Loyal And Possesive Mafia Billioner
Di mansion nan megah tampak penjaga yang tengah mengawasi pelataran rumah di berbagai sisi untuk keamanan. Namun di sisi lain dalam mansion itu ada keluarga yang tengah asyik dengan kesibukan sendiri-sendiri. Di dalam sana ada sepasang sejoli dengan perempuan yang sudah rentan sedang asyik bercanda ria di ruang tamu. Sementara kedua anaknya asyik dengan kesibukan masing-masing. Tiba-tiba dikejutkan dengan suara tembakan yang menggelegar begitu keras.
Dorr...dorr.. dorr...
Tembakan melesat di dada dua pengawal yang menjaga di pelataran sisi depan tepat pada jantung tiga kali. Lalu pengawal lainnya berlari ke depan dan melihat kedua rekan kerjanya mati dengan bersimpuh darah. Mereka bergidik ngeri melihat kejadian yang mengenaskan di depan matanya.
Kemudian, salah satu pengawal yang bernama Eddie menghubungi pemilik mansion.
“Hallo tuan, mansion kita telah diserang dan dua pengawal mati tertembak tepat di jantungnya”.
Xavier yang tengah asyik bercanda ria, ekspresinya menjadi dingin ketika mendengar suara tembakan di ruang tamu dan mendengar kabar tentang dua pengawalnya tertembak.
“Kalian berpencarlah dan cari pelaku yang sudah mengganggu keluarga Xavier sampai tertangkap. Lalu laporkan kepadaku”.
“Baik tuan”.
Di samping Xavier, Sea bertanya kepadanya sambil merangkul ibunya yang sudah rentan.
“Apakah mansion kita diserang honey?”
“Iya sweety”.
“Siapa lagi musuh yang telah menyerang mansion kita honey?”
“Entahlah”.
“Kamu sekarang bawalah momy ke tempat yang aman dan biarkan aku menyelesaikan bersama kedua putra kita yang berada di mansion ini”, ucap Xavier.
“Baiklah”.
“Kamu harus berhati-hati honey”, ucap Sea dengan berlalu sambil merangkul ibunya masuk ke ruangan yang aman.
Setelah kepergian istrinya, Xavier memanggil kedua putranya melalui ponsel untuk berkumpul di ruang kerja.
“Hallo dom, cepatlah pergi ke ruang kerjaku!”, perintahnya.
“Hallo Damien, cepatlah pergi ke ruang kerjaku!”, perintahnya kembali.
Mereka yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing langsung bergegas pergi ke ruang kerja daddy-nya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, kedua putranya datang dan mendekat ke meja kerja Xavier.
“Ada apa dad?”, tanya Damien.
“Mansion kita diserang oleh orang dan dua pengawal di mansion ini mati tertembak senapan tepat bagian jantung”, ungkap Xavier.
“Kalian carilah pelaku yang telah mengusik keluarga kita dan cek pengawal di mansion ini. Karena daddy mencurigai bahwa di mansion kita ada mata-mata sehingga dengan mudahnya mereka memasuki di wilayah kita”, berang Xavier.
“Baik dad, aku akan pergi”, pamit Dominic langsung bergegas pergi keluar untuk mengambil senjata dan rompi anti peluru. Lalu disusul oleh Damien namun tertahan oleh Xavier yang memanggil namanya.
“Tunggu Damien!”
Damien menoleh ke arah Xavier.
“Ya dad”.
“Tolong hubungi Dante untuk menyelidiki orang dibalik dalang ini”, ucap Xavier.
“Baik dad”.
Lalu Damien keluar pergi menyusul Dominic mengambil senjata dan rompi untuk menangkap pelaku penembakan yang telah berani mencari masalah dengan keluarga Xavier.
Sedangkan Xavier menghubungi Brian untuk membantu melacak pelaku.
Brian yang tengah dihubungi sedang fokus bermain mobile legend di tempat kerjanya. Brian merasa terganggu dengan suara deringan ponselnya dan membuat permainan berakhir dengan kekalahan. Lalu Brian mendeal up dengan menghembuskan nafas dan mulai menyapa.
