Episode 5 ( Bertemu Orang lama)

Ketika sedang berjalan keluar dari gedung diskotik. Vita melihat ada dua preman yang tengah merundung seorang anak membuat hatinya geram. Lalu Vita menendang kaleng yang ada di depannya. Kaleng itu melayang dengan tepat sasaran mengenai kepala preman gundul itu. Preman gundul itu marah dengan mengumpat kasar.

“Siapa yang berani melempar kaleng itu ke kepalaku? Bajing*n keluarlah!”, seru preman gundul dengan ekspresi jengkel.

Vita tersenyum menyeringai dengan melangkah maju dan mengatakan, “aku yang menendang kaleng itu”.

“Ouw wanita jal*ng!”

“Kamu mau apa?!”

“Dasar wanita jal*ng!”, teriak pria gundul itu dengan menendang balik kaleng dan kaleng itu tertangkap oleh Vita lalu diremas dan dibuang. Vita berjalan mendekati dua preman itu namun dengan jarak sepuluh centi.

“Kenapa kamu cari gara-gara dengan kami? Kami tidak memiliki masalah denganmu?”, geram pria berkucir.

“Aku tahu, kalian tidak memiliki masalah denganku namun kalian sudah keterlaluan dengan seorang anak. Itu namanya melanggar hak asasi manusia dan perlindungan anak. Kalian bisa di tuntut dan menjadi viral akibat perbuatan kalian. Harusnya kalian malu dengan jenggot yang dipelihara di janggut kalian”, sarkas Vita.

“Kami melakukan itu karena pekerjaan!”

“Jadi pekerjaan kalian itu menyiksa anak kecil”, angguk Vita.

“Kami melakukan kekerasan bukan kepada anaknya tapi kepada ibunya. Dia memiliki hutang dengan bos kami dan dia tidak bisa membayarnya!”

“Berarti kalian itu keterlaluan terhadap seorang wanita..”, ucapan Vita terpotong dengan suara teriakan pri bergundul itu.

“Argghhhh!!”

“Kamu itu tidak tahu apa-apa. Lebih baik pergilah sebelum kamu, kita hajar!”

“Kalau aku tidak mau bagaimana?”, tanya Vita.

“Di wanita fuc*!”

“Lebih baik kita hajar saja”.

Dua preman itu maju dengan melayangkan tinju namun dapat dihindari oleh Vita. Lalu Vita membalikkan keadaan dengan mengambil balok kayu di belakang dengan berlari untuk mengambilnya kemudian melayangkan balok kayu itu ke wajah preman bergundul namun bisa di tepis. Pria bergundul itu tertawa dan meremehkan aksi Vita. Tanpa was-was pria gundul itu kena pukulan dan tersungkur di depan Vita. Vita tersenyum sinis dan mengejek pria gundul itu.

“Makanya kalau tengah berkelahi liat situasi jangan sampai kena pukul”.

“Apa kamu juga tega untuk menghabisi wanita sepertiku?”, tanya Vita.

“Kamu benar-benar wanita fuc*!!”, teriaknya dengan melengking sambil melayangkan tinju ke arah Vita namun malah jatuh tersungkur terkena balok. Lalu Vita menghampiri kedua orang yang berada di pojok dekat mobil advansa putih. Vita berjongkok mengusap punggung gadis kecil itu.

“Kalian tidak apa-apa?”, tanya Vita.

“Ka..kami tidak apa-apa”, ucap wanita itu.

“Bolehkah aku tahu namamu mbak?”, tanya Vita.

“Na..nama saya Melisha”, ucapnya dengan masih menunduk kepala.

Vita terkejut dengan nama Melisha karena nama itu merupakan nama yang sering sekali membuat Vita selalu menyumpahi serapah.

Melisha? Apakah Melisha yang aku kenal.

“Mbak bolehkah saya liat wajahmu? Aku ingin tahu seberapa lebam wajahmu. Biar aku bisa membawa kamu ke rumah sakit”, ucap Vita.

