo atau Shan?''
" Kalau kakak pilih kak Bimo, kamu mau menikah dengan Shan?''
" Ha??''
" Loh kok ha? Lupa ya sama ucapan sendiri."
" Apaan sih kakak, lupa apa coba? Anin polos loh, tidak tahu apa-apa."
" Yang benar??'' Agni terus menggodanya.
" Ya benar."
" Ya sudah," ujarnya pergi meninggalkan Anin dengan sejuta kebingungan.
" Aneh deh kak Agni. Memangnya kalau orang mau nikah jadi seaneh itu ya. Mending Anin pikir-pikir lagi kalau mau nikah, nanti kayak kak Agni gitu."
Anin sepertinya masih salah paham dengan kedekatan Shan dan Agni, pemikirannya saat itu entah mengapa masih membekas sampai sekarang. Kesimpulan yang ia buat sendiri malah membuat kakaknya Agni bingung sendiri. Bagaimana menjelaskan permasalahan ini padanya agar paham dan tidak kukuh pada pendapatnya itu. Padahal Agni dan Shan hanya berteman baik dan Shan pun mengenal Bimo calon suami Agni itu.
Shan dan Bimo dulu satu sekolah walaupun beda kelas. Agni mengenal Bimo pun karena Shan memperkenalkan Bimo padanya. Makanya aneh kalau Anin mengira mereka lebih dari teman. Anin masih belum paham mengenai situasi yang terjadi ini. Ia masih saja memikirkan soal perjodohan yang tak pernah ada itu.
" Anin coba dulu pakaiannya, kekecilan atau bagaimana," ujar bunda memberikannya sebuah gaun yang akan dipakainya besok.
" Tadi sudah di coba bunda, sudah pas di badan Anin."
" Masa?''
" Iya loh bun, tanya deh kak Agni."
" Benar Ni yang dibilang sama Anin?''
" Iya bun," sahut Agni.
" Tuh kan bunda enggak percaya sama anaknya sendiri."
" Bukan bunda enggak percaya, soalnya kamu suka aneh-aneh, jadi bunda harus antisipasi."
" Apa bedanya bun, beda kata doang juga."
" Pokoknya bunda enggak mau kejadian pakai baju butut terulang lagi."
" Ih bunda baju bagus di bilang butut, jahat banget bunda."
" Iya benar tuh kata bunda, awas ya dek kalau terulang lagi," timpal Agni yang membuat Anin terdiam.
" Iya, iya takut banget. Anin mana mungkin buat kayak gitu lagi. Anin kan mau cantik juga."
" Gitu dong dek, jangan buat kakak kesal terus."
" Iya kakakku sayang."
Ting tong....
Terdengar suara bel berbunyi. Agni dan Anin saling menatap, siapa yang akan membuka pintu itu. Belum lagi Agni melontarkan kata-kata, bunda sudah menyuruh Anin untuk membuka pintu itu.
" Tolong buka Nak. Siapa tahu orang katering."
" Ok bun."
Anin pun bergegas ke depan untuk membuka pintu itu. Ada seorang pria muda berdiri di depan pintu rumahnya. Berpakaian modis dan sangat tampan.
Anin melipat kedua tangannya, sedikit heran dengan orang yang ada di hadapannya ini.
" Orang katering ya.''
" Ha?''
" Kok jadi bingung?''
" Anin siapa yang datang?'' tanya bundanya seraya menghampiri Anin di depan sana. Bundanya pun terkejut melihat pria yang datang itu. " Loh kamu Shan."
" Iya tante,"ujarnya tersenyum lalu menatap Anin penuh arti.
" Shan???'' Anin tak kalah terkejut mendengar bundanya menyebut nama itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Afrizal Tanjung
semangat thor
2020-07-28
2
Afrizal Tanjung
lanjut thor
2020-04-30
3