“Hallo tuan Xavier, ada apa?”
“Hallo Brian, saya butuh bantuan kamu untuk menyelidiki seseorang yang telah mengincar keluargaku. Aku mau, kamu segerah menyelidiki mengenai Charles dan Raymond. Mereka musuh bebuyutan yang telah lama tidak mengusik. Aku curiga dengan mereka yang mengirim pelaku untuk menyerang wilayahku”, perintah Xavier.
“Baik tuan, akan saya selidiki. Nanti saya akan menghubungi anda kembali”, ucap Brian.
“Saya tunggu”, ucap Xavier dengan mematikan ponsel.
Sembari mendengar kabar, Xavier pergi bergegas ke ruang pengamanan untuk mencari jejak pelaku melalui CCTV yang merekam.
Tatkala Xavier sedang menyelidiki lewat pantauan CCTV, kini Dominic dan Damien sedang mati-matian mengejar pelaku dengan saling menembak. Suara tembakan menggelegar di bawah langit gelap.
Beberapa lama kemudian Dominic berhasil melumpuhkan satu pelaku bagian lengan dan kakinya. Sementara Damien tengah mengejar pelaku yang melarikan diri dan akhirnya tertangkap meski harus lewat adu jotos.
Mereka membawa ketiga pelaku untuk dihadapkan kepada Xavier sebagai kepala keluarga di ruang bawah tanah dengan mengikat kedua tangannya dibesi dengan bergelantungan.
Kemudian mereka pergi mencari Xavier yang berada di ruang pengamanan.
Dominic membuka pintu itu dengan diikuti Damien dari belakang. Xavier yang tengah fokus mencari jejak rekaman hasilnya nihil dan beranjak dari kursi. Dominic dan Damien melihat expresi kemarahan Xavier mengerti.
“Apakah daddy tidak menemukan pelaku lewat CCTV?”, tanya Dominic.
“Iya dude, daddy semakin curiga bahwa di mansion kita ada mata-mata”, ungkap Xavier.
“Benar dad, di mansion kita ada mata-mata yang telah membantu teman-temannya menyusup ke wilayah Xavier”, ucap Dominic dengan ekspresi dingin sambil melirik wajah pelaku yang menyabotase jejak pengaman CCTV di mansionnya.
“Apa kamu mengetahuinya Dom?”, tanya Damien.
“Tentu! dia ada di dekat kita dan tengah duduk dengan berpura-pura memencet tombol komputer”, ucap Dominic dengan senyum sinis.
Di tengah kusudutkan, pelaku itu tidak bisa bersikap tenang. Pelaku itu semakin berkeringat dan sesekali melirik sepatu entah milik siapa dengan kaki terus digerakkan.
Dominic tersenyum miring dan mendekati pelaku sambil membisikkan, “ajalmu telah tiba”. Lalu Dominic menarik kerah pria berambut keriting dengan warna rambut blound.
Damien terkejut begitu juga dengan Xavier yang sejak tadi tidak menyadari bahwa pelaku itu ada didekatnya.
“Ouwh! ternyata kamu yang sejak tadi pura-pura membantu saya”, geram Xavier dengan melayangkan bogeman dan pelaku itu terluka di bagian sudut bibirnya.
“Bawalah dia ke ruang bawah tanah!”, perintahnya.
Setelah memberi perintah kepada Dominic, Xavier mendapatkan telepon dari Dante.
“Hallo Dante!”
“Hallo dad!”
“Aku menemukan siapa pelaku yang merencanakan itu semua”, ucap Dante dari seberang sana.
“Siapa dude?”, tanya Xavier.
“Dia Charles dad”, ucap Dante.
“Sudah aku duga”, gumam Xavier.
“Kalau begitu cepatlah kembali ke Jerman”, ucap Xavier.
“Baik dad, aku besok sudah bisa kembali”, ucap Dante.
“Baguslah. Daddy tutup telepon dulu. Ada yang harus daddy tangani”, ucap Xavier langsung mematikan hubungan dan pergi berlalu dengan diikuti oleh kedua putranya.