Lalu Melisha mengangkat kepala dan Vita terkejut melihat wajah yang dikenalnya. Vita berpikir wajah yang dimiliki oleh Melisha tidak pernah berubah.

“Mel!”, panggil Vita.

Ketika Vita tengah melamun tiba-tiba preman itu bangkit dan akan memukul kepala Vita dari belakang namun dapat di tangkis karena teriakan dari Melisha.

Lalu Vita meringis kesakitan dan beranjak dari jongkok. Kemudian Vita membalas dengan menendang bagian bawah milik pria berkucir itu setelah berhasil merebut balok itu.

Vita mendengus kasar dengan berkacak pinggang.

“Kalian itu maunya apaan sih?”, tanya Vita.

“Kami mau dia dan suaminya membayar hutang!”, sarkas pria bergundul.

“Emang hutangnya berapa?”, tanya Vita sambil memegang tangan yang sanga pegal.

“38.000.000 juta!”, jawab pria berkucir itu.

“Apakah itu sudah dengan bunganya?”, tanya Vita.

“Iya, itu sudah dengan bunganya”, ucap pria berkucir.

“Berapa bunga yang di tanggung mereka?”, tanya Vita.

“Dua puluh persen”, jawab pria bergundul.

“Kalau begitu aku minta diskon lima belas persen”, ucap Vita.

“Itu semua keputusan ada di bos kami”, ucap pria berkucir yang masih ngilu bagian bawahnya.

“Hubungi bos kalian. Jika ingin uangnya balik dia harus memotong lima belas persen hutang yang di tangguhkan oleh Melisha”, ucap Vita.

“Terus suami dia yang memiliki hutang pergi kemana?”, tanya Vita.

“Dia menghilang dan hanya menyerahkan surat-surat aset rumah bersama istri dan anaknya saja”, jawab pria berkucir.

“Baiklah, sebagai jaminan aku bayar dengan jam yang ku pakai. Jam ini jika terjual sangat menguntungkan. Jam ini bisa terjual lima belas juta lebih dan selebihnya aku bayar setelah mendapatkan potongan dari bos kalian. Kalian bisa menghubungiku dengan kartu nama itu”, ucap Vita melemparkan jam tangan beserta kartu nama dengan pergi berlalu membantu Melisha beranjak bersama anaknya. Mereka berjalan ke halte bus menuju ke rumah sakit.

Vita bersama Melisha tengah menunggu taxi online yang sudah dipesan. Mereka duduk dalam diam. Vita yang melihat keadaan Melisha mengingatkan masa lalu yang pernah teraniaya.

Flashback

“Kalian bisa kerja gak sih dasar nenek dan cucu bikin repot di warung”, kata kasar yang di lontarkan mbak Elly pemilik warung.

“ Iya tuh, apalagi neneknya memiliki penyakit jamur nanti nular lagi ke pelanggan kamu jeng”, fitnah Bu Darmi

“Humm, aku liat kok saat lewat depan rumah tante”, fitnah Melisha.

“Iyakah, jika begitu lebih baik kalian tidak perlu bekerja lagi. Sekarang keluarlah dari warung saya. Nanti pelanggan saya pada melarikan diri”, kata mbak Elly yang terkena kompor dari ibu dan anak temannya.

“Usir”, ajak Bu Darmi.

“ Iya tante usir aja”, ajak Melisha.

“Itu fitnah bu”, kata Vita membela diri dengan memohon.

“Tolongi kami, jangan pecat bu”, kata Vita kembali.

“Kami masih sanggup”, kata nenek Lia yang masih tersungkur di lantai.

Mbak Elly tetap mengusir mereka dengan kejam yang telah memfitnah merasa senang dan puas.

“hu..hu..hu”, tangis Vita pecah tapi tidak dihiraukan dan akhirnya mereka meninggalkan warung mbak Elly.