Xavier telah sampai ke ruang bawah tanah dan melihat wajah keempat pelaku yang berani mengusik keluarganya. Xavier mencoba bermain-bermain dengan keempat pelaku dengan mengangkat kursi kecil sambil memutar-mutar pistol di tangannya.
“Siapa yang menyuruh kalian untuk menyerang wilayahku?!”,geram Xavier dengan menarik pelatuk ke atap dan suara tembakan itu menggelegar di ruang bawah tanah dan membuat keempat pelaku kaget.
“Apakah tidak ada yang mau menjawab?”, tanya Xavier kembali.
Salah satu pelaku berambut hitam tersenyum sinis.
“Aku tidak sudi memberitahu kepadamu”, ucapnya.
Xavier langsung melesat peluru pada bagian kepala tiga kali dan pelaku itu langsung mati.
“Apa kalian mau kayak dia?”, tanya Xavier dengan ekspresi dingin.
Ketiga pelaku hanya diam dan merasakan sakit di pergelangan tangannya yang menggantung di besi.
Beberapa menit kemudian ada salah satu pelaku yang mencoba membuka suara.
“Saya akan memberitahu kepada anda. Tapi anda harus berjanji untuk melepaskan saya”, ucap pria berambut keriting dengan warna blound.
“Baiklah, katakan!”, tegas Xavier.
Pria berambut blound saat akan bersuara, rekan di sebelahnya mengingatkan dan menasihati pria itu.
“Kamu jangan main-main, kita itu pengawal setia. Dia yang telah memberi kita kehidupan nyaman. Kamu jangan mengkhianati aliansi kita!”, teriaknya.
“Iya, kamu akan tetap terbunuh olehnya bodoh”, geram rekan satunya lagi.
Nasehat mereka terdengar di telinga Xavier, Dominic dan Damien sehingga kedua pelaku itu harus di diamkan secara paksa. Xavier memberikan aba-aba kepada kedua putranya dengan kode mata. Mereka menembak tepat di perutnya dan dada sampai pria berambut blound itu merinding melihat ketiga rekannya mati mengenaskan.
“Apakah kamu mau seperti mereka?”, tanya Dominic dengan ekspresi dingin.
“Tidak tuan, saya akan beritahu”, ucapnya dengan gugup.
“Katakanlah!”, tegas Xavier.
“Kami diperintahkan oleh tuan Charles untuk memusnahkan keluarga anda”, ucapnya.
“Cuman dia sajakkah?”, tanya Xavier.
“Bukan dia saja tuan. Kami juga di bawah pengawasan tuan Raymond demi merebut perusahaan yang anda duduki sekarang”, jawabnya.
“Charles, Raymond, dua orang parasit”, gumam Xavier dengan senyum menyeringai.
“Dom, Damien, bereskan dia, daddy kembali ke ruang kerja dahulu”, ucap Xavier.
Dominic menarik pelatuk dan melesat pada bagian dada pelaku. Sedangkan Damien menembak pada bagian kepala sampai darah itu mengalir deras di berbagai sisi. Lalu mereka pergi dan dibereskan ketiga pengawalnya.
Di tengah malam, Dominic dan Damien pergi membersihkan diri setelah membereskan para pelaku yang berani menyusup di mansion keluarga Xavier. Sementara Xavier sedang mengobrol dengan Brian.
“Hallo Brian!”
“Ya tuan Xavier”.
“Apakah kamu menemukan informasi terbaru mengenai Charles dan Raymond?”, tanya Xavier.
“Iya tuan, kami mendapatkan informasi bahwa Raymond dan Charles mengirim senjata ke Swiss lewat jalur ilegal di tahun ini. Mereka juga mendapatkan pemasokan bahan peledak dan obat-obatan terlarang”, ungkap Brian.
“Jadi dia itu selama ini tidak mengusik dan tenang ternyata dia memiliki rencana detail. Aku sangat salut kepada mereka”, batin Xavier.
“Hallo tuan, apakah anda masih berada di sana?”, tanya Brian.
“Brian, aku butuh bantuan kamu untuk ikut meringkus mereka sendiri sebagai pembalasan dendam aku terhadapnya”, ucap Xavier.
“Saya juga mau berbicara soal itu tuan. Tapi, kita menyerang mereka dengan menggabungkan aliansi milik keluarga Wilson tuan”, ucap Brian.
“Baiklah tidak apa-apa”, ucapnya.
“Besok lusa berkumpullah ke markas keluarga Wilson dan kita berangkat bersama dengan ketua kami juga”, ucap Brian.
“Baik, aku terima tawarannya”, ucap Xavier.
(Lusa telah tiba)
Pukul 08.00 pagi mereka bersiap untuk pergi menuju di kediaman Wilson. Mereka membawa tas masing-masing yang berisi senjata, peluru, dan peledak. Tak lupa mereka memakai rompi anti peluru untuk mengantisipasi tembakan.
Para pengawal berbaris dan memberi hormat kepada Xavier. Xavier memberikan perintah kepada mereka untuk mengikuti aturan permainan yang telah didiskusikan. Lalu mereka berangkat menaiki mobil sedan hitam menuju di kediaman Wilson bersama gabungan CIA.
Xavier berpamitan dengan istrinya.
“Sweety, aku pergi dulu dan jaga diri juga momy. Aku akan segera kembali”, ucap Xavier dengan mengecup kening istrinya.
“Ok, kamu harus hati-hati dan jangan sampai terluka. Jika terluka tahu akibatnya”, ucap Sea dengan senyuman menyeringai sambil memainkan kedua alisnya.
“Baik sweety”, ucap Xavier dengan sedikit takut.
Xavier masuk ke dalam mobil dengan hembusan nafas kasar yang terdengar di telinga Dante. Lalu Dante menggoda daddy-nya.
“Dad, apa kamu diancam oleh momy? Sampai ekspresi daddy asam begitu”, godanya.
“Diamlah dude, suatu hari kamu akan merasakan apa yang kurasakan”, ucap Xavier dengan kesal
“Tentu tidak dad”, ucap Dante dengan menggoda menaikkan ke dua alisnya naik-turun sambil memberikan senyum meledek.
“Kamu anak brengs*k!”, umpat kasar Xavier.
Perjalanan mereka menuju ke tempat Wilson cukup memakan waktu banyak karena mansion miliknya berada di puncak. Beberapa lama kemudian mereka telah sampai di kediaman Wilson. Mereka turun dari mobil sedan mewah tersebut. Mereka di sambut oleh salah satu pengawal.
“Selamat datang tuan-tuan”, dengan membungkukkan badan.
“Mari ikut saya”, ajak Wilson.
Mereka mengikuti salah satu pengawal dari Wilson. Mereka memasuki ruang markas dan saling menyapa.
“Hallo tuan Wilson, perkenalkan beliau adalah Xavier”, ucap Brian.
“Iya saya tahu, dia sahabatku yang telah lama kami tidak berhubungan”, ucap Wilson.
“Apa kabar Xavier?”, tanya Wilson dengan saling memeluk tubuh sebagai pelepasan rasa rindu.
“Aku baik Wilson”, ucap Xavier.
“Aku kira yang akan bekerja sama denganku Wilson yang lain. Ternyata kamu”, kekeh Xavier.
Steve yang berada di belakang Wilson, memotong pembicaraan antar dua sahabat yang telah lama berpisah.
“Maaf tuan-tuan, bukannya saya bermaksud untuk melarang kalian saling melepaskan rindu. Tapi, kita harus segera membahas strategi untuk malam nanti”, ucap Steve.
“Baiklah Steve”, ucap Wilson.
Mereka mulai membahas strategi meringkus Raymond dan Charles. Mereka membahas cukup panjang untuk mematangkan strategi khusus agar mereka tidak lolos.
“Bagaimana kalau kita membagi menjadi lima sayap yang terdiri tujuh orang?”, tanya Xavier.
“Itu ide bagus tuan”, ucap Brian.