Vita menuntun neneknya kembali ke rumah dan menyiapkan handuk membasuh tubuh neneknya yang sudah tidak kuat lagi menahan tubuhnya akibat dorongan keras dari Darmi dan Elly. Setelah selesai membereskan rumah Vita menyuapi makan dan menemani neneknya tidur.

Di malam harinya Vita keluar diam-diam agar tidak membuat neneknya terbangun pergi ke warkopnya pak Qomar untuk bekerja meski hanya di suruh mencuci piring.

Keesokan paginya Vita menyiapkan sarapan dan saling menyuap makan bersama neneknya. Tiba-tiba ada suara gedoran pintu, “dok.. dok..dok”

“Ya sebentar! Siapa?” teriak Vita dari dalam

Kemudian Vita membuka pintu dan melihat para warga datang bersama Darmi juga Melisha. Vita pun bingung dengan kedatangan mereka.

“Ada apa ya?” tanya Vita dengan sedikit gugup

“Hei kamu! Kecil-kecil sudah jadi maling ya!” serobot Darmi dengan memfitnah

“Saya gak maling”, kata Vita dengan mengernyit dahinya.

“Alah mengaku saja, kamu tadi malam keluyuran pasti kamu maling”, fitanh Darmi tanpa henti.

“Iya nih, kaya ibunya yang gak bener, hihi”,ucap Melisha sambil mengipaskan tubuhnya.

“Saya tidak maling, tadi malam saya keluar bantu pak Qomar di warkopnya”, kata Vita membela diri. Nenek Lia yang berada di kamar tidak bisa membantu karena sakit punggungnya. Dia hanya berharap cucunya bisa menyelesaikan masalah.

“Bohong kamu!, Kita geledah aja rumahnya siapa tahu dia yang ambil kan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, nyinyiran Darmi.

“Semoga dia terusir dari sini. Aku sebel dari mereka yang selalu dapat perhatian terus apalagi sejak ibunya dulu tinggal di sini”, batin Darmi dan Melisha.

Saat Darmi, Melisha akan menggeledah isi rumah milik Vita dan neneknya tiba-tiba pak Qomar datang sang pemilik warkop juga satu kampung dengan Vita.

“Itu fitnah!”teriak pak Qomar membuat para warga berhenti melangkah untuk mengobrak-abrik isi rumah kecil neneknya.

“Saya saksinya jika dia tidak maling. Dia membantu saya di warkop setiap malam dan pulangnya saya yang mengantar Vita sampai ke rumahnya”, jelas pak Qomar.

“Bu Darmi dan Melisha kalian keterlaluan. Suatu saat kalian akan kena imbasnya yang lebih keji dari ini”,geram pak Qomar.

“Jika kalian tidak melihat jangan main hakim sendiri ini bisa di pidana karena menggeledah tanpa bukti dan ijin”, kata pak Qomar kembali yang masih gedek dengan warga.

“Saya bawa saksinya kemana gelang dan kalung mereka”, kata Pak Qomar penuh keyakinan.

“Rani Kemari!” perintah Qomar. Rani muncul dari belakang tubuh pak Qomar. Melisha dan Darmi kaget dengan rasa gugup juga hawa panas dalam tubuhnya dengan disertai kedatangan Randy notabenenya suami dan ayah dari Melisha.

“Ini gelang dan kalung yang saya beli dari bu Darmi yang di temani Melisha karena katanya mereka butuh uang untuk membantu suaminya mencalonkan diri sebagai lurah”, kata Rani.

“Huuuuu......” sorak warga untuk Darmi dan Melisah yang ketakutan karena mendapatkan tatapan tajam dari Randy.

Pak Randy kemudian menarik lengan Melisha yang diikuti Darmi dengan lari terbirit-birit. Setelah kejadian fitnah memfitnah akhirnya kehidupan Vita damai dan merawat neneknya tanpa ada lagi kekejaman dari orang lain. Sedangkan keluarga Randy menjual rumah dan pergi berpindah ke tempat lain karena malu akibat hasil perbuatan istri dan anaknya.

Beberapa lama kemudian taxi itu pun tiba. Vita dan Melisha beserta anaknya masuk ke dalam taxi menuju ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit Vita pergi kebagian administrasi dan mengambil no urut. Kemudian mereka menunggu di kursi yang telab di sediakan. Banyak orang yang menatap tubuh dan wajah lebam milik Melisah dengan pakaian terlalu ketat lalu Vita yang melihat itu menyerahkan jaket kulit hitamnya untuk menutupi tubuh yang terekspos.

Empat puluh lima menit kemudian mereka di sebut dan memasuki ruang dokter Deni. Ketika kami duduk dokter Deni terkejut melihat wajah Melisha yang penuh lebam lalu dokter Deni menyuruh Melisha untuk langsung berbaring dan melepaskan jaket yang di pinjamkan oleh Vita.

“Kenapa tubuh kamu banyak lebam?” tanya dokter Deni. Namun Melisha hanya diam dan tidak mampu berbicara. Sedangkan anaknya yang masih dalam gendongan Vita menoleh melihat ibunya yang membuat dokter Deni tambah terkejut dan menggeleng kepala.

Vita memberi kode untuk dokter Deni yang sering kali mengobatinya saat dia terluka. Dokter Deni memeriksa lalu di beri suntikan vitamin dan beberapa olesan obat untuk tubuh Melisha. Kemudian di lanjutkan pengobatan anaknya Melisha. Vita membaringkan tubuhnya dengan tubuh sedikit bergetar.

“Nak, jangan takut saya hanya memberi sedikit olesan pada wajah kamu dan sedikit sakit dengan jarum. Jangan menangis ya, jika ingin cepat sembuh”, kata dokter Deni menenangkan gadis kecil itu.

Setelah menyelesaikan penanganan untuk Melisha dan putrinya lalu mereka keluar dari ruang dokter Deni hanya tertinggal Vita yang sedang berbicara empat mata. Sepuluh menit kemudian Vita keluar membawa kertas resep obat lalu mengajak Melisha bersama putrinya ke apotik menembus obat.

“Apa ada yang bisa saya bantu mbak?” kata pelayan apotek

Vita menyerahkan kertas resep obat ke pelayan apotek dan menunggu mengambilkan obatnya lalu membayar dan di lanjutkan pergi ke tempat baju kemudian beranjak ke resto. Mereka duduk di pojokkan dekat dengan jendela. Vita memanggil pelayan. Kemudian sang pelayan memberikan menu makanan. Vita menawarkan menu kepada Melisha dan putrinya.

“Mel kamu mau beli apa dan kamu gadis kecil?”

Melisha menjawab, “sama in aja”

Vita mengangguk dan menyuruh pelayan membawakan susu kocok, milk tea 2, nasi goreng tiga, dan ayam crispy satu porsi. Pelayan perempuan mencatat dan mengulangi pesanan kami kemudian pergi .

Vita mulai berbicara dengan tatapan sedikit jengah, “ Kenapa kamu bisa begini? Ceritakanlah agar aku bisa memberimu jalan keluar? Jika tidak juga gak apa-apa.

Melisha terdiam dengan tiga detik dan aku mengotak atik handphone. Kemudian dia mulai bercerita mengenai bagaimana ia bisa hamil di luar nikah hingga suaminya meninggalkan tanpa cerai dan pamit. Juga mengenai ibunya yang tiba-tiba menjadi gila atas siksaan menantunya yang menghilang dan semua hutang yang ia tanggung sendiri bersama putri semata wayangnya akibat suami yang sering judi.

Setelah berselang sepuluh menit makanan telah tiba. Kami pun mulai melahap sedangkan gadis kecil itu mulai ceria.

Vita bertanya pada Melisha, “Siapa nama putrimu?”

Melisha menjawab, “ bulan”.

Nama yang bagus untuk menerangi kegelapan ketika sinar tidak ada. Melisha mengangguk dengan membenarkan.

Melisha mengucapkan terima kasih kepada Vita. Vita menganggukkan kepala. Vita juga menawarkan rumah kecil yang pernah disinggahi jika ia mau. Melisha langsung menerima tawaran Vita. Vita memberikan alamat dengan nota kecil di saku jaketnya dan pena yang selalu dia bawa ke mana-mana.

Setelah semua urusan dan pekerjaan selesai Vita pergi kembali ke rumah sakit untuk mengobati tangannya yang luka dengan memesan ojek online.

Vita langsung masuk ke ruang dokter Deni.

“Mari Vit, biar aku obati”, ucap Dokter Deni.

“Kenapa tangan kamu sampai begini sih?”, tanya dokter Deni.

“Aku menolong orang tadi”, ucap Vita dengan mengadu sakit.

“Makanya, lain kali hati-hati”, ucap dokter Deni.

“Sekarang tangan kamu sudah selesai ku obati. Tiga hari datanglah kesini kembali”, ucap dokter Deni.

“Baik dok, thank you”, ucap Vita berlalu pergi.

Usai mengobati tangannya yang luka, Vita berlanjut pulang dan langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang tanpa mandi.

Pagi menunjukkan pukul 07.00,Vita terbangun dengan suara lenguhan, “eumm”, sambil merenggangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak dari tempat tidur dan langsung melesat ke kamar mandi untuk mencuci wajah. Kemudian pergi ke dapur mengambil susu pisang dan mie cup yang dia seduh dengan bermonolog, “ahhh, rasanya enak kalau pagi-pagi makan mie cup”.

Usai sarapan, Vita pergi ke kamar untuk membersihkan diri lalu menonton televisi. Siaran pagi ini banyak gosip dan Vita menggantinya dengan kartun sambil tiduran di sofa.

Ketika tengah menikmati hiburan televisi tiba-tiba Ana datang bersama teman-temannya. Namun Vita tidak ingin menghiraukan mereka dan melanjutkan tontonan televisi.

Ana mengajak mereka pergi ke meja makan. Pada saat melewati ruang tengah Ana melihat Vita yang tengah tidur sambil menikmati camilan.

“Vit, kamu bermalam di sini?”, tanya Ana.

“Hummm”, jawab Vita.

Lucas dan Devan melihat gadis itu bergidik melihat kelakuannya. Lalu mereka berlanjut mengikuti Ana dan Leon.

“An, kenapa teman kamu sikapnya tidak pernah benar?”, tanya Leon sedikit risih dengan sikap bar-bar nya.

“Kamu jangan begitu. Dia itu tetap gadis yang baik. Tanpa dia, aku saat ini terlantung di jalanan”, jawab Ana dengan menasihati Leon.

“Kamu jangan bahas mengenai Vita dengan buruk. Lebih baik aku buatkan sarapan untuk kalian sambil menunggu Lisa dan Johan datang membawa belanjaan”, ucap Ana dengan berlalu menuju dapur.

Beberapa lama kemudian Lisa datang dan berteriak seperti biasa.

“I’m coming!”

Vita yang tengah tertawa keras dihampiri Lisa.

“Vit, kamu semalam tidur di sini?”

“Heumm”, jawab Vita.

“Ihhh, Vit! Harusnya kamu jawab yang benar dong. Jangan heumm, gitu”, ucap Lisa dengan kesal.

“Ya, aku tidur di rumah”, jawab Vita lalu tertawa melihat aksi para komedi.

“Vit! Kamu malah ketawa sih?”, kesal Lisa.

Vita tidak mengindahkan dan pergi menjawab telepon dari Duran.

“Hallo pak tua!”

“Kamu sudah cari Sutomo belum?!”, tegasnya.

“Sudah kok, tapi belum nemu orangnya”, jawab Vita sekenanya.

“Bagaimana mau ketemu?! Sekarang saja kamu pasti sedang leha-leha!”

“Kok tahu? Pasti pak tua itu orang pintar ya?”, canda Vita.

“Kamu benar-benar...”, geram Duran.

“Bikin darah tinggi saya kumat”, sarkas Duran.

“Pokoknya dalam waktu dua puluh empat jam kamu tidak menemukan Sutomo kalian akan ku potong gaji kalian!”, teriak Duran dengan air liur mencuat ke wajah Reino yang tengah menunduk dan mematikan sambungan.

Setelah menerima dari Duran, Vita kembali ke kamar sambil menggerutu, “awas kalian! Harusnya aku bisa istirahat tapi kalian membuatku sengsara”, dengan hembusan nafas kasar.

Tidak butuh waktu lama, Vita keluar dari persembunyian dengan ekspresi marah. Ketika Ana akan mengajak makan bersama, namun Vita mencegah.

“Jangan ajak aku makan”, ucap Vita dengan ekspresi dingin.

Vita pergi membawa moge di garasi dan melesat pergi.

Tatkala Vita telah pergi, kini Ana, Lisa, dan lainnya makan bersama sambil mengobrol.

“Gadis itu siapa An?”, tanya Devan.

“Dia Vita”,sahut Lisa.

Devan beroh ria.

“Kalian datang ke Indonesia lebih awal. Ada apa?”tanya Lisa.

“Bukankah pestanya di Bali masih satu minggu lebih?”, tanya Lisa kembali.

“Kami datang ke Indonesia ada suatu hal yang kami cari dan selidiki”, sahut Lucas.

“Apa yang kalian cari dan selidiki?”, tanya Lisa.

“Sweety, kamu terlalu ingin tahu”, sela Johan.

Lisa terkekeh dengan memperlihatkan unjuk gigi.

Sedangkan Vita menyapa para preman dan duduk bersama.

“Bagaimana kabar kalian gaes?”, tanya Vita.

“Kami baik”, ucap salah satu preman.

“Nih ada sedikit rezeki untuk kalian bersenang-senang”, ucap Vita.

“Thanks”.

“Aku mau tanya kalian tahu Sutomo gak?”, tanya Vita sambil memperlihatkan foto pria itu.

“Kami kurang tahu mbak bro”.

“Coba aku tanya Burhan. Pasti dia tahu”.

“Burhan kamu tahu dia gak?”

“Aku sepertinya pernah lihat orang ini... kalau gak salah dia orang pemilik warkop kecil di gang sana...Ya, aku ingat pria ini. Mbak bro cari warung warkop hampir berjejer dari sini tidak terlalu jauh. Kamu tinggal naiki motor 200 km lagi ada warung banyak. Nah itu kamu bisa tanya di sana”, ucap Burhan.

“Thanks, kalian semua”.

“Okay mbak bro”, seru mereka serentak.

Vita menghampiri warung satu persatu dan akhirnya ketemu pria tua itu. Vita menunggu di sebuah gang sampai keadaan memungkinkan.

Lalu Vita menghampiri Sutomo yang tengah berjalan tanpa lihat ke sana kemari. Dia pergi beristirahat di jam makan siang di rumah persembunyiannya.

Pada saat Sutomo masuk, Vita mengetuk pintu dan dikagetkan kedatangan Reino.

“Kamu ngapain ke sini?”, tanya Vita.

“Aku mau membantumu untuk menagih hutang Sutomo”, jawab Reino berbisik.

“Terserah deh”, ucap Vita.

Sutomo mengintip dari dalam lalu pergi keluar lewat belakang dengan mengendap-endap tapi gagal acara kaburnya. Sutomo di tangkap oleh gendut.

Vita yang sudah mendobrak pintu tersenyum menyeringai.

“Kamu mau kemana?”

“Sekarang bayar hutang-hutangmu atau kami menghajarmu!”, marah Reino.

“Sa..saya pasti akan bayar”, ucap Sutomo.

“Tapi kapan!”, bentak gendut.

“Nanti kalau uangnya terkumpul”, ucap Sutomo dengan merosot ke bawah sambil bersandar ke tembok.

“Kalian berjaga di luar. Biarkan aku berbicara empat mata dengannya”, ucap Vita.

“Ta..tapi Vit”, ucap Reino yang mendapatkan pelototan mata dan akhirnya keluar dari rumah itu.

Vita di dalam rumah itu sedang bernegosiasi dan akhirnya Sutomo menyetujui menjual rumah satu-satunya untuk membayar hutang milik Burhan. Vita menghubungi pelanggan yang tengah mencari rumah.

Malamnya Sutomo datang ke markas Duran sendirian. Duran menghampiri Sutomo dengan ekspresi mengerikan. Dia mendekati Sutomo dengan mengelilingi tubuhnya sambil berdecak.

“Ck”.

“Kamu sudah membawa uang untuk melunasi hutang-hutangmu!”, tegas Duran dengan mengapit dua pipi Sutomo.

“Sudah, saya bawa”, ucap Sutomo.

“Mana uangnya!”, bentak Duran dengan menyodorkan tangannya. Sutomo memberikan uangnya ke tangan Duran. Lalu Duran membuka amplop itu dengan menghitung sejumlah uang. Kemudian Duran berkata, “bagus!”, dengan menepuk uangnya ke pipi kanan Sutomo dan menendang betis Sutomo sampai dua tersungkur.

Duran tersenyum menyeringai dan mengusir Sutomo.

“Karena masalah kita sudah selesai maka kamu segeralah keluar dari sini”.

Sutomo lalu beranjak dan pergi dengan terpincang-pincang. Lalu di susul dengan Vita.

“Pak tua, aku juga pamit dulu”, ucap Vita.

“Baiklah”, ucap Duran.

Episodes
1 Episode 1 (insiden di mansion keluarga Xavier)
2 Episode 2 (insiden malam pertama Dominic dan Rosiana)
3 Episode 3 (Mencari wanita one night stand)
4 Episode 4 (Mencari anak alm. Monica)
5 Episode 5 ( Bertemu Orang lama)
6 Episode 6 (Tawuran di ibukota)
7 Episode 7 (Rasa bahagia tidak tergantikan bersama my oppa)
8 Episode 8 (Persiapan pesta Leon)
9 Episode 9 (Bersenang-senang di pantai Bali)
10 Episode 10 (Berpesta)
11 Episode 11 (Pertengkaran antara Leon dan Ana)
12 Episode 12 (Berkunjung ke rumah halmonie)
13 Episode 13 (Tak sanggup jauh dari Ana)
14 Episode 14 (Kelicikan Charles)
15 Episode 15 (pertengkaran keluarga halmonie)
16 Episode 16 (terpaksa menuruti permintaan Park Shin)
17 Episode 17 (Perpisahan yang Menyedihkan)
18 Episode 18 (Menemukan putri alm. Monica)
19 Episode 19 (Lari dari pernikahan yang menekan diri Cha Jinwoo)
20 Episode 20 (Kecelakaan)
21 Episode 21 (Tangisan untuk Oppa)
22 Episode 22 (Bunga Cha Jinwoo)
23 Episode 23 (Berkumpul kembali bersama halmonie)
24 Episode 24 Menghilang
25 Episode 25 (Bertamsya ke Rumah Kakek Albert)
26 Episode 26 (Kembali)
27 Episode 27 (Kembali tawuran)
28 Episode 28 (Selanjutnya)
29 Episode 29 (Membuatku Gila)
30 Episode 30 (Kejadian Gila)
31 Episode 31 (Hati Berbunga)
32 Episode 32 (Kisah cinta masa lalu Monica)
33 Episode 33 (Kisah cinta masa lalu Monica 1)
34 Episode 34 (Kisah cinta masa lalu Monica 2)
35 Episode 35(Siasat Charles dan Raymond)
36 Episode 36 (Siasat Charles dan Raymond1)
37 Episode 37 (Penculikan)
38 Episode 38 (Penculikan 1)
39 Episode 39 (Penculikan 2)
40 Episode 40 (Kegilaan Lisa)
41 Episode 41 (Kegilaan Lisa 1)
42 Episode 42 (Kegilaan Lisa 2)
43 Episode 43 (Kejutan)
44 Episode 44 (Pernikahan Ana dan Leon)
45 Episode 45 (Memeluk erat gadis kecil)
46 Episode 46 (Memeluk erat gadis kecil 1)
47 Bab 47 (Pesta ulang tahun Rosiana)
48 Episode 48 (Pesta ulang tahun Rosiana 1)
49 Episode 49(Jealous)
50 Episode 50 (Awal Mengetahui Kehamilan Rosiana)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Episode 1 (insiden di mansion keluarga Xavier)
2
Episode 2 (insiden malam pertama Dominic dan Rosiana)
3
Episode 3 (Mencari wanita one night stand)
4
Episode 4 (Mencari anak alm. Monica)
5
Episode 5 ( Bertemu Orang lama)
6
Episode 6 (Tawuran di ibukota)
7
Episode 7 (Rasa bahagia tidak tergantikan bersama my oppa)
8
Episode 8 (Persiapan pesta Leon)
9
Episode 9 (Bersenang-senang di pantai Bali)
10
Episode 10 (Berpesta)
11
Episode 11 (Pertengkaran antara Leon dan Ana)
12
Episode 12 (Berkunjung ke rumah halmonie)
13
Episode 13 (Tak sanggup jauh dari Ana)
14
Episode 14 (Kelicikan Charles)
15
Episode 15 (pertengkaran keluarga halmonie)
16
Episode 16 (terpaksa menuruti permintaan Park Shin)
17
Episode 17 (Perpisahan yang Menyedihkan)
18
Episode 18 (Menemukan putri alm. Monica)
19
Episode 19 (Lari dari pernikahan yang menekan diri Cha Jinwoo)
20
Episode 20 (Kecelakaan)
21
Episode 21 (Tangisan untuk Oppa)
22
Episode 22 (Bunga Cha Jinwoo)
23
Episode 23 (Berkumpul kembali bersama halmonie)
24
Episode 24 Menghilang
25
Episode 25 (Bertamsya ke Rumah Kakek Albert)
26
Episode 26 (Kembali)
27
Episode 27 (Kembali tawuran)
28
Episode 28 (Selanjutnya)
29
Episode 29 (Membuatku Gila)
30
Episode 30 (Kejadian Gila)
31
Episode 31 (Hati Berbunga)
32
Episode 32 (Kisah cinta masa lalu Monica)
33
Episode 33 (Kisah cinta masa lalu Monica 1)
34
Episode 34 (Kisah cinta masa lalu Monica 2)
35
Episode 35(Siasat Charles dan Raymond)
36
Episode 36 (Siasat Charles dan Raymond1)
37
Episode 37 (Penculikan)
38
Episode 38 (Penculikan 1)
39
Episode 39 (Penculikan 2)
40
Episode 40 (Kegilaan Lisa)
41
Episode 41 (Kegilaan Lisa 1)
42
Episode 42 (Kegilaan Lisa 2)
43
Episode 43 (Kejutan)
44
Episode 44 (Pernikahan Ana dan Leon)
45
Episode 45 (Memeluk erat gadis kecil)
46
Episode 46 (Memeluk erat gadis kecil 1)
47
Bab 47 (Pesta ulang tahun Rosiana)
48
Episode 48 (Pesta ulang tahun Rosiana 1)
49
Episode 49(Jealous)
50
Episode 50 (Awal Mengetahui Kehamilan Rosiana)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!