“Jika kita membagi lima sayap berarti kita harus bergerak di berbagai sisi dan setiap kelompok ada yang memimpin jalannya serangan kita ke dalam markas”, ucap Steve.
“Kita pilih saja pemimpin jalannya perang dengan lima kelompok. Aku dan tujuh bawahanku akan mengambil bilik belakang. Adam ambil bilik kiri, Damien ambil bilik kanan, Dominic ambillah bilik depan dengan memantau musuh dari area gedung tinggi bersama empat bawahan, dan untukmu Brian kamu ambillah bagian area parkir bersama kedua anggotamu di dalam mobil untuk memantau pergerakan musuh. Sedangkan kau, Dante kamu tetaplah di sini untuk meretas pengamanan mereka dan anda berdua bisa memantau dari sini untuk memberikan arahan ke berbagai sayap”, ucap Steve.
“Baiklah, aku terima strategi yang kau bagi”, ucap Wilson.
“Kalau saya strategi ini cukup menguntungkan. Jadi, aku terima strategi yang kau berikan”, ucap Xavier.
Malam hari pukul 08.00,mereka mulai bergerak untuk mengepung markas milik Charles dan Raymond. Mereka bergerak sesuai arahan dari pemimpin mereka masing-masing.
Xavier memberikan pesan untuk para anggota yang akan berangkat ke markas milik Charles dan Raymond.
“Kalian berhati-hatilah. Jangan meremehkan kelicikannya”,ucap Xavier.
Lalu mereka berangkat dan mulai bergerak.
Steve sebagai pemimpin memberikan arahan untuk anggotanya.
“Ingatlah yang pernah aku sampaikan kepada kalian ketika kita menghadapi musuh. Kita menodong pistol ketika kita keadaan mendesak. Kita bisa menembakkan jarum bius ke tubuh mereka. Kita butuh informasi dari bibir mereka. Apabila keadaan kita mendesak karena kehabisan jarum bius, kita bisa membunuh mereka. Mengerti!”, tegas Steve.
“Kalau begitu kita bersiap dan pastikan aerphone kita tetap berfungsi untuk saling memberi informasi”, ucap Damien.
“Ya sir!”, seru anak buahnya dengan serentak.
“Kali ini kalian berhati-hatilah”, ucap Adam yang diangguki oleh anak buahnya yang mengikutinya.
Mereka berjalan mengendap-endap dan bersembunyi di balik box kotak dan tempat persembunyian lainnya. Steve menembakkan jarum bius itu ke arah lawan yang tengah mondar-mandir dan tepat sasaran. Begitupun juga dilakukan oleh rekan-rekannya.
Damien dan Adam menembak peluru ke tempat sasaran agar bisa meringkus kedua pria baj*ngan.
Saat mereka tengah mengendap-endap Charles datang dengan ekspresi terkejut lalu menembakkan ke arah lengan Adam dan berlari. Lalu Damien mengejar Charles dengan sesekali menembakkan ke arah area tubuhnya dan melesat ke kaki kanannya sehingga ia terpincang-pincang dan Damien menangkapnya namun tanpa sepengetahuannya ada sosok pria yang memukul bahu dari belakang dan membawa Charles pergi setelah Damien ambruk akibat pukulan keras ke tengkuknya.
Mereka kembali tanpa membawa hasil karena kedua pria yang mereka incar telah lolos dan melarikan diri. Kekecewaan itu terbayarkan karena mereka mendapatkan data ilegal milik dua baj*ngan tersebut.
Meski rasa kecewa itu membuat amarah Wilson tanpa dibendung tetapi Wilson masih bisa untuk membalaskan rasa sakit istrinya yang tengah koma di rumah sakit akibat penyerangan dari Charles di lain waktu.
Kini Wilson dan Xavier berhubungan baik dan saling mendukung untuk meringkus dua baj*ngan setelah peperangan telah usai.
Kerja sama mereka akan memberikan keuntungan bagi dua belah pihak dan merugikan bagi musuh yang semakin tersudut karena kekuatan antara Xavier dan Wilson akan semakin besